Bagian 3
SEASON ONE: Grow In Feeling
Published on November 26, 2021
Dia membuka pintu rumah dengan kantong kertas berisi makanan yang dia beli di toko dekat kampus. Na Jaemin membuka kunci kurungan besi di lorong lantai dua menuju kamarnya. Dia lupa bahwa pagi ini dia tidak menyiapkan makanan untuk orang yang dikurung di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, sudah pasti pemuda itu akan sangat lapar. Langkahnya terhenti sejenak di depan pintu kamar karena suara notifikasi dari ponsel seseorang yang ia simpan di dalam tasnya.
Na Jaemin mengambil ponsel dari tasnya dan melihat banyak pesan masuk ke nomor ini. Sebagian besar itu semua dari pesan grup dan sebelum dia mematikan telepon, ada panggilan masuk yang membuat dahinya berkerut. Na Jaemin sangat tahu nomor siapa ini. Dan dia sudah bisa menebak bahwa pemuda yang dia kurung di kamarnya itu bernama Huang Renjun oh, atau Park Renjun. Dia segera mematikan telepon dan membuka pintu.
Ketika dia membuka pintu kamarnya, sebuah benda terlempar tepat ke wajahnya. Huang Renjun segera berlari ke arahnya dan meninjunya secara membabi buta.
Na Jaemin meringis marah menendang perutnya dengan sangat kasar dan berbalik menindihi tubuh pemuda ini. Dia tidak memukulnya kembali dan hanya menatapnya dengan tatapan jengkel yang berapi-api.
"Lepaskan aku bajingan!!!" Huang Renjun marah. Dia memberontak dengan keras dan meludahi wajah Na Jaemin.
Na Jaemin menatapnya lebih datar dan menekankan tangannya di antara kepalanya ke lantai. "Aku bilang kamu tidak bisa pergi. Kenapa kamu begitu rewel." Dia berkata dingin.
Na Jaemin turun dari tubuh Renjun dengan mengambil kantong kertas berisi makanan yang sebelumnya jatuh di depan pintu karena terkejut dilempar bantal.
Dia duduk di tempat tidur melepas jaket dan sepatunya. Sementara Huang Renjun mengepalkan tinjunya, dia masih berbaring di lantai menatap langit-langit. Dia ingin menangis lagi tetapi menangis sendirian akan menguras energinya. Dia harus memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini dan melaporkan pemuda itu ke polisi.
"Kamu pasti lapar, makan sesuatu di kantong kertas itu." Ucap Na Jaemin datar.
Huang Renjun masih tidak bergerak dari berbaring di lantai.
Na Jaemin menghela napas pelan. Dia berdiri, berjalan ke lemari dengan mengambil piama tidurnya sebelum pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ketika dia selesai dari kamar mandi, dia masih menemukan Huang Renjun terbaring di lantai dengan tatapan kosong menatap langit-langit. Na Jaemin mendekatinya, ujung kakinya menyentuh kepala Huang Renjun dengan wajah menghadap ke bawah dan sisa-sisa air di rambutnya menetes ke wajah lembut Huang Renjun.
“Apa kau hanya ingin terus berbaring di sini?”
Huang Renjun tidak menjawab. Dia bangkit dari berbaring dengan melangkah ke sudut lemari. Duduk di sana menghadap dinding dengan kedua kaki ditekuk mengabaikan tatapan Na Jaemin.
Na Jaemin menganggap pemuda ini lucu sehingga dia mendekatinya dengan heran. "Apakah kamu ingin aku menyuapimu makan?" yang ditanya memalingkan wajahnya dengan kesal.
Na Jaemin mengangguk mengerti.
Dia mengambil isi di dalam kantong kertas dan membawanya ke Huang Renjun. Duduk menyandarkan punggungnya ke lemari, Na Jaemin membuka kotak makan. Dia mengambil nasi yang berisi ayam yang ditiriskan di dalamnya dan menyodorkannya ke pemuda mungil yang dalam mode diam.
