18. Deja Vu

3.3K 510 42
                                    

20:00

Menyelesaikan kegiatan sepanjang hari, malam ini Jordan bersama keluarga kecilnya yang hampir setiap hari selalu menyempatkan waktu untuk saling berbicara santai, selain untuk mempererat rasa kekeluargaan, dirinya juga sangat antusias jika sedang berbagi cerita.

"Ayah, kayaknya aku butuh monitor baru yang lebih gede." Ucap Edward yang berada di samping kiri Ayahnya tersebut.

"Emang yang sekarang udah rusak?" Tanya Jordan sambil memakan kuaci.

"Masih bisa sih, tapi aku butuh lagi." Balas Edward.

"Buat apa banyak-banyak?" Tanya Jordan.

"Main game." Jawab Edward terus terang.

Selain suka dalam belajar dan bola, bukan rahasia umum juga jika Edward suka bermain game.

Jordan dan Yuna juga mewajarkan hal itu, selagi kegiatan belajar Anak mereka tidak terganggu dan Edward suka, hal tersebut bukan menjadi masalah.

"Pakai uang tabungan kamu aja, nanti Ayah tambahin kurangnya." Ucap Jordan.

Bukan maksud tidak ingin membelikan, tapi Edward sudah besar kan? Sudah seharusnya dia juga ikut berusaha jika menginginkan sesuatu. Sedikit demi sedikit Edward harus mulai diajarkan tanggung jawab mengenai uang.

"Aku mana ada uang tabungan." Balas Edward.

"Uang saku kamu habis sehari?" Tanya Jordan lalu melirik ke Istrinya di samping Edward, di mana wanita itu masih fokus menonton tv.

"Aku baru masuk sekolah, Yah. Ada sih tapi belum cukup banyak kalau dibuat beli monitor. Lagian selama ini aku kan sekolah di rumah, jadi nggak dapet uang saku. Ayah lupa?"

Iya Jordan lupa. Tidak heran juga jika Edward selalu meminta barang, bukan uang. Selama ini jarang sekali Edward meminta uang jika tidak orangtuanya sendiri yang berinisiatif memberi.

"Iya juga. Berarti kamu nggak punya tabungan sendiri ya." Balas Jordan.

"Oke Ayah beliin, tapi setelah ini kalau pengen sesuatu harus nabung ya, kan kamu udah dapat uang saku. Kamu udah besar, jadi harus belajar tanggung jawab, sama kayak Ayah." Ucap Jordan sambil menepuk pundak kanan Edward, hal yang selalu dirinya lakukan jika sedang memberi nasihat kepada putranya tersebut.

"Iya, Yah." Balas Edward sambil tersenyum.

Sedetik setelahnya lampu rumah tiba-tiba padam, disusul dengan tv yang mati.

"Kayaknya lampu mati." Ini adalah ucapan tidak penting yang keluar dari mulut Jordan. Bukankah sudah jelas jika listrik sedang padam.

"Nggak usah nyalain lilin di sini. Di kamar aja." Ucap Jordan saat Yuna akan berdiri.

"Ya udah, ayo ke atas." Balas Yuna lalu menarik tangan Edward agar berdiri.

"Bunda, aku ikut ke kamar Ayah sama Bunda ya sampai lampunya nyala aja." Edward menggenggam tangan kanan Yuna dengan kedua tangannya memohon.

Dan Edward berharap listrik akan tetap padam sampai pagi hari.

"Iya." Balas Yuna. Tangan kirinya memegangi kaus Jordan selagi Suaminya itu menerangi jalan dengan ponsel miliknya.

"Kamu nggak berani tidur sendirian?" Tanya Jordan, sedikit ada nada mengejek dan menggoda dalam ucapannya.

"Aku mau tidur sama Bunda." Elak Edward.

"Alasan. Ngomong aja kalau kamu nggak berani kan." Balas Jordan lalu membuka pintu kamarnya.

Tidak kembali membalas perkataan Ayahnya, Edward memilih untuk diam saja. Terkadang Jordan memang suka menggoda.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang