Disaat derasnya mulai mereda.
Kudengar sebuah pesan.
Pesan hujan.
Kepada aspal yang berjajar
dari utara ke selatan yang
penuh dengan lubang :"Hari ini aku kembali lagi. Tak hanya untuk sekedar membasahi hamparan yang kering sebab pancaran mentari. Namun, juga untuk menutup rongga - rongga kenangan yang membekas di sekujur dirimu dengan sedikit bagian dari diriku".
"Meski kutahu, hadirku takkan mampu bertahan lebih lama. Namun setidaknya, diriku mampu membuat dirimu sejenak lupa akan ulah para manusia. Yang terus menginjak dan melindas dirimu tanpa belas kasihan sedikitpun".
"Secuil doa terbaikku untukmu. Semoga kau dapat lekas berjumpa dengan bahagia. Wahai aspal yang penuh luka".
Dalam hening yang merayap.
Dengan suara lirihnya si aspal
menjawab :"Aku telah lama bahagia, duhai hujan. Bahkan ketika dirimu masihlah mendung yang memayung dari ketinggiannya. Aku telah bahagia".
Sungguh kurasa.
Begitu tulus permohonan
sang hujan.
Bahkan ia sampai rela
setiap tetesnya menjadi penawar
untuk setiap luka aspal yang menganga.Dan sungguh kurasa juga.
Begitu sederhana si aspal
menafsirkan makna bahagia.
Hanya melalui hadir sang hujan.
Yang ia sudah paham
bahwa itu hanyalah satu kedipan mata.Kebumen, 07 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Berpuisi
Poetry"Sekitarmu adalah puisi tanpa kertas. Maka, jadikanlah hatimu buku catatan tak berhalaman, dan akalmu pena yang tak pernah kehabisan akan tinta. Hingga setiap puisi yang dirangkai semesta, mampu terbaca oleh mata fana manusia". Seseorang yang tengah...