Kelabu kembali merayu.
Membentangkan awan-awan
gelapnya memenuhi langit
yang seharusnya membiru.Menurunkan kembali
rintik-rintik itu
kepada seonggok tanaman
yang sedang menengadahkan
daunnya menghadap angkasa.
Bagai sepasang tangan
manusia ketika berdoa
pada Tuhannya."Aku kering berbulan-bulan yang lalu. Ketika mentari dengan gagahnya meluapkan emosi sinarnya yang membara. Dan membuat diriku terkulai lemah dibuatnya".
"Namun, sejenak kumerasa.
Beberapa hari ini mentari seakan mengalah
pada kehendak angkasa. Yang dengan segala belas kasihNya mampu
mengalahkan ego yang membara.
Sehingga gerah mampu berganti
basah yang menenangkan".Dari singgasana tanah
yang didudukinya.
Terucap samar sebuah
ungkapan penuh cinta.
Dari seonggok tanaman
yang sedang didera rintik hujan."Terima kasih atas air ini, Wahai Angkasa.
Darinya dapat kurasa lega akan segala dahaga, dan kudapat obat dari segala rindu akan belas kasihNya padaku".Kebumen, 12 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Berpuisi
Poetry"Sekitarmu adalah puisi tanpa kertas. Maka, jadikanlah hatimu buku catatan tak berhalaman, dan akalmu pena yang tak pernah kehabisan akan tinta. Hingga setiap puisi yang dirangkai semesta, mampu terbaca oleh mata fana manusia". Seseorang yang tengah...