selamat ulang tahun, mas. [bonus chapter]

3.6K 250 34
                                    

Hening suasana kamar Mingyu yang begitu rapi seperti biasanya. Tapi di luar sana, hujan turun begitu deras beserta dengan suara menggelegar petir.

Mingyu duduk di sebuah kursi, menatap jendela kamarnya yang tirainya terbuka. Ia tengah meminum teh hangat yang ia buat dan di bawa ke kamarnya.

Ia duduk terdiam, menikmati pemandangan dari jendela kamarnya itu yang tak lain adalah hujan. Ia terus menyeruput teh hangat itu, melirik jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore.

Habis dengan teh hangatnya, ia bangkit, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana yang ia gunakan, lalu mengambil sebuket bunga mawar merah dan membawanya keluar bersamaan dengan cangkir teh itu.

Ia berjalan ke arah dapur, meletakkan cangkir itu di wastafel, lalu berjalan ke arah ruang tamu, dimana ibunya berada. "Ma, aku berangkat ya." ucapnya dan ibunya menoleh.

Nyonya Mahendra tersenyum dan bangkit dari duduknya, ia mengusap wajah Mingyu yang masih menyunggingkan senyum. "Jangan lupa bawa payungnya." ucapnya dan diberi anggukan oleh Mingyu.

Mingyu berjalan melewati ibunya, ia mengambil payung dan berjalan keluar dari rumah tersebut, masuk ke sebuah mobil dan mengendarainya. Melewati jalanan yang sepi karena sedang hujan deras.

Ia menghela napasnya, setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Mengambil payung dan bunga mawar yang ia bawa.

Ia berjalan melewati beberapa makam orang lain di area pemakaman tersebut. Hingga akhirnya kedua langkah kakinya terhenti di depan sebuah makam yang sudah di tumbuhi rumput. Ada beberapa jenis bunga di sana, mungkin dari orang tua kekasihnya.

Ia mendekat, berjongkok dengan masih memegangi payungnya yang sedikit ia majukan untuk memayungi makam tersebut. Kedua matanya menatap batu nisan yang bertuliskan nama Dilan Wonwoo Arkana.

Senyuman tipis tersungging di bibir Mingyu, ia meletakkan bunga mawar itu di antara bunga-bunga yang ada di sana. "Mas Arka.." panggilnya dengan lirih, hampir tak terdengar karena suara hujan deras itu.

Ia terdiam, menatap makam itu dengan lekat, membuat dirinya merasakan sakit lagi, tidak, tapi rasa sakit itu tak pernah hilang dari lubuk hatinya. Ia masih merasakan rasa kehilangan dari kekasihnya itu.

Ia menggigit bibir bawahnya, mendongak untuk mencoba menghentikan air matanya yang akan keluar. Lalu ia terkekeh dan kembali menatap makam Wonwoo. "Maaf mas.. kelepasan." ucapnya dengan tersenyum..

Tangan kanannya menyentuh batu nisan yang basah itu dan mengusapnya. "Udah empat tahun aja mas.. Gimana tidurnya?" tanyanya lirih, tapi sia-sia, air matanya tetap saja turun dari kedua mata elang itu.

Mingyu mengerjap kecil dan menunduk, ia tertawa dibarengi dengan hujan yang semakin deras. "Aku udah lulus loh mas.. Makanya akhir-akhir ini, aku paling datang cuma seminggu sekali." ucapnya mulai bercerita.

Ia mendongak lagi, menatap batu nisan yang masih ia usap. "Tapi lulusnya kelamaan.." kekehnya. Memang lama, karena Mingyu masih terlalu memikirkan Wonwoo.

"Sekarang aku udah mulai nyari kerja, tadinya suruh kerja sama papa sama kak Reza, tapi.. pengen di tempat lain." ia mengulum bibirnya, menatap bagian makam Wonwoo yang kehujanan.

Lalu ia menurunkan payungnya, dan membuat tubuhnya sendiri basah kuyup karena guyuran hujan itu. "Masa mas kehujanan aku malah pake payung sih." kekeh Mingyu, ia mendudukkan dirinya di rerumputan samping makam Wonwoo.

Kedua tangannya bertaut. "Mas Arka gimana kabarnya di sana?" tanyanya, ia tak pernah bosan untuk menanyakan hal itu setiap ia datang mengunjungi Wonwoo. "Hari ini.. aku nggak kemana-mana mas, cuma di kamar." ia menunduk.

mas arka wonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang