"Pacaran sama gue, sekarang."
"Males banget, pacaran sama cowok cantik!"
"Cantik gini ... Tapi lo suka kan?"
-
"Kak! Jadi pacar aku aja gimana?"
"Entar dikasih bunga tiap ketemu deh,"
"Maap ga doyan adek kelas."
_
Saya masih dalam tahap belajar menu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nathan memasuki kelasnya, jujur saja kelasnya sekarang seperti kapal pecah, banyak sampah kertas yang berserakan. Dia mendekat ke arah teman sebangkunya.
"Oi Nath, cepet amat baliknya?" tanya Haikal
"Males di kantin, ada nenek lampir keselek." ucap Nathan.
Ia menarik kursi kemudian mendudukinya. Jika di ingat kembali wajah keselek Haura itu sangat lucu, dia hampir saja menyemburkan kuah bakso yang tadi dia seruput.
"Yee, mana ada nenek lampir keselek," Haikal meninju Nathan pelan.
"Lo ketinggalan berita sih, sekarang nenek lampir keselek itu lagi trend." ujar Nathan ngelantur.
"Mana ada njem, ngadi-ngadi lo." Haikal heran, temannya ini kerasukan apa gimana, tiba-tiba omongannya menjadi ngelantur.
"Hai babu-babuku!" teriak Deren, dia merupakan teman Nathan yang bisa dibilang dekat sama seperti Haikal.
"Babu ndasmu! Sini cepat bayar utang lo, jajan di kantin bisa. Masa bayar utang lima rebu aja ga bisa," semprot Haikal.
Ia mengadahkan tangannya, meminta agar si Deren segera membayar hutangnya.
"Selow my brother, besok aja ya bayar utangnya? Ya, ya?" rayu Deren.
"Sialan lo. Tiap gue tagih utang, besok mulu jawabnya, besok kalo ga bayar lagi gue putusin anu lo!" ancam Haikal, ia memperagakan seolah sedang memotong sesuatu.
"Hehehe ... Maklum Kal. Uang jajan gue lagi di potong nyokap." kata Deren