5.

43 6 7
                                    

Happy reading!!
I hope u enjoy it.
sorry for the boring story
Masih ada pengubahan penyebutan yaa.

"Ah, untung banget gue tepat waktu," ujar Haura, dia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai pembawa bendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah, untung banget gue tepat waktu," ujar Haura, dia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai pembawa bendera.

"Makanya lain kali itu, jangan begadang buat liat laki korea, sama laki gepeng lo." Kania mencubit pelan pipi kiri Haura. Haura hanya memanyunkan bibirnya, antara sok imut, atau memang ingin saja.

Mereka berdua berjalan menuju kelas sambil bercanda, sedangkan dibelakang mereka berdua ada Nathan yang selalu memasang wajah datar, tapi mukanya malah menjadi imut.

Haura dan Kania terus bercanda hingga mereka berada ditengah-tengah koridor, saat asik tertawa dengan cepat seseorang menabrak Haura dari belakang. Membuatnya sedikit terhuyung ke depan.

"Awas, jangan ngalangin jalan."

Pelakunya adalah Nathan, entah angin apa yang membuat dia jadi seperti ini, perasaan koridor kiri dan kanan masih luas dan lenggang, dan tidak banyak siswa-siswi yang berlalu lalang.

"Mata lo buta? Ga liat kiri-kanan koridor masih luas?" kata Haura, jujur moodnya sedang bagus, dan laki-laki berwajah cantik ini malah mencari masalah dengannya. Apa laki-laki ini ingin membuat moodnya hancur?

Nathan mengerutkan keningnya, kemudian ia merotasi kan matanya, saat melihat wajah Haura, tidak tau mengapa hatinya merasa kesal.

"Tapi kalian berdua di tengah jalan, dan gue mau lewat. So, kalian ngalangin jalan kan?"

Sedangkan Kania sedari tadi hanya menatap mereka berdua linglung, ini apa sih? Ini Kenapa? Gue dimana?

Haura mendecih, rasanya dia ingin menampar wajah cantik nan menyebalkan itu. Tapi niatnya diurungkan saat melihat Tiara Harmawati, anak kepala sekolah yang merasa dirinya yang paling cantik di sekolah ini.

Tiara dengan gaya centilnya mendekati Nathan, ia memberikan senyum termanisnya, yang menurut Haura itu asam. Kemudian ekspresinya berubah saat melihat Haura dan Kania.

"Selamat pagi kak Nathan," ucap Tiara dengan suara di imut kan. Ia langsung saja bergelayut manja ditangan kanan Nathan.

Nathan memandang jijik dan risih kepada Tiara. Sedangkan Tiara malah memandang jijik kearah Haura dan Kania.

"Kakak ngapain disini sama tuh dua cabe? Mending kakak antar aku ke kelas aku aja," Tiara mencoba menggeret Nathan, tapi Nathan tidak bergerak sedikit pun.

"Ih ayo kak!"

"Kok malah diem sih kak?" Nathan menatap sengit Tiara, membuat hati Tiara sedikit ragu untuk mengajak kakak kelasnya yang baru pindah beberapa minggu lalu pergi bersamanya.

"Lepasin." ucap Nathan sambil melirik ke arah tangannya yang sedang dipeluk Tiara. Dengan cepat Tiara melepaskan pelukannya.

Nathan menepuk-nepuk seragam dan tangannya, seperti sedang membersihkan kuman dan debu, kemudian ia mengambil hand sanitizer spray yang ada di saku celananya, kemudian menyemprotkan ke seluruh tubuhnya.

Tiara dibuat melongo, sedangkan Haura sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Ga nyangka banget, lo masih sama aja kaya dulu, takut kuman." Haura menepuk bahu Nathan, amarahnya kepada lelaki itu sudah hilang akibat sikapnya yang menolak Tiara, seolah Tiara itu kuman.

Ah moodnya kembali menjadi lebih baik 2 kali lipat karena wajah Tiara yang menahan malu akibat perbuatan Nathan.

Haura kemudian menarik Kania dan berlenggang pergi meninggalkan Nathan yang masih menatap Haura dalam, dan Tiara yang 100% mukanya memerah karena menahan amarah.

Ah! Jangan lupa, Nathan tidak menyemprotkan hand sanitizer spraynya ke tempat yang ditepuk Haura.

___________

Nathan berjalan dengan santai menuju kelasnya, diluar dia memang terlihat santai, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya merasakan perasaan aneh yang tidak pernah dirasakannya. Seperti ada yang terbakar dan membuat sakit. Akibat pemandangan yang dilihat saat ia memasuki gerbang sekolah.

Apalagi ini hari senin, dan ada upacara. Rasanya dia ingin membolos, tapi takut uang jajannya akan dipotong oleh Ibu negara.

Akhirnya satu jam untuk upacara terlewati dan ia bisa pergi ke kelas dan tidur sejenak, kepalanya terasa pening akibat terkena sinar matahari terlalu lama.

Saat beranjak menuju ke kelas, ia melihat dua gadis yang sedang asik tertawa, dan salah satu dari mereka ia kenal.

Haura, gadis cerewet, sok imut, kurus kering, tinggi, dan sombong. Itu adalah penilaian Nathan soal Haura sejak pertama kali bertemu. Agak aneh saat kedua orang tua mereka berdua saling kenal, dan mengatakan mereka adalah teman masa kecil.

Gadis dengan rambut sebahu itu, masih asik tertawa dengan teman barunya, yang baru pindah bersamaan dengan Nathan.

Melihat gadis itu tertawa seperti ada yang menjanggal di hatinya, ah. Dia jadi teringat kejadian tadi pagi yang ia lihat di depan gerbang sekolah.

Saat ia melihat Haura dan temannya berjalan ke tengah koridor, ia dengan cepat menabrakkan tubuhnya ke tubuh sang gadis. Membuat sang gadis sedikit terhuyung ke depan.

Niatnya dia hanya ingin membuat si gadis memperhatikannya sedikit, entah karena ada informasi soal dua anak baru kelas 10, membuat Haura tidak pernah mengganggunya lagi. Biasanya sang gadis akan meledeknya pria berwajah cantik, dan sebagainya.

Tapi beberapa hari ini tidak, apalagi tadi pagi dia masuk sekolah bersamaan dengan seorang adik kelas, pacarnya? Tidak mungkin, mana ada pria yang tertarik dengan wajah sok imut dan tubuh kurus kering itu.

Saat asik berdebat dengan Haura, si manusia menyebalkan Tiara, adik kelas yang tidak tahu diri sudah menempel padanya selama seminggu penuh datang dan langsung bergelayut manja, menganggu saja. Rasanya ingin ia hajar wajah sok cantik itu, tapi dia masih sadar derajat, tidak mungkin dia memukul kuman menjijikan itu dengan tangan bersihnya.

Nathan langsung saja menyuruh Tiara untuk melepaskan tangannya, dan untungnya si pengganggu ini menurut. Dengan segera ia membersihkan tubuhnya dari kuman yang dibawa Tiara kepadanya. Jujur, Nathan sangat anti kotor, ia merasa sangat jijik kepada dirinya sendiri kalau dipeluk oleh orang asing.

Setelah selesai, ia melihat Haura sudah tertawa terbahak-bahak, dan si pengganggu, Tiara. Sudah berwajah masam.

Haura pun mendekat kepadanya, kemudian menepuk bahunya.

"Ga nyangka banget, lo masih sama aja kaya dulu, takut kuman."

Hah? Dia tau? Bagaimana bisa? Setahu Nathan tidak ada yang mengetahui bahwa dia orang yang sangat higenis, selain sanak saudaranya.

Sialan hatinya berdetak cepat, sial, sial, sial!



Don't forget to vote and comment!!
See u next part!!

LiefdestaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang