18 || Sick

55 6 0
                                    

Happy Reading ❤️

Sejak pukul dua dini hari Lovy tidak bisa tidur, putrinya tiba-tiba deman dan terus merengek membuat dia harus terjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak pukul dua dini hari Lovy tidak bisa tidur, putrinya tiba-tiba deman dan terus merengek membuat dia harus terjaga. Wanita itu mondar-mandir mengambil baskom untuk mengompres, washlap, dan obat. Namun sudah setengah jam lebih suhu tubuh Anna tidak juga turun membuat wanita itu kalang kabut. Sudah puluhan kali Lovy menelpon Argam tapi tidak diangat dan beberapa pesan yang dia kirim pun juga tidak ada yang dibaca membuat dia ingin menangis.

"Mam, it's so cold," gumam Anna merapatkan selimut ditubuhnya.

"Sayang kita ke rumah sakit aja ya," ajak Lovy sambil mengompres dahi Anna.

"No!" Anna menggeleng keras. "I don't like hospitals" lanjutnya menangis.

Lovy menghela napas, biasa yang bisa membujuk anak itu ketika sakit hanya Argam.

Sam masuk kamar, menyentuh dahi sang adik dengan punggung tangannya. Remaja itu merapatkan selimut pada tubuh Anna dan menggendongnya, tidak ada pilihan lain selain memaksa gadis cilik itu ke rumah sakit. Suhu tubuhnya hampir 39 derajat, Sam tidak ingin terjadi apa-apa pada si kecil satu itu. "Ayo Ma kita ke rumah sakit."

Mendengar itu Anna langsung memberontak sambil menangis, dia sangat benci rumah sakit apalagi harus bertemu dokter dan jarum suntik. Sementara Lovy dengan cepat mengambil cardigan, tas, dan kunci mobil.

Sesampai di rumah sakit mereka menuju UGD dan Anna langsung diperiksa oleh dokter. Dokter bilang, Anna terkena demam berdarah dan kondisinya cukup parah bahkan trombositnya menurun. Seandainya tadi tidak langsung dibawa ke rumah sakit gadis 4 tahun itu bisa mengalami kejang karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Lovy hanya bisa menangis mendengar itu, mau tidak mau dokter mengharuskan Anna untuk opname.

Setelah berontak, berteriak sambil menangis menolak untuk diinfus kini Anna terlelap, wajahnya pucat membuat Lovy semakin merasa bersalah.

"It's okay, Anna pasti sembuh," ujar Sam seraya mengusap bahu sang Mama. Lovy hanya mengangguk pelan.

Setelah merasa tenang Lovy menyuruh Sam menemani Anna sedangkan dia keluar mencoba kembali menghubungi Argam.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihibungi cobalah—"
Lovy tidak menyerah, wanita itu kembali menekan icon telepon.

"Nomor yang anda tuju tidak—"

Lovy menghela napas kasar, mendaratkan bokongnya di kursi. Menunduk, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Mba Lovy?"

Mendengar seseorang memanggil namanya Lovy sontak mendongak dan mendapati Vio berdiri di hadapannya mengenakan jas putih khusus dokter. Dia lupa kalau adik iparnya itu sedang koas di rumah sakit yang dia kunjungi.

"Mba Lovy ngapain di sini? siapa yang sakit Mba?" tanya Vio khawatir.

Belum sempat menjawab dari ujung koridor seorang pria berjalan cepat mendekati mereka, napasnya putus-putus, raut khawatir diwajahnya terlihat sangat jelas. Melihat itu Lovy menggenggam ponselnya erat.

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang