16 || Not Enough

218 7 2
                                        

Hening, pukul empat pagi Lovy memasuki rumah dengan lunglai, matanya sembab menatap kosong ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening, pukul empat pagi Lovy memasuki rumah dengan lunglai, matanya sembab menatap kosong ke depan. Mengedarkan pandangan, rumah yang hangat kini terasa sangat dingin. Mengerjap membuat satu tetes air mata kembali jatuh membasahi pipi, tersenyum miris melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga. Perlahan wanita itu membuka kamarnya, kedua tangannya mengepal menatap jijik ke arah ranjang yang masih berantakan sisa percintaan semalam.

"Berengsek!" desis Lovy marah, dengan gerakan cepat wanita itu membuang semua yang ada diatas kasur. Bantal, selimut, guling dia lempar ke sembarang arah. Tidak peduli mengenai barang yang ada di atas nakas hingga berjatuhan dan menimbulkan suara nyaring. Beberapa parfum mahal, skincare, dan barang-barang yang terbuat dari kaca pun pecah.

"Kenapa?" lirih Lovy seraya terisak. Benaknya bertanya-tanya bagaimana bisa pria itu tega bermain api dibelakanganya? Dia kurang apa selama ini? mereka bahkan sudah memiliki Anna dan Sam.

Sambil menangis Lovy mengeluarkan semua barang yang ada dilaci entah apa yang dia cari. Gerakannya terhenti ketika menemukan selembar foto polaroid. Wanita itu semakin terisak, foto Argam yang sedang berciuman dengan seorang wanita. Sayangnya difoto tersebut wajah wanita itu tidak kelihatan tetapi Lovy melihat dengan jelas bibir keduanya saling menempel. Hal yang paling menyakitkannya lagi terdapat tanggal di balik foto itu. Satu setengah tahun yang lalu.

Lovy meremas foto tersebut, tubuhnya luruh ke lantai, meraung kesakitan. Demi Tuhan rasanya seperti sedang dibunuh secara perlahan, napasnya tersenggal-senggal. Sudah selama itu? bagaimana bisa Argam tega melakukannya?

"Kak Sam Mama kenapa? aku takut."

Suara familiar itu mengalihkan perhatian Lovy, meski pandangannya kabur dia bisa melihat kedua anaknya sedang berdiri di ambang pintu. Sam menatapnya dengan mata berkaca-kaca sedangkan Anna menyembunyikan tubuhnya di kaki Sam dengan ketakutan.

Jantung Lovy seperti diremas oleh tangan tak kasat mata. Wanita itu mencoba tersenyum. "Hai, Mama ganggu tidur kalian ya? maaf ya?"

"Why are you crying, Mama?" tanya Anna dengan nada yang sangat pelan. "Aku nggak suka lihat Mama menangis," lanjutnya dengan bibir melengkung ke bawah.

Meski sudah mencoba tersenyum air mata Lovy tidak bisa berhenti keluar. "It's okay, i am just—"

"Iam just—"

Lovy tidak sanggup melanjutkan perkataannya, sambil terisak dia berkata. "Come here, i need a hug."

Sam dan Anna pun mendekat memeluk sang Ibu.

"Don't be sad Mama iam here," ujar Anna lembut.

"Yeah don't be sad Mam," tambah Sam membuat Lovy semakin erat memeluk kedua anaknya. Rasanya terlalu menyakitkan.

Pukul sepuluh siang terdengar suara mobil memasuki garasi, Argam turun dan memasuki rumah. Pria itu mengernyit mendapati rumah sangat sepi, biasanya jam segini Anna sudah bernyanyi, berteriak sambil berlarian kesana-kemari bersama Lucy.

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang