27. Hal Yang Baru

3K 455 34
                                    

13:00

Untuk hari ini Edward pikir dirinya akan menghabiskan sepanjang waktunya untuk hanya tidur di kamarnya dan kamar mandi jika ia kembali ingin muntah. Sungguh ini sangat menyiksa sekali.

Jika sedang sakit maagnya kambuh berasa seperti hamil muda saja, padahal Edward kan laki-laki.

Mual sedari pagi sangatlah menyiksa, terlebih tidak ada Ayahnya yang dengan suka rela selalu menjadi tukang pijat pribadi untuknya.

Orang lain mungkin mengatakan jika Edward Anak yang manja. Lalu memangnya kenapa? Orangtuanya sendiri saja tidak keberatan.

"Habis ini jangan diulangi lagi." Tutur Yuna sambil memijat punggung Edward.

Yuna tidak tega mendegarkan keluhan Anak itu sampai menunggu Suaminya pulang nanti.

"Katanya Ayah kan sesekali nggak apa-apa." Masih bisa menjawab ternyata.

Edward ini terlalu berpegang teguh dengan kejujuran di hatinya dalam kondisi apapun. Seharusnya dia mengiyakan saja ucapan Yuna seperti Anak lain yang sedang dinasihati oleh Ibunya.

"Kalau kamu berlebihan. Siangnya makan pedes, malemnya begadang sambil makan pedes lagi. Mau jadi apa lambung kamu? Nggak kasihan sama diri sendiri?"

Tuhkan jadi panjang.

"Iya, Bunda." Balas Edward.

"Kamu juga kayaknya kecapekan. Satu minggu latihan main bola tiga kali habis pulang sekolah. Masih mau dilanjutin?" Tangan kiri Yuna yang bebas mengelus puncak kepala Edward dari belakang di mana sekarang Anak laki-laki itu tengah tengkurap.

Hem, Edward tahu akal-akalan Bundanya kali ini. Sejak awalpun dirinya tahu jika Bundanya tidak akan rela seratus persen dirinya mengikuti kegiatan ini.

"Lanjut dong." Balas Edward tanpa beban padahal Yuna sudah berharap bisa menbujuknya.

"Tapi waktu istirahat kamu berkurang, padahalkan bisa buat tidur habis pulang sekolah. Belum lagi nanti kalau ada pertandingan." Ucap Yuna.

Tolong ingatkan kepada Ibu dari satu orang Anak ini jika sang putra kesayangan sudah SMA kelas sebelas, dan sebentar lagi akan berusia tujuh belas tahun. Edward bukan lagi Anak sekolah dasar.

"Nggak apa-apa kan aku malemnya bisa tidur lebih awal." Balas Edward.

"Buktinya kamu tidur jam tiga pagi." Ucap Yuna mengingatkan, dan mematahkan secara langsung argumen Edward.

Seketika Edward tidak bisa berkata-kata.

"Baru sekali, Bunda. Nggak bakal aku ulangi lagi." Edward mengangkat tangan kirinya dan menunjukkan jari kelingking untuk berjanji.

Setelah itu laki-laki tersebut membalikkan tubuhnya, membuat Yuna harus menjauhkan tangannya dari punggung sang putra.

"Bunda, pudingku udah jadi apa belum kira-kira?" Tanya Edward.

Tadi dirinya meminta Bundanya tersebut untuk membuatkan puding, karena ia tidak serela makan makanan berat.

"Udah dua jam di kulkas, pasti udah jadi." Balas Yuna setelah melihat jam di samping tempat tidur Edward.

"Mau dibawain ke sini atau makan di bawah?" Tanya Yuna.

"Aku lemes turun naik tangga." Keluh Edward kembali keluar manjanya.

"Ya udah tiduran aja." Balas Yuna.

Lihat begitu sabarnya wanita ini. Pantas saja Jordan dan Edward dibuat tidak berdaya dengan pesona dari Yuna.

Sudah cantik, sabar, penyayang lagi.

Nanti jika Edward sudah dewasa, dirinya hanya mau mempunyai pasangan seperti Bundanya.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang