Dalam sebuah gelas kaca
yang meneduh dibawah tenda
salah satu pedagang kaki lima.Tercipta sebuah dialog mesra
antara kopi dan gula.
Sebuah dialog yang teramat singkat
isinya, namun teramat panjang
kenangan yang mendera setelahnya.Sebuah ucapan terima kasih
dari si hitam pahit kepada
kristalisasi sari tebu yang manis.Yang telah lama berpisah
dalam wadah yang berbeda.
Namun, kini mereka dipertemukan
dalam gelas kaca ketika gerimis melanda."Terima kasih untukmu yang
berkenan menemaniku dalam
wadah yang luasnya sangat kurang"."Tak lama lagi, diriku dan dirimu
akan tenggelam kedalam kerongkongan itu.
Menghilang, namun hanya raganya.
Sebab rasaku dan rasamu telah menyatu
menjadi cita rasa yang abadi. Dan takkan
mampu terganti".Dalam lengang suasana
si gula hanya berkata :"Tak usah berterima kasih, sebab semua telah memiliki takdir hidupnya masing-masing. Dan takdir hidupku adalah untuk menyatu bersama dirimu, lalu menghilang ke keabadian itu".
Sejenak kemudian, keduanya
benar-benar tenggelam diteguk
kerongkongan.
Menghilang dalam
peluk mesra penuh cinta
menuju ke keabadian cita rasa.Kebumen, 11 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Berpuisi
Puisi"Sekitarmu adalah puisi tanpa kertas. Maka, jadikanlah hatimu buku catatan tak berhalaman, dan akalmu pena yang tak pernah kehabisan akan tinta. Hingga setiap puisi yang dirangkai semesta, mampu terbaca oleh mata fana manusia". Seseorang yang tengah...