16. Orang Asing

3.7K 517 11
                                    

12:30

"Balik ke kelas bareng Jendra dulu. Itu Ray udah nungguin juga di depan mushola." Ucap Jaena ketika mereka baru saja menyelesaikan salat.

"Mau ke mana?" Tanya Edward.

"Mau ngomong sama Pak Reza bentar." Balas Jaena sambil melirik Pak Reza yang masih di dalam.

"Udah ayo." Ajak Jendra.

Edward mengangguk lalu mengikuti langkah teman barunya tersebut untuk memakai sepatu.

Masih berdiri di sana, senyum Jaena akhirnya terbit saat melihat orang yang sudah ia tunggu akhirnya muncul.

Jaena mengikuti langkah Pak Reza lalu mengambil sepatunya dan duduk di samping Gurunya tersebut.

"Sendirian aja? Jendra ke mana?" Tanya Pak Reza setelah melihat tidak ada Jendra di samping Jaena.

"Udah balik duluan Pak sama Edward." Balas Jaena sambil memakai sepatunya.

Pak Reza mengangguk. Ternyata sekarang teman Jaena ke mushola sudah ada dua.

"Edward itu Saudara saya, Pak." Ucap Jaena.

"Jadi itu sebabnya kamu sebangku sama dia. Saudara dekat?" Tanya Pak Reza sambil memakai sepatunya juga.

"Banget. Jadi Papa saya sama Bundanya Edward itu kembar." Jawab Jaena.

"Edward itu Anak tunggal, Pak. Bukan cuma tunggal dari Ayah sama Bundanya, tapi di keluarga Ayahnya. Kakaknya Om Jordan nggak punya Anak tapi punya Anak angkat, jadi cuma Edward sebenarnya pewaris satu-satunya. Kenapa saya bilang pewaris, karena keluarganya Edward itu berpengaruh banget, Pak. Kakeknya Edwad itu Kepala pengadilan negeri, Pamannya Walikota dua periode. Kalau Ayahnya Edward Jaksa." Jelas Jaena sambil menatap penuh Pak Reza di sampingnya.

"Jadi bisa dibayangin sesayang apa keluarganya ke Edward. Ayahnya Edward serem kalau marah." Jaena melanjutkan perkataannya.

"Semua orang serem kalau lagi marah." Balas Pak Reza sambil terkekeh.

"Bapak kalau ada hal yang perlu ditanyain tentang Edward bisa ke saya. Kalau tanya ke Edward sendiri bakal susah, karena Anaknya terlalu tertutup ke orang asing." Ucap Jaena.

Mendengar itu setelah menyelesaikan kegiatannya memakai sepatu, Pak Reza menoleh ke Jaena yang berada di samping kirinya.

"Edward murid di sini dan saya Guru, jadi nggak tepat kalau disebut orang asing." Balas Pak Reza.

Ternyata benar jika Edward dan Jaena bersaudara, pikiran mereka tentang orang lain tidak ada bedanya.

"Bagi Edward selain keluarganya, orang lain dia anggap sebagai orang asing." Jelas Jaena.

"Pokoknya kalau ada yang perlu ditanyain tentang Saudara saya, Pak Reza bisa tanya aja sama saya. Saya tau semuanya tentang Edward. Jangan tanya ke dia langsung dan buat Edward nggak nyaman kayak tadi, saya mohon banget. Saya nggak mau dengar nanti sepulang dari sekolah Ayahnya tanya kenapa Anaknya nggak mau berangkat sekolah lagi besok pagi gara-gara merasa nggak nyaman." Ucap Jaena. Wajah yang sebelumnya selalu menebar senyum itu berubah serius.

Mungkin bisa dikatakan jika Jaena tidak sopan, tapi ini menyangkut tentang Edward Saudaranya. Perjuangan orangtua Edward tidak boleh sia-sia setelah sekian lama berusaha mengembalikan keinginan Anak itu untuk mau kembali bersekolah.

Melihat gestur dan tatapan dari Edward pun Jaena sudah paham jika Saudaranya tersebut kurang nyaman.

•••

Hal membahagiakan ketiga akhirnya tiba saat bel pulang sekolah terdengar, dan sepenuhnya menghentikan kegiatan pembelajaran di sekolah hari ini.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang