13.

20 5 0
                                    

Happy reading!!

Koridor sekolah pagi ini sangat ramai, banyak siswa siswi yang berlalu lalang, Haura terheran-heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Koridor sekolah pagi ini sangat ramai, banyak siswa siswi yang berlalu lalang, Haura terheran-heran. Ada apa nih, rame-rame?

Ia mempercepat langkah kakinya menuju kelas, berharap Kania dan Loly sudah ada, dia ingin mereka berdua bisa saling kenal dan juga menjadi bestie.

Saat ingin berbelok masuk ke kelasnya, dahinya menghantam punggung tegap seseorang.

“Aw!” ringis Haura.

Pemuda yang ditabrak Haura segera membalikkan tubuhnya, melihat keadaan si penabrak.

“Eh, maaf kak.” ujar pemuda itu.

Haura menatap pemuda dihadapannya dengan tatapan tajam, kalau tidak salah pemuda ini adalah Rangga, si playboy cap katak. Anak kelas 10, sekelas dengan adiknya, Satria.

“Lo ngapain berdiri depan kelas gue?” tanya Haura, ya walaupun Haura otaknya agak miring, tetapi kalo soal rasa tinggi sebagai kakak kelas tetap ada.

Rangga yang ditanya seperti itu, dengan kikuk menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Rangga mau nyari kakak Kania, kak.” ujar Rangga.

Tunggu sebentar! Apa Haura tidak salah dengar? Dia menyebut namanya sendiri?! Lho? Ga mungkin playboy ngomongnya kaya gini.

Haura masih terbengong dengan apa yang barusan dia dengar dari mulut Rangga, di dalam kelas banyak yang memperhatikan interaksi mereka, tetapi tidak bisa mendengar apa yang mereka berdua bicarakan.

Kania yang melihat Haura masih berdiri di depan kelas dan tidak masuk, langsung saja menghampirinya.

“Hau, ngapain? Kok ga masuk?” tanya Kania, membuat Haura segera tersadar.

“E–eh, Ini ada yang nyariin lo Nia,” jawabnya.

Kania menoleh pada pemuda disebelah Haura, pemuda itu lumayan tinggi, tapi dia bisa tau bahwa pemuda itu adalah adik kelasnya.

“Ngapain nyariin gue, dek?” tanya Kania, dia berusaha terlihat ramah.

“Kak Kia ga ingat Rangga?”

Kania mengernyit heran, Kia? Panggilan itu khusus dibuat oleh neneknya, bagaimana anak ini bisa tau?

“Rangga? Rangga siapa? Gue ga kenal.” kata Kania. Haura hanya memperhatikan mereka berdua.

“Lho kak? Kita kan sepupuan,” jelas Rangga lagi.

“Ih jangan ngawur lo, gue ga punya sepupu namanya Rangga,” balas Kania, ia meneliti wajah Rangga.

Rangga mengerucutkan bibirnya, “Jahat banget sih kak, padahal dulu kak Kia suka banget jailin Rangga.”

Memori Kania berputar, setahunya anak yang suka dia jailin waktu kecil adalah Fari, bukan Rangga.

LiefdestaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang