Bagian 24
SEASON ONE: Grow In Feeling
Published on November 26, 2021
Pagi-pagi sekali Renjun membangunkan Jaemin untuk segera membersihkan diri karena mereka akan pergi ke makam Kim Jungwoo."Jaemin aegi bangun ... kau kalah dengan Baram yang sudah sejak subuh bangun." Sebal Renjun.
Jaemin melenguh malas kembali meringkuk di balik selimut dengan memeluk bantal. Renjun benar-benar gemas dengan tingkah Jaemin yang satu ini. "Jaemin ayolah bangun atau KITA TIDAK AKAN MENIKAH!" Jaemin berjingkat bangun dari kasurnya segera merengek memeluk Renjun. "Aduh ... jangan memeluk erat di dalam perutku ada anakmu!" kesal Renjun memukul pelan lengan Jaemin.
Jaemin menyengir, menatap Renjun dengan polos. Dia mengelus perut itu sambil berkata: "Anakku ... apa yang sedang kau lakukan di sana?"
"Aku sedang bersabar menunggu waktunya keluar untuk memukulmu ayah!!" gereget Renjun membalas ucapan Jaemin. Dia menepuk pipi Jaemin pelan dengan berkata lagi: "Cepat mandi! Kasihan Baram sudah menunggu untuk makan bersama."
Jaemin cemberut, "Yak! Akhir-akhir ini kau selalu mengurus Baram dan mengabaikanku! Aku cemburu. Aku juga ingin diperhatikan." Protes Renjun berguling di kasur.
Renjun menatap Jaemin bulat. "Kau-Kau cemburu pada putrimu sendiri? Hei! Aku selalu memperhatikanmu! Mau apa Jaemin agar cepat bangun dan mandi!"
Jaemin semakin cemberut. Dia berpikir cukup lama sebelum akhirnya menyeringai, merangkak mendekati Renjun. "Morning kiss sepuluh kali pleaseee ...!"
Renjun memutar matanya dengan malas. Tapi dia menuruti apa kata Jaemin. "Baiklah ..." ngalahnya.
Jaemin dengan semringah menepuk kedua pahanya untuk Renjun duduk di sana. Renjun menurut, dia duduk di pangkuan Jaemin dengan pertama mencium pipi kiri Jaemin lalu kanan. Mencium keningnya turun ke dagu dan naik ke hidung. Lalu dia mencium kedua mata Jaemin yang sengaja tertutup agar dapat morning kiss. Dia menekan pelan bahu Jaemin dan mencium ubun-ubunnya sebelum akhirnya turun mencium bibir Jaemin dengan penuh kasih. Mencium bibir itu sekilas dua kali.
"Sudah," ucapnya ingin berdiri tetapi kedua tangan Jaemin menahannya.
Tanpa permisi Jaemin mengecup bibir Renjun lagi, lagi, dan lagi. "Jae-min ...!"
"Selesai. Good morning istriku."
Huang Renjun hanya bisa tersenyum dengan semua kelakuan random Jaemin di pagi hari. Dia turun dari pangkuan Jaemin bersamaan Baram yang muncul dari balik pintu. "Papah ... Mama ... Baram belum dicium." Irinya yang sedari tadi mengintip kedua orang tuanya ciuman.
Renjun tertawa pelan membuka tangannya lebar-lebar agar Baram segera datang ke pelukannya.
Baram berlari dengan begitu senang datang ke pelukan Renjun. Dia langsung mendapat dua ciuman di pipi dan di kening.
Jaemin sendiri mencium puncak kepalanya sebelum melangkah ke kamar mandi.
"Mama ... kenapa papah gak cium Baram di bibir kayak papah cium mama?" tanyanya dengan polos. Huang Renjun terbatuk mendengar pertanyaan ini.
"En ... itu-itu karena ciuman di bibir cuma untuk orang yang papah cintai. Baram juga nanti akan merasakan itu kalau sudah ketemu orang yang tepat. En ... ya begitu."
"Kayak Om Jisung? Dia ganteng mama ..."
"Eh ..."
( Jaemren ・ω・)☞
Jam menunjukkan pukul satu siang.
Na Jaemin sangat mengerti dengan luka dalam yang diterima keluarga Kim Jungwoo karenanya. Dia hanya bisa duduk menyerah ketika ibu Jungwoo yang mengetahui kehadirannya di depan pintu rumahnya menyiram dia dengan air cucian. Dan kini dia duduk di depan makam Jungwoo tanpa kata.
Renjun mengelus punggung Jaemin berusaha menenangkannya. Dia tahu Jaemin sangat merasa bersalah-oh ralat tidak-Jaemin tetaplah Jaemin. Dia hanya ingin berpura-pura menderita dan merasa bersalah di depan Renjun. Sifatnya tidak akan pernah berubah untuk memanipulasi keadaan. Dia rela disiram air cucian agar Renjun merasa iba dan membelanya. Rela duduk panas-panasan meminta maaf di depan makam yang bahan sudah tidak dapat lagi berbicara. Jaemin berdiri, dia memeluk Renjun untuk semakin mendramatis akting penyesalannya. "Tidak apa-apa, suatu hari orang tua Jungwoo akan memanfaatkanmu."
"Aku sangat menyesal ..."
"Jika kau menyesal kau harus berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Janji?" Renjun merenggangkan pelukan Jaemin. Dia menatap Jaemin serius. Jaemin hanya mengangguk lalu memeluknya kembali.
"En ... lebih baik kita kembali ke restoran Aeri karena Baram pasti sudah sangat menunggu. Lagipula kita belum makam. Jaemin ... entah mengapa aku ingin mewarnai rambutku jadi merah muda dan kau biru. Mau ya ... kita pergi ke salon hari ini. Oke!!!"
"Cium seratus kali gimana?"
"Jaem-"
"Jangan berteriak, ini di makam." Bisik Jaemin membekap mulut Renjun yang berteriak. Renjun mengangguk patuh.
Keduanya pun berjalan menjauh dari pemakaman dengan diikuti tatapan seseorang yang kini hatinya begitu terbakar.
END ...,
HALO SEMUA!!!
Makasih banyak ya yang udah mampir ke cerita ini untuk sekedar baca ataupun komentar dan follow akun aku.
Aku minta maaf bangetttt kalau ceritanya banyak typo, terlalu singkat, gak jelas, dan apapun yang bikin kalian gak suka bacanya. Maafin aku ...🙏 Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk buat cerita yang baik untuk kalian.
Oh iya, ini udah Ending ya ... gak ada lanjutannya hehe
Buat kali sehat selalu ya.
Jaga diri kalian agar tetap aman, sehat, dan selalu semangat menggapai impian kalian.
FIGHTING!!!
Ada yang nunggu cerita ARKANANTA?ARRAN RESYA ( JAEMIN ) DAN NANTA DIPTA ( RENJUN ) ?
AWAS BUCINNNNN BANGETTT
BESOK SPESIAL KU UPDATE YA, KALIAN HARUS PANTENGIN TERUS POKOKNYA AKUN AKU HEHEHE ...SEKARANG MARI KITA ISTIRAHAT SEJENAK
LOVE YOU ALL😘
Sijeunie aku sama Chenle duluan ya, kalian kapan?