57

205 55 38
                                    

Tolong jangan marah marah ke saya, tanya aja ke bapaknya zeyu kenapa pindah

Nana pov

Aku membuka mataku perlahan kemudian mengedipkannya beberapa kali untuk menetralkan cahaya

Aku diam memandangi langit langit kamar ku, mataku terasa hangat tubuhku lemas

Aku menghela nafas panjang kemudian beranjak dari kasur ku berjalan menuju kamar mandi

Aku berjalan pelan menuruni anak tangga berniat pergi ke dapur untuk minum segelas air

Langkah ku terhenti aku terdiam melihat ayah yang duduk di ruang tengah diam menatap ku

Ayah diam menatap ku dan kotak yang ada di atas meja secara bergantian

Aku terdiam wajahku panik jantungku berderak kencang setelah menyadari kotak apa itu

"Ini apa?"ayah

"I-itu.."nana

"Kamu masih ngelukis?"ayah

Yaa itu adalah kotak yang berisi alat alat lukis ku, kotak yang selama ini ku sembunyikan

Aku diam tak ada satupun kata yang bisa keluar dari mulut ku

"Sini"ayah

Aku masih diam kemudian berjalan pelan menghampiri ayah sambil menundukkan kepala ku

"Ayah harus bilang berapa kali sih? Ayah gak suka kamu ngelukis"ayah

"Ngelukis itu cuma buang buang waktu, gak ada gunanya"ayah

"Waktu yang kamu pake buat ngelukis seharusnya bisa kamu pake buat belajar"ayah

Aku diam menundukkan kepalaku, butiran air mata mulai keluar dari ujung mataku

Ayah berdiri beranjak dari tempatnya, berjalan menuju pintu membawa kotak tadi

"Ayah jangan dibuaaaang"nana

Aku berlari mengejar ayah keluar, ayah membuka semua cat ku membuang semua isinya kedalam kotak

"Ayaah jangaan"nana

"Yaah jangan di buang yaah"nana

"Naa mohoon"nana

Butiran air mata mengalir deras dipipiku, ayah mengambil kuas kuas ku mematahkannya dan memasukkannya ke dalam kotak

Ayah kembali mengambil cat cat yang tersisa cat cat yang masih tertutup rapat dan melakukan hal yang sama, membukanya kemudian membuang isinya

"Jagan dibuaang"nana

"Ayah naa janji abis ini naa belajaaar"nana

"Tapi jangan dibuang"nana

Ayah tak mempedulikan ku tak menanggapiku sama sekali, ayah diam menatap ku kemudian berjalan menghampiri ku

"Kamu boleh simpen lukisan lukisan kamu"ayah

"Tapi gak buat ngelukis lagi"ayah

"Kalo ayah liat kamu ngelukis lagi, ayah gak akan segan segan buat buang lukisan kamu juga"ayah

Ayah kembali diam menatapku

"Sana masuk"ayah

Aku sudah berada di kamar, butiran air mata tak henti hentinya keluar dari mataku

Mataku terasa semakin hangat, seluruh tubuh ku bergetar bahkan tanganku ikut gemetar aku benar benar tak bisa menahan tangisku

Shuyang pov

Aku duduk bersandar di bangku ku menatap pintu kelas, aku terdiam melihat nana yang berjalan pelan memasuki kelas

Keadaannya terlihat buruk bahkan sangat buruk, matanya bengkak, sklera matanya memerah, tubuhnya terlihat sangat lesu

Apa yang terjadi padanya?

Aku beranjak dari tempatku berjalan keluar dari kelas, nana ikut beranjak dari bangkunya berjalan menyusulku

"Shuyang"nana dengan suara yang pelan

Aku menghentikan langkahku kemudian melihat ke arah nana diam menatapnya

Nana berjalan menghampiri ku berdiri di hadapan ku diam menatap ku

"Nih, udah aku cuci"nana memberikan sapu tangan pada shuyang

"Makasih ya"nana

Aku mengambil sapu tangan yang ada di tangan nana menyimpannya di saku ku

"Shuyang"nana

"Aku udah tulis di kertas, kertasnya juga udah aku terbangin"nana

Nana diam sebentar sebelum kembali melanjutkan kata katanya

"Tapi kenapa rasa takutnya gak hilang?"nana

"Aku masih takut"nana menahan tangisnya

"Lu nulis apa?"shuyang

Nana diam tak menjawab pertanyaanku

"Gw tanya lu nulis apa?"shuyang








































Ineffable || Ren Shuyang

Ineffable || Ren Shuyang [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang