Tadi sore Edward tampak sudah baik-baik saja, bahkan Anak itu terlihat senang saat bersama teman-temannya.
Namun malam ini kondisinya kembali mengkhawatirkan. Jordan dan Yuna dibuat kalang kabut olehnya.
"Pokoknya besok pagi harus ke Rumah sakit. Takutnya bukan maag biasa." Ucap Jordan, pasalnya sekarang sudah tengah malam.
Mendengar Ayahnya berkata seperti itu, Edward hanya diam saja sambil meringis kesakitan. Tadi ia kan sudah menolak ajakan Jordan, jadi jika sekarang dirinya membantah bisa saja malah akan mendapatkan omelan.
"Apa gara-gara makan nasi padang sama sate tadi ya?" Tanya Yuna kepada Suaminya.
"Masa sih?" Jordan juga tidak paham.
"Tadi siang Chandra habis muntah, terus tidur, habis itu udah enakan katanya. Mungkin karena lambungnya belum stabil, tapi nggak tau juga." Yuna tidak tahu apa teorinya benar atau salah.
"Barusankan juga muntah, tapi masih sakit Anaknya." Ucap Jordan.
"Kan nggak langsung kerasa. Kamu pikir iklan." Balas Yuna.
Tangan wanita itu mengusap dahi Edward yang berkeringat. Memperhatikan dengan lamat wajah Anaknya membuat Yuna tidak tega.
"Kamu paksain tidur ya. Bunda temenin di sini." Ucap Yuna, lalu membaringkan tubuh Edward dengan bantuan Jordan.
Dibandingkan dengan tubuh besar Ayahnya, tentu saja Edward jauh lebih kecil. Sekarang saja Edward masih sedikit di bawah Bundanya untuk tinggi badan.
Kedua orangtuanya yakin jika nanti Edward akan bisa lebih tinggi dari Jordan.
"Nanti kalau punggungnya sakit lagi bilang ke Ayah biar dipijatin." Ucap Jordan setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh Edward dan Yuna.
Edward mengangguk sambil terpejam, lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Yuna dan memeluk tubuh Ibundanya tersebut.
Sudah dikatakan jika Edward itu tidak bisa hidup tanpa Yuna. Bundanya ini sangat berharga.
Jika boleh memilih Edward hanya ingin hidup bertiga dengan keluarganya seperti saat ini dan selamanya. Namun bukankah kehidupan akan terus berjalan?
Kedepannya tidak akan ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi.
•••
10:00
Hari ini hari kedua Edward tidak masuk sekolah, dan dirinya bahagia. Sakit memang, tapi jika tidak perlu pergi ke sekolah itu menyenangkan.
Edward memang menyukai sekolah, tapi lebih suka lagi jika tidak perlu pergi ke sekolah.
Sedari kecil, padangannya tentang lingkungan sekolah memanglah tidak baik, ditambah dengan insiden waktu kelas empat sekolah dasar.
Dari awal Edward sudah mengatakan jika dirinya ingin sekolah bersama dengan Saudaranya yaitu Jaena, namun Ayah dan Bundanya tidak mewujudkan itu sampai dirinya terluka.
Lalu sekarang setelah enam tahun berlalu dengan ketenangan yang Edward rasakan di rumahnya, dan harus kembali bersekolah. Tentu hal itu sangat mengguncang dirinya.
Kenangan tentang lingkungan sekolah sudah buruk dalam pikirannya, dan sulit untuk mengubahnya.
Ada orang yang patut disalahkan untuk hal ini. Edward sangat ingat jelas itu.
Apa Edward pendendam? Tidak. Dia hanya pengamat dan pengingat yang baik.
"Bunda, hari minggu aku mau main ke luar." Ucap Edward kepada Yuna yang sedang fokus menyetir di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarachandra
Teen Fiction🏅Haechan🏅Anaktunggal🏅Imyoona Melihat tumbuh kembang Tarachandra Edward Bimasena si anak tunggal kesayangan keluarga. 11.11.21 🏅NCTlokal 🏅Fullsun