9 || Ingkar Janji

47 2 0
                                    

Happy Reading ❤️

Hari ini kafe lumayan rame dan kebetulan Santi—salah satu waitress di kafe ijin tidak masuk karena sakit alhasil Lovy turun membantu melayani customer.

"Caramell Machiato satu, Americano satu, sama fudge brownis satu ya Kak," ujar Lovy tersenyum ramah seraya meletakkan pesanan di atas meja.

"Iya, makasih."

Lovy mengangguk lalu berlalu menuju meja kasir.

"Ini pesanan meja nomor 12 Bu," ujar Irwan seraya memberi Lovy nampan yang diatasnya sudah ada secangkir kopi panas. Wanita itu dengan segera membawa nampan menuju meja yang disebut Irwan. Meja yang ditempati oleh seorang pria dengan setelan kemeja hitam sedang menunduk sibuk dengan laptopnya.

"Hot Americcano,"

"Thankyou," ujar pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Lovy mengernyit, dia merasa familiar dengan pria itu.

"Mas Ardhan," ujar Lovy ragu.

Pria itu mendongak, cukup terkejut melihat Lovy di depannya. Buru-buru pria itu mengontrol ekspresinya kembali datar. "Lovy."

Lovy tersenyum ramah. "Lagi kerja Mas?"

"Iya," jawab Ardhan singkat. Dia menatap penampilan Lovy. "Kamu kerja di sini?"

Livy mengangguk kikuk. "Iya Mas, kalau gitu saya balik kerja lagi, selamat menikmati Mas."

Dalam hati Lovy bertanya-tanya bagaimana ada manusia minim ekspresi dan dingin seperti Ardhan.  Dia memang tidak kenal secara personal tapi dia cukup tau pria itu karena kakak dari salah satu sahabatnya—Ratu. Semasa kuliah dulu dia sering ke rumah sahabatnya itu dan beberapa kali bertemu dengan Ardhan. Meski begitu tidak serta merta dia dan Ardhan juga dekat. Mengedikkan bahu Lovy kembali melayani pengunjung.

Di tempat duduknya Ardhan terdiam, kedua bola matanya tidak lepas dari sosok Lovy yang membawa nampan kesana-kemari sambil tersenyum ramah. Tersadar, Ardhan menggeleng pelan. Wanita itu sudah menikah dan memiliki anak.

"Vee udah sana istirahat lo, baru juga sembuh," Kata Nico sambil mengambil nampan kosong di tangan Lovy. "Masih bisa kita handle kok."

Yup, sudah dua hari berlalu sejak Lovy sakit, tidak parah memang cuma masuk angin dan kecapean saja, wanita itu baru kembali ke kafe hari ini. Masalah butik sudah selesai, hubungannya dengan Argam pun sudah kembali baik. Ah ya ngomongin masalah sampai sekarang masalah kafe belum selesai, Nico masih mengecek beberapa barang yang belum datang dan barang yang tidak sesuai pesanan. Sedangkan Sekar, sahabat Lovy satu itu sudah mau tiga hari ini tidak kelihatan batang hidungnya. Sekar hanya sekali pengirim pesan, meminta maaf untuk satu minggu tidak bisa hadir ke kafe dan selama itu pula Sekar susah dihubungi.

Lovy merogoh ponselnya di saku ketika merasakan getara di paha kanannya. Tersenyum mendapati nama suaminya di layar.

"Halo Mas,"

"..."

"Tumben? terus anak-anak gimana?"

"..."

Lovy tertawa kecil mendengar jawaban Argam, semburat merah menghiasi kedua pipinya. "Mas!"

"..."

"Oke oke, siap Mas suami!"

Setelah sambungan terputus masih dengan tersenyum Lovy memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku lalu berjalan menuju lantai ruangannya. Beberapa detik matanya bertabrakan dengan bola mata Ardhan, Lovy mengangguk ramah yang dibalas anggukan juga tanpa ekspresi.

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang