4 || Jepit Rambut 2

65 6 0
                                    

Happy Reading❤️

Lovy menghentikan mobilnya sesampai di depan 'Sweet Lovy' kafe sekaligus toko desert, kafe miliknya yang dia bangun jauh sebelum dia menikah dengan Argam. Wanita itu mengecek kembali penampilannya sebelum turun dari mobil dan berjalan memasuki kafe.

 Wanita itu mengecek kembali penampilannya sebelum turun dari mobil dan berjalan memasuki kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Bu," sapa salah satu karyawannya.

"Pagi." balas Lovy, tidak lupa dengan senyum ramahnya.

"Pagi Mahmud!"

Lovy memutar bola matanya ketika mendengar kata alias mamah muda keluar dari mulut Irwan-salah satu barista yang terkenal playboy kelas kakap di kafenya.

"Pagi."

"Pagi Macan."

Kali ini Lovy menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara.

"Macan? Perasaan saya nggak galak kaya macan deh Mas," tanyanya bingung.

Niko—orang yang dipanggil Mas itu tertawa. "Bukan galak kaya macan, tapi singkatan dari Mama cantik."

"Ya elah Mas Niko nih kaya nggak ada yang lain aja, godain cewek itu yang masih single Mas jangan bini orang," celetuk Irma sambil memasukkan beberapa cup cake ke dalam etalase.

"Nimbrung aja lo Ir, lo mau gue godain juga?" balas Niko dengan nada menggoda.

Irma tidak membalas dia hanya mendelik tajam setelah itu berlalu. Lovy yang melihat itu terkekeh.

"Belum tau aja dia pesona gue Vee," gumam Niko percaya diri sambil menatap punggung Irma yang menjauh.

"Iya iya Durennya Sweet Lovy."

"Kalau dibanding sama Argam lebih keren siapa Vee?"

Lovy sontak tertawa. "Mas Niko tau apa jawabannya, jelas Mas Argam lah."

"Tau deh yang bucin," cibir Niko.

"Kalau bucinnya sama Mas Argam, selamanya juga Vee nggak bakal nolak. Makanya Mas jangan menduda terus, cari cewek yang bisa diajak bucin." setelah mengatakan itu Lovy tertawa sembari berlalu menuju kitchen.

"Beruntung banget Argam punya Lovy. Udah cantik, baik, mandiri, humble, paket komplit deh si Vee. Kalau bukan bini orang udah gue pepet tuh si Vee," gumam Niko, matanya menatap punggung Lovy yang perlahan menjauh.

"Duh ... Cerah amat wajahnya Bu," goda Sekar, salah satu sahabatnya yang bekerja mengurus semua pengeluaran dan pemasukan Sweet Lovy.

Lovy tersenyum. "Harus dong, masih pagi masa udah kusut aja."

"Nggak pagi nggak siang. Dari senin sampai senin lagi juga sama aja Nyonya Arkanantha mba Sekar. Bersinar setiap saat. Beda sama kita, yang kalau pagi bersinar sore berminyak, tanggal muda cerah tanggal tua mendung," Santi—salah satu waitress di kafe menyahut.

Lovy tertawa. "Bisa aja kamu San. Oh .. atau jangan-jangan ini kode biar bulan depan gaji saya naikin."

"Kalau itu sih harus Bu nggak perlu kode-kodean." Santi cengengesan.

"Mau kamu San, kerja yang bener baru minta gaji naik." tegur Sekar bercanda.

"Halah mba Sekar ini, kemarin aja ngeluh buat kebutuhan gaya hidup aja kurang," cibir Santi, gadis itu tertawa dan menghindar ketika Sekar melebar gulungan tisu ke arahnya.

Sekar menatap Lovy. "Gimana honeymoonnya lancar?"

"Nggak ada honeymoon, kita liburan biasa kok sama anak-anak," jawab Lovy sembari duduk di hadapan Sekar.

"Kemana aja kemarin dua minggu? Gue liat Story lo di luar terus."

"Sebenernya kita tuh mau ke Soul mumpung anak-anak lagi libur. Tapi Mas Argam nggak bisa karena dia ada rapat di Bali. Yah .. Jadi kita muter-muter aja di Bali."

Sekar mengangguk-anggukan kepala. "Lo sama Argam nggak pernah berantem ya?"

Lovy mengernyit.

"Maksud gue perasaan lo nggak pernah sedih, bawaannya tuh happy terus. Apalagi kalau udah sama Argam." koreksi Sekar, takut pertanyaan sebelumnya menyinggung Lovy.

Lovy tertawa pelan. "Kata siapa aku sama Mas Argam nggak pernah berantem? Kita sering berantem kok. Perbedaan pendapat dalam rumah tangga tuh udah biasa Kar. Tapi berantemnya kita tuh karna hal-hal sepele. Habis berantem ya nggak lama kita baikan lagi. Aku sama Mas Argam saling percaya, kita belum pernah berantem yang bener-bener berantem sih. Kamu kenapa tanya kaya gitu?"

Sekar mengangkat bahu. "Nggak papa. Gue cuma tanya aja, karena tiap hari tuh lo bawaannya senyum terus sampe semua karyawan heran. Gue takutnya kan lo lagi ada masalah tapi dipendem sendiri, pura-pura bahagia."

"Nggak kok, aku baik-baik aja. Kamu kan tau sendiri kalau ada apa-apa aku cerita ke siapa. Oh iya tante Reni sama Vanilla apa kabar? Lama nggak ke Cafe."

"Mama baik-baik aja, cuma ya itu harus rutin minum obat biar nggak kambuh lagi. Vanilla sibuk kuliah, ludah dua minggu ini dia nggak pulang."

Lovy menganggukan kepala, dia melirik jam tangannya dan berkata. "Aku ke atas dulu ya, masih banyak email dari butik yang belum aku cek."

Lovy beranjak dari duduknya berjalan menuju lantai dua, ketika hendak menaiki anak tangga langkahnya terhenti. "Oh iya Sekar, nanti tolong kirim laporan keuangan tahun lalu ya."

"Tahun lalu?"

"Iya, aku mau rekap."

"Oh oke," balas Sekar sambil mengangkat ibu jarinya.

"Halo Mas," sambil kembali manaiki tangga Lovy mengangkat telepon dari suaminya. "Nggak pulang lagi? Mau dimasakin apa? Owh gitu, ya udah nanti kabarin lagi aja kalau Mas Argam pulang biar Lovy masakin udang asam manis kesukaan Mas. Iya iya too."

Ting

Sekar yang masih menatap punggung Lovy tersentak ketika ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dia terdiam beberapa saat setelah membaca pesan itu. Sekar memutuskan tidak membalas pesan itu dan beranjak dari duduknya menuju meja tempatnya bekerja.

Setelah meletakkan tasnya di atas meja, Lovy mulai menyalakan laptop dan mengecek beberapa email yang masuk. Selain usaha cafe dia juga punya butik yang dia kelola sendiri. Matanya melirik ketika ponselnya bergetar menampilkan nama Mishelia.

"Iya Shel, jadi gimana? Aduh nggak bisa Shel, aku lusa ada acara di sekolah anak-anak. Coba kamu tanya kalau minggu depan bisa atau nggak, soalnya minggu depan aku free. Iya, nanti kabarin lagi aja ya, thanks."

Setelah sambungan telepon terputus Lovy kembali fokus pada laptopnya.

"Ternyata tahun ini gaun pengantin lebih banyak dari tahun kemarin," gumam Lovy sambil mengecek data tahun kemarin.

Wanita itu menyandarkan punggungnya di kursi, terdiam beberapa saat sebelum akhirnya matanya melirik manatap foto keluarga yang sengaja dia letakkan di atas meja kerjanya. Lovy tersenyum, tidak terasa hampir enam tahun pernikahannya berjalan. Jujur untuk bertahan selama itu tidak mudah. Banyak sekali rintangan yang harus dia dan suaminya lewati. Lovy sangat bersyukur, entah kebaikan apa yang dia buat hingga Tuhan memberinya  rumah tangga yang harmonis.

Lovy kembali mengambil ponselnya dan mensecroll Instagram. Dahinya mengernyit ketika melihat akun salah satu sahabatnya mengunggah Story.

"Tumben Elvi upload Story di jam kerja," gumamnya sambil melihat unggahan sahabatnya itu. Terlihat foto setengah badan dam rambut yang digerai dengan caption emoticon love merah. Fokus Lovy bukan pada siluet Elvi tapi lebih ke jepit rambut yang menghiasi rambut Elvi. Wanita itu merasa familiar dengan jepit rambut itu, tapi dimana dia melihatnya?

TBC

Ig. Shyta.da

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang