Jika dirasakan, suasana negara ini jauh berbeda dengan tanah air, Edward merasa damai sekali karena tidak harus banyak berinteraksi dengan orang lain, dirinya tidak harus bersikap ramah demi membuat image yang ramah dan rendah hati seperti mencerminkan kepribadian dari Ayahnya yang sangat hiperaktif.
"Kamu yakin mau ganti warna rambut kayak gini?" Tanya Jordan setelah Edward menentukan pilihannya, saat ini ketiganya sedang menunggu di ruang tunggu sebelum Edward mendapatkan gilirannya.
"Yakin, aku suka." Balas Edward.
"Kenapa nggak coklat kayak biasanya aja sih? Ini terlalu mencolok Ayah rasa." Ucap Jordan.
"Aku mau yang beda." Jelas Edward.
"Udah biarin ajalah, Yah. Lagian kamu kan yang awalnya ngenalin Chandra buat warnain rambutnya, sampai akhirnya dia malah nggak nyaman kalau rambutnya warna hitam." Yuna menengahi.
Jordan menarik nafasnya dalam, memang benar jika laki-laki akan selalu terlihat salah meksipun sedang tidak melalukan apa pun.
"Asalkan jangan tatoan aja." Ucap Yuna. Jujur saja dirinya tidak rela tubuh berharga Anaknya yang bahkan selalu ia jaga dan tidak pernah membiarkan ada luka sedikitpun harus ditato.
"Kamu nyindir aku? Tatoku penuh seni tau." Jordan membela diri tentu saja.
"Bagus, tapi kamu aja, Chandra jangan." Balas Yuna.
"Kenapa? Aku juga pengen punya tato kayak Ayah." Edward meminta penjelasan yang logis tentang kenapa Bundanya tidak mengizinkan hal itu untuknya?
"Bunda suka kamu kayak gini aja, kalau bisa." Ucap Yuna sambil menggenggam tangan putranya tersebut.
Edward terlalu membuat Jordan sebagai cerminan dirinya di masa depan, sehingga apapun yang sudah Jordan lakukan, rasanya Anak itu juga ingin mencobanya.
"Tapi tato Ayah juga nggak kelihatan kalau gini, kecuali kalau nggak pakai baju, jadi aku juga bisa niruin itu, Bunda." Ucapan Edward terjeda saat kontak matanya tepat bertemu dengan manik mata wanita yang sangat berharga di hidupnya tersebut.
"Oke." Lanjut Edward sambil mengangguk, lalu membalas genggaman Yuna di tangannya.
Bukankah Jordan terlihat seperti orang ketiga saat ini?
Tapi dilain itu, Jordan sangat bahagia karena Edward tidak berubah, dia tetaplah Anak yang begitu penurut dan terbuka kepadanya serta Yuna. Bertambah usia tidak membuat Edward menjaga jarak dengan kedua orangtuanya, dan Jordan merasa beruntung bahwa bisa mendidik Anaknya dengan baik bersama Istrinya.
"Edward, Ayah lihat kok kamu nggak buka hp sih? Emang nggak mau pamer ke temen-temen kamu kalau udah sampai sini?" Tanya Jordan.
"Buat apa, Yah?" Tanya Edward balik. Setidaknya ia harus tahu apa manfaat dari melakukan hal itu.
"Ya minimal video call lah pacar kamu itu biar bisa tau di sini." Ucap Jordan.
"Aku rasa dia juga lagi menghabiskan waktu liburannya di sana, mungkin juga lagi kumpul keluarga kayak aku gini." Balas Edward.
"Kamu nggak kabarin pacar kamu sama sekali?" Tanya Jordan, jelas sekali dirinya tidak paham dengan jalan pikiran Edward.
"Aku bahkan nggak ngasih tau siapapun kalau bakal pergi liburan secepat ini." Jelas Edward.
"Ya kabarin dong, Nak. Nanti kalau dia mau ngajak kamu jalan ke luar gimana?"
"Aku udah kasih tau kalau mau liburan ke sini." Jelas Edward.
"Mending telepon aja dia sekarang. Kabarin kalau kamu udah sampai sini." Saran Jordan.
Bagaimanapun, mereka itu sedang menjalin hubungan meski masih seumur jagung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarachandra
Teen Fiction🏅Haechan🏅Anaktunggal🏅Imyoona Melihat tumbuh kembang Tarachandra Edward Bimasena si anak tunggal kesayangan keluarga. 11.11.21 🏅NCTlokal 🏅Fullsun