21.

23 3 0
                                    

Selamat membaca!

________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________

Haura menyaksikan bagaimana permainan adiknya, terlihat Satria sangat bahagia menggiring bola ke sana kemari. Tadi selama perjalanan Haura dan Satria saling diam tidak ada yang membuka suara. Hingga saat sampai, Satria langsung melemparkan tasnya lalu bergabung dengan teman-temannya.

Ya, Haura sedikit memaklumi kelakuan biadab adiknya itu. Jika dia dalam mood yang tidak bagus, maka mungkin ada percekcokan yang memalukan.

Mata hitam legam itu menatap ke segala arah, di sini lumayan ramai ada banyak cowok tampan, ada juga pasangan-pasangan bucin yang menyebalkan. Apalagi dengan teriakan menggelikan mereka.

Semangat sayang!

Kalo kamu menang aku kiss, deh!

PACARKU HEBAT!

Haura bergidik ngeri, semoga nanti jika dia memiliki pacar dia tidak seperti itu, tetapi kalo iya dia akan alay seperti itu anggap saja dia khilaf.

Dirinya sebenarnya ingin memandangi cowok tampan, tetapi dia takut cowok yang akan dia tatap sudah memiliki pawang. Dia tidak mau menjadi PHO!

Membosankan! Haura hanya memainkan ponselnya sedari tadi, menggeser ke atas ke bawah. Tidak ada hal bermakna yang dia lakukan hanya ingin terlihat sok sibuk saja.
Sesekali matanya melirik ke sebelah, terlihat 3 sampai 5 perempuan menatapnya tidak suka.

Perasaan gue kaga ngapa-ngapain, kok ditatap sinis gitu ya.

Karena matanya lelah melirik, Haura dengan entengnya menatap balik mereka. Terlihat mereka sedikit terkejut ditatap terang-terangan seperti itu oleh Haura. Salah satu dari mereka mendatangi Haura, dia menduduki dirinya tepat di sebelah Haura.

Perempuan itu menatap remeh Haura, menurutnya tipe-tipe kaya Haura ini gampang dibully.

“Halo.” terlihat senyum sinis terpatri di bibir merah alay itu.

Haura mencoba membalas sapaan itu dengan baik, tidak mau berpikir yang tidak-tidak dulu.

“Halo juga,” senyum manis Haura tampilkan.

“Datang kesini sama siapa tadi?”

“Sama dia tadi.” Haura menunjuk ke arah Satria yang sedang bermain futsal. Dia tidak ingin langsung mengatakan bahwa dia datang bersama adiknya. Firasatnya mengatakan perempuan yang di depannya ini memiliki maksud tertentu akan dirinya yang datang bersama Satria.

“Oh ... lo siapanya Satria emang?” wah sepertinya perempuan ini tidak mau berlama-lama.

Haura menunjukkan raut bingung, seolah berpikir dia ini siapanya Satria.

“Aduh, gimana yah ... Bisa dibilang orang yang penting sih, buat Satria.” jawab Haura. Bodoh amat mau diketawain Satria karena pede.

Perempuan itu mengerutkan keningnya. Seperti tidak suka dengan jawaban Haura. Dia mengibaskan rambut yang sedari tadi dia pelintir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LiefdestaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang