59. Sekali Saja

1.2K 206 14
                                    

Pagi hari di hari minggu, Jordan sudah mengumpulkam niatnya sejak kemarin malam untuk bergerak sendiri, dirinya tidak tahan jika harus seperti ini setiap hari, tentang sikap Anaknya yang menjauhinya.

Jordan membuka pintu kamar Edward tanpa mengetuk terlebih dulu, biasanya Anaknya tersebut belum bangun sepagi ini, namun nyatanya Edward sudah terlihat bugar sedang duduk di depan komputernya.

Apa Anak itu tidak tidur semalaman?

"Edward, ganti baju kamu, ikut Ayah jogging." Ucap Jordan memerintahkan.

"Ayah pergi aja sendiri." Balas Edward sambil kembali menatap monitornya.

"Ayah tunggu di bawah. Lima menit cukup buat ganti baju." Ucap Jordan, lalu kembali menutup pintu kamar putranya tersebut, dan berjalan ke lantai dasar.

Tidak ada penolakan, jika Jordan sedang dalam mode tegas seperti ini, untuk menentang pun Edward rasanya takut sekali.

Mau tidak mau Edward beranjak, dan segera mengganti pakaiannya, meskipun rasanya enggan untuk menggerakkan tubuhnya secara berlebih di hari libur ini.

Terkadang Edward juga heran, kenapa Ayahnya suka sekali berolahraga padahal dia bekerja setiap hari dari pagi sampai sore, bahkan sering kali lembur. Apa Jordan tidak lelah? Ditambah harus berolahraga di hari libur?

Tapi jika dipikir-pikir mungkin itulah alasan Jordan terlihat bugar dan memiliki tubuh sebagus itu diusianya saat ini.

Menyusul Jordan ke lantai dasar, Edward sudah siap untuk menuruti permintaan Ayahnya tersebut.

"Mau minum susu dulu?" Tanya Yuna ketika melihat Anaknya mendekat ke dapur.

"Nanti aja, Bunda." Balasnya lalu melihat Ayahnya sekilas, memberitahu tanpa kata jika dirinya sudah berada di sini.

Jordan beranjak dari kursi makan, sambil sedikit merapihkan bajunya ia menatap Istri dan Anaknya bergantian.

"Ayo." Ajak pria itu.

Keduanya ke luar dari rumah sambil berjalan santai, sampai akhirnya sedikit berlari kecil menuju taman komplek perumahan mereka.

Tidak ada obrolan, baik itu Jordan dan Edward sama-sama bungkan, terutama Edward yang sepertinya memang tidak ada niatan untuk membuka mulutnya sama sekali.

Sampai akhirnya Jordan mengajak Anaknya tersebut untuk beristirahat sejenak di kursi taman yang tersedia. Mungkin bisa dikatakan ini adalah tujuan Jordan mengajak Edward untuk pergi jogging pagi ini, ia ingin duduk berdua dengan Anaknya dan mengatakan beberapa hal.

Sudah tidak sanggup rasanya, harus didiamkan oleh Anaknya seperti ini. Jordan bisa saja bersikap tegas dengan Edward, namun hal semacam itu terakhir kali Jordan lakukan malah membuat Anaknya mendiamkannya seperti ini.

"Mau sampai kapan kamu marah sama Ayah kayak gini?" Tanya Jordan, sambil melihat ke samping kanannya, di mana Edward sedang menegak minumannya.

"Siapa yang marah?" Edward balik bertanya tanpa menoleh ke Ayahnya tersebut.

"Edward, apa yang kamu harepin dari Ayah? Karena Ayah nggak setuju sama keinginan kamu, kamu jadi marah sama Ayah, terus Ayah harus gimana? Nggak semua hal harus sama seperti yang kamu mau." Ucap Jordan.

Edward menoleh, dengan wajah serius, sepertinya ia tidak bisa diam saja.

"Tapi aku beneran suka sama pacarku, Yah." Edward menegaskan.

"Kalau Ayah kasih kamu pilihan, sekarang kamu udah kelas dua belas, tujuan masa depan kamu udah di depan mata, kamu milih tetap ngejar cita-cita kamu atau tetap mau pacaran sama dia?" Tanya Jordan.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang