Selamat membaca!
_____________
Hari Senin, hari keramat bagi para murid. Sekarang sudah pukul 7.15 para murid sudah berbaris manis untuk mengikuti upacara.
Dan seperti biasa Haura menjadi pengibar bendera pusaka, didampingi Gio si receh, dan Damar yang selalu berujar pedas.
“Hau, itu dasi lo miring.” Gio mendekati Haura, lalu merapihkan dasinya.
“Makasih Gio,” ujar Haura. “Btw, kok kita mulu sih. Yang jadi pengibar!”
Gio mengangkat bahunya, sedangkan Damar malah menatap sinis Haura.
“Lo kalo ga mau jadi pengibar, bilang! Biar kita cari orang lain,” sinis Damar. Untungnya Haura sudah terbiasa dengan kata-kata yang sinis dari Damar.
“Bukan gitu Dam. Tapi, apa salahnya kasih kesempatan buat murid yang lain, siapa tau mereka berminat?” Haura menatap Damar. “Ya, kan. Gio?”
“Iya sih, tapi lo tau lah kepsek kita. Kalo udah pas di hati dia, gabakalan dia ganti lagi.” jawab Gio, Damar sendiri hanya mendengus.
“Mending lo berdua kelapangan, terus siapin diri. Dari pada ngebahas hal ga jelas!” Damar mendorong kedua partner pengibarnya itu. Haura dan Gio dengan terpaksa berjalan menuju lapangan.
“Si Damar udah dua tahun jadi partner kita, tetep aja sinis. Padahal ganteng lho dia.” cibir Haura, dia dan Gio berjalan dengan pelan sambil menggosipkan Damar.
“Iya ... Gue jadi takut kalo ga ada cewek yang suka sama dia, bisa-bisa dia homo lagi!” tambah Gio. Damar yang masih mendengar ucapan mereka berdua langsung saja berteriak.
“GUE MASIH BISA DENGER PERKATAAN LO BERDUA YA!” Haura dan Gio hanya cekikikan dan berlari menjauhi Damar.
Sedangkan Damar hanya bisa mengelus dadanya, mendapatkan partner seperti Haura dan Gio sangat menguras tenaga.
Upacara akhirnya dijalankan dengan lancar tanpa hambatan, dan untungnya hari ini tidak panas, hanya mendung. Tapi tetap saja membuat para murid pegal akibat berdiri. Apalagi dengan amanat dari kepala sekolah yang panjang.
“Kak Haura enak banget, berdirinya diapit dua cogan,” ujar Oliv yang tak lain adalah gebetan Artuhrito.
“Iya enak banget,” balas temannya.
“Jadi iri.”
Artuhrito yang berbaris di belakang Satria dan di samping teman Oliv langsung angkat suara.
“Lho, emang yang di sebelah teman lo ini ga ganteng?” tanya Artuhrito. Oliv sendiri kaget mendengar suara sumbang ikut berpartisipasi dalam pembicaraannya dan temannya.
Oliv memalingkan wajahnya ke arah Artuhrito. Artuhrito sendiri sudah cengar-cengir seperti orang gila. Satria yang melihat Artuhrito seperti itu langsung mengusap kasar wajah milik sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liefdestaal
Teen Fiction"Pacaran sama gue, sekarang." "Males banget, pacaran sama cowok cantik!" "Cantik gini ... Tapi lo suka kan?" - "Kak! Jadi pacar aku aja gimana?" "Entar dikasih bunga tiap ketemu deh," "Maap ga doyan adek kelas." _ Saya masih dalam tahap belajar menu...