Bagian 15
SEASON ONE: Grow In Feeling
Published on November 26, 2021
Huang Renjun tidak berniat lancang membuka ponsel Jaemin. Pesan dari kakek ayah dari anaknya yang tidak sengaja dia baca dan itu membuat jantung Renjun seolah ingin berhenti. Seberapa menakutkan sosok kakek Na?
Dia buru-buru meletakkan ponselnya di tempat semula setelah Na Jaemin kembali dari mengantar Baram pulang.
Pesan dari Kakek
Anak biadab Na Jaemin cepat kembali jangan sembunyi! Saya tahu di mana Anda berada! Jika Anda tidak kembali, Kakek harus membunuh kekasih Anda dan calon bayi Anda!
Na Jaemin melihat pesan dari kakeknya yang telah dibuka. Dia melirik Renjun tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia memilih untuk mengeluarkan kartu nomor ponselnya dan melemparkan ponselnya ke jendela sembarangan.
“Jaemin …” sejujurnya Renjun sangat ketakutan setelah membaca pesan itu. Dia takut mereka akan benar-benar menyakitinya dan bayi di dalam kandungannya.
"Tidak apa-apa, mereka tidak akan menyakiti kita." Ucap Na Jaemin yang duduk di sebelah Renjun. Dia meraih bahu Renjun dan membawanya untuk bersandar di bahunya. “Tapi Jaemin … haruskah aku kembali ke ayah dulu agar aman?” ucap Renjun menatap Jaemin.
"Tidak! Kamu harus tinggal di sini bersamaku."
Huang Renjun yang sangat gelisah memeluk Jaemin dengan menyembunyikan wajahnya di leher Jaemin.
“ Renjun ada yang ingin aku katakan.” Huang Renjun mendongak, menatap Jaemin dengan penuh tanya. “Aku sudah mengurus surat adopsi atas nama Baram. Dia akan aku bawa bersamamu pergi dari tempat ini. Keluargamu dan keluargaku sudah tahu kita ada di sini jadi aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Aku akan membawamu dan Baram untuk tinggal di suatu tempat.”
"Apakah ibu Baram setuju?"
"Tentu saja. Aku sudah meyakinkan masa depan Baram dan dia baik-baik saja dengan Baram ingin bersama kami."
Huang Renjun tersenyum.
"Jaemin ... kau yakin tidak ingin pergi ke makam Jungwoo hyeong?"
Na Jaemin terdiam, mengetahui jawabannya adalah dia menolak untuk datang dan meminta maaf atas kematian Jungwoo.
Sekali lagi, Renjun hanya bisa menghela nafas berat. Dia tidak bisa memaksa Jaemin untuk mengikuti kemauannya atau dirinya akan berakhir menyedihkan. Dia takut.
( Jaemren ・ω・)☞
Pada malam hari, Jaemin membawa Baram dan Renjun pergi. Dia meninggalkan rumah kontrakan yang telah dia beli dengan harga tinggi kepada ibu Baram untuk dia tinggali tanpa harus membayar lagi meskipun, rumah itu baru saja direnovasi Jaemin untuk kenyamanan Renjun. Dia tidak peduli tentang itu.Huang Renjun sesekali melirik ke arah Baram yang sedang tidur nyenyak di kursi tengah sambil menyedot susu.
"Kemana kita akan pergi?"
"Bandara."
"Bandara? Mau kemana?"
"Kau akan tahu nanti."
Setelah itu Renjun tidak mau bertanya lagi. Dia memilih untuk tetap diam sambil menyandarkan punggungnya di kursi. “Jaemin … kau mencintaiku?” ucapnya pelan sambil memejamkan matanya.
Na Jaemin yang mendengarnya mengusap perut Renjun dengan sorot yang sangat sulit untuk dijelaskan. Jika dia tidak mencintai Renjun, tidak mungkin dia segila ini sampai membuat Renjun seperti wanita yang dapat hamil. Apakah dia masih tidak mengerti tentang ini?
Tiga jam perjalanan ke bandara, sekarang dia memegang tangan Renjun dengan menggendong Baram masuk bandara untuk check-in. Renjun yang masih mengantuk sesekali memeluk Jaemin di dalam lift yang mendapat banyak perhatian dari mereka yang berada di lift yang sama dengannya.
"Sudah kubilang pakai celana hangat, kau sudah diatur ..." gumam Jaemin karena Renjun mengeluh kedinginan. Bagaimana tidak kedinginan jika dia hanya mengenakan hoodie oversized selutut dengan coat sepanjang mata kaki yang sama sekali tidak berguna untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
Baram yang mulai kesal dengan suara-suara di sekitarnya terbangun. Dia ingin menggosok matanya tetapi Jaemin memegang tangannya yang lembut terlebih dahulu. Itu membuat banyak orang di sekitarnya merasa seperti ini adalah keluarga yang sangat bahagia dan mereka kebanyakan berpikir bahwa Renjun adalah seorang wanita. Karena Renjun terlihat sangat feminin dengan rambut tertutup beannie dan sebagian wajahnya mengenakan masker.
Mereka berdua keluar dari lift dan pergi check-in untuk pemeriksaan sebelum terbang ke Kota Echternach, yang berada di bagian timur Luksemburg dari perbatasan Jerman dekat kota Trier. Alasan Jaemin membawa Renjun ke sana bersama Baram adalah karena seseorang di sana sedang menunggu mereka datang. Karena di sana Jaemin akan menikahi Renjun. Dia ingin mengikat Renjun seumur hidupnya.
( Jaemren ・ω・)☞
Park Chanyeol menggeram marah mengetahui putranya telah dibawa pergi.Park Soo-Young, ibu tiri Renjun diam-diam tersenyum senang mendengar bahwa putra kandung suaminya telah dibawa pergi ke suatu tempat oleh seorang pria sycopathic yang membunuh orang bayarannya.
“Sayang … aku takut Renjun akan dianiaya. Bagaimanapun juga kita harus membawanya kembali.” Munafik! Dia benar-benar ibu tiri yang mencari wajah dan kejam pada saat yang sama. Di luar, dia manis. Di dalam, dia selalu punya cara untuk membuat Renjun pergi selamanya.
Park Jisung yang baru saja kembali dari kampus mendengar bahwa saudara tirinya telah dibawa pergi menjatuhkan tas nya.
“Appa ... hyung…”
Park Chanyeol memijat dahinya merasa sakit kepala.
Dia tidak bisa menjelaskan kepada putra bungsunya tentang Renjun yang dibawa pergi. Dan tentang mata-mata yang dia perintahkan berjaga selama 24 jam ada di sana untuk memantau aktivitas Renjun selama di rumah kontrakan tak menyadari bahwa putranya telah dibawa pergi.
Jisung merasa kesal tak mendapat jawaban sama sekali.
Dia menutup pintu rapat-rapat dan melemparkan vas bunga mengenai kaca rias. Dia mengacak-acak rambutnya frustasi karena saudara tirinya, cinta pertamanya saat dia menginjakkan kaki di rumah ini diambil oleh orang lain. Jika dia tahu akan seperti ini, Jisung akan membawa kakaknya pergi jauh, menculiknya, dan menjadikannya miliknya selamanya. Dia berteriak keras di kamarnya yang kedap suara. Jatuh lemas dengan air mata. Fakta bahwa saudara tirinya hamil sangat menyakitinya. Dan sekarang Renjun telah pergi entah kemana.
“Hyeong … seharusnya aku yang bersamamu ….”
Park Jisung mengingat pertama kali ia bertemu Renjun sebelum ibunya mengenalkannya pada Park Chanyeol yang akan menjadi ayahnya.
Dia bertemu Renjun di taman untuk pertama kalinya kemudian, Renjun mengulurkan tangan kepadanya karena dia jatuh dari sepeda. Renjun mengobati lukanya dan mengatakan bahwa Jisung sangat tampan dan pasti akan dicintai banyak orang. Dan Renjun juga mengatakan bahwa dia akan mencintai Jisung di masa depan. Namun nyatanya setelah mereka berdua tumbuh dewasa, Renjun perlahan menjauh ketika mengetahui ayahnya akan menikahi ibu Jisung. Apa yang dikatakan Renjun menjadi kata-kata belaka. Dan Jisung benci mengingat itu.
Bersambung ...