pengalaman terbaik, kurasa.

2.9K 229 23
                                    

Mingyu masih terkejut dan bingung tapi Wonwoo segera menariknya masuk dan ia langsung menuju meja resepsionis, untuk mengambil kunci karena ternyata ia sudah memesan. Mingyu masih terheran dengan kelakuan Wonwoo tapi ia terus mengikuti langkah Wonwoo yang menarik tangannya.

Keduanya berhenti di depan lift, Wonwoo memencet tombol lift dan menunggu beberapa saat sampai terbuka dan keduanya masuk. "Mas Wonwoo beneran?" Tanya Mingyu saat setelah pintu tertutup dan lift naik ke lantai dua belas. Wonwoo menoleh dan mengangguk. "K-kok mas Wonwoo bisa kepikiran sampai sejauh ini sih? Padahal aku enggak."

"Tapi kamu suka kan?" Wonwoo tersenyum simpul dan mendapat anggukan dari Mingyu. Tentu saja, Mingyu mengangguk, ia hanya tidak pernah berpikiran bahwa Wonwoo akan melakukannya. Hotel? Bahkan Mingyu tidak pernah kepikiran.

Setelah beberapa saat, pintu lift terbuka, keduanya keluar dari sana dan berjalan menuju pintu kamar yang sudah Wonwoo pesan, ia membuka pintu tersebut dan mempersilakan Mingyu untuk masuk, juga dengan dirinya yang lalu menutup pintu.

Kedua mata Mingyu membulat, ia berjalan masuk, melihat sekeliling kamar hotel yang didekorasi. Ia tersenyum simpul dan mendekat ke arah kue ulang tahun yang ada di atas meja di kamar tersebut. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursinya. Menoleh ke arah Wonwoo sembari tersenyum. "Mas Wonwoo kok tahu kapan ulang tahun aku?" Tanyanya.

Wonwoo terkekeh dan mendekat, ia duduk di seberang Mingyu, mengeluarkan korek api dan menyalakan lilin tersebut. Ia menatap Mingyu dengan lekat. "Selamat ulang tahun Mingyu." Lirihnya sembari mendekatkan kue ulang tahun tersebut ke arah Mingyu. "Maaf, aku cuma bisa nyiapin ini." Tambahnya. Ia menampilkan senyumnya dan mendapat balasan senyum dari Mingyu.

Mingyu mengangguk pelan. "Boleh aku tiup ya mas lilinnya." Ucapnya dan Wonwoo mengangguk untuk menanggapi. "Semoga, mas Wonwoo jadi orang terakhir yang aku sayang." Mingyu meniup lilin tersebut lalu menatap Wonwoo yang menatap bingung.

"Kenapa aku Mingyu? Harusnya kamu doa buat kamu sendiri."

"Kan itu buat aku mas." Mingyu tersenyum simpul. Ia kemudian meraih sendok kue yang ada di sana dan mengambil kuenya, menyodorkannya pada Wonwoo.

Kedua mata Wonwoo mengerjap lalu ia membuka mulutnya, menerima suapan yang kekasihnya berikan. Mingyu kemudian mengambil lagi dan memakannya. "Enak, mas Wonwoo bener-bener yang terbaik." Ia memakan kue tersebut lagi. Mingyu menatap keluar jendela besar yang ada di sana. Melihat betapa indahnya lampu-lampu malam kota itu. "Bagus ya mas?" Lirihnya.

Wonwoo menatap ke arah jendela dan mengangguk pelan, ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela, memperhatikan setiap lampu tersebut dengan gedung-gedung tinggi di sana. Ia menoleh saat merasakan pelukan dari belakang yang Mingyu berikan, ia lalu menunduk dan mengusap lengan Mingyu.

Keduanya terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya Mingyu membalik tubuh Wonwoo, ia mencium bibirnya, melumatnya dengan lembut. Wonwoo membalasnya dan itu membuat ciuman Mingyu semakin menuntut dan dalam, ia memasukkan lidahnya ke mulut Wonwoo setelah diberi akses.

Wonwoo melingkarkan kedua lengannya di leher Mingyu, tubuhnya perlahan ditarik oleh Mingyu dan ia terjatuh di tempat tidur begitu saja, ciuman kembali dilakukan saat Mingyu mengungkungnya, dan kali ini lebih panas dan intens. Libido Mingyu dibangunkan begitu saja setelah ia menahan diri cukup lama untuk tak menerkam Wonwoo, tapi malah sekarang, Wonwoo sendiri yang menyerahkan tubuhnya.

Ciuman dilepas Wonwoo, lidahnya itu menyapu daun telinga Mingyu, berpindah pada leher jenjang Mingyu dengan tangan yang tak tinggal diam, meraba sensual di balik baju Mingyu. Kapan masuk? Mingyu bahkan tidak sadar, ia terlalu menikmati hembusan napas Wonwoo dan jilatan kecil Wonwoo di lehernya. Apa ini kebohongan yang mas Wonwoo maksud? Batin Mingyu.

mas arka wonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang