7 || Overthinking

71 2 0
                                    

Happy Reading ❤️

Akhir pekan sudah lewat, waktunya kembali ke rutinitas seperti biasa di Senin pagi. Begitu juga di kediaman Arkanantha, pukul enam pagi semua anggota keluarga tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"MAM DASI SERAGAM OSIS AKU NGGAK ADA!" teriak laki-laki dari dalam kamarnya.

"Ada Sam, Mama taro di lemari paling bawah di tempat kaos kamu!" jawab Lovy sedikit berteriak. Kedua tangannya sibuk membuat sarapan untuk suami dan kedua anaknya.

"LOVE KEMEJA AKU YANG BIRU DIMANA?" teriak pria dewasa dari lantai dua.

"CARI DI LEMARI MAS," jawab Lovy.

"NGGAK ADA SAYANG."

"ADA MAS, COBA CARI LAGI YANG BENER. DEKET JAS KAMU YANG BIRU DONGKER."

"ARGHH MAMA!" kali ini suara cempreng yang terdengar. "MAMA SAKIT!"

Setelah selesai membuat sandwich dan tiga gelas susu buru-buru Lovy menghampiri putrinya yang berteriak kesakitan.

"Kenapa sayang?" tanyanya panik.

"Ini," Ana menunjuk rambutnya yang berantakan. Beberapa karet warna warni menggulung di kepalanya. "Ini nggak bisa dilepas Mam, sakit." rengeknya

Lovy menghela napas. Mempunyai anak seperti Ana memang harus banyak bersabar.

"Kenapa bisa kaya gini hm?" tanyanya lembut.

"Aku mau buat kuncir rambut yang kaya di youtube Mam."

"Kenapa nggak minta tolong Mama? Kalau udah kaya gini jadi kepala Ana yang sakit kan."

Ana hanya diam, bocah itu menatap cermin di depannya, memperhatikan pantulan tangan Lovy yang berusaha melepaskan beberapa karet jepang yang menggulung rambutnya menjadi beberapa bagian. Dengan telaten wanita itu merapikan rambut putrinya dan membuat beberapa kunci seperti apa yang bocah itu inginkan.

"WAHH AKU CANTIK, MAMA PINTAR!" teriak Ana senang melihat hasil karya tangan Lovy di kepalanya. Lovy hanya tertawa melihat respon Ana yang berlebihan kemudian mengajak bocah itu sarapan.

"Kakak lihat rambut aku cantik kan?" pamer Ana pada kakaknya yang sudah duduk di meja makan. Kepalanya bergoyang ke kanan ke kiri.

"Cantik, pasti Mama yang buat. Tapi bakal lebih cantik lagi kalau Ana kiss dulu pipi kakak," ujar Sam sambil menunjuk pipi kanannya.

Ana langsung menjauh dan menutup mulutnya. "Nggak mau, kakak bau jigong!"

Sam mendengus. "Enak aja, kakak udah mandi ya bocil."

"Papa kok belum turun Sam?" tanya Lovy.

Sam mengedipkan bahu acuh. "Papa kan kalau belum dibantu sama mama nggak bakal selesai."

Lovy menghela napas, wanita itu akhirnya menghampiri Argam. Dan benar saja, sesampai di depan pintu terlihat suaminya masih mondar mandiri entah mencari apa dengan kemeja belum dikancing satu pun.

"Cari apa Mas?"

Argam menoleh, meringis menatap ekspresi istrinya. "Rompi jas aku yang hitam dimana?"

Lovy tidak menjawab, dia berjalan menuju walk In closet dan mengambil rompi yang Argam maksud. "Apa lagi?"

"Dasi hitam,"

"Apa lagi?"

"Kaos kaki,"

"Apa lagi?"

"Udah Mam,"

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang