Di selembar langit
pagi yang membiru.
Bergaun gumpalan-gumpalan
air yang membeku.Kutatap kerutan-kerutan
di wajah para gembala.
Yang baru saja terbangun
dari timangan mimpi-mimpi
semu mereka dalam lelap tidurnya.Lalu beranjak dari
pembaringan khayalan.
Menapakkan kembali
kedua telapak kakinya
di atas tanah kenyataan.Melangkah ke depan sambil
sesekali mengayunkan
kedua tangan.Mengais serpihan-serpihan
harapan yang terpencar
di semesta kefanaan.Meski terkadang
dirinya tertusuk duri kekecewaan.
Tersandung batu kepayahan.
Dan terpeleset lumpur penyesalan.Namun, tak kulihat
lukisan kata henti
dalam raut wajahnya
yang berseri.Teringat, bahwa masih ada
peliharaan-peliharaan yang
menunggu pulang mereka
di kandangnya.Dengan penuh harap
menanti berkantung-kantung
bahagia yang dipikul
di panggul si gembala.Kebumen, 18 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Berpuisi
Poesía"Sekitarmu adalah puisi tanpa kertas. Maka, jadikanlah hatimu buku catatan tak berhalaman, dan akalmu pena yang tak pernah kehabisan akan tinta. Hingga setiap puisi yang dirangkai semesta, mampu terbaca oleh mata fana manusia". Seseorang yang tengah...