Chapter 5 Other Side

612 68 2
                                    

Shikamaru menjadi sedikit penasaran dengan cerita Temari yang menurutnya berlawanan 180 derajat dari kejadian sebenarnya.

"Kalau begitu ceritakan padaku, bagaimana dengan ujian Chuunin?"

"Maksudmu ujian Chuunin kita dulu?"  tanya Temari sambil memiringkan kepalanya, menatap Shikamaru yang sedang tidur di atas rumput.

" Hmm." Shikamaru hanya bergumam kecil mengiyakan pertanyaan Temari.

" Apa kau sudah lupa, Nara-san?"

" Tidak juga, aku hanya ingin mendengarnya dari sudut pandang yang lain," Shikamaru berkilah.

" Ujian Chuunin ya, benar benar sudah lama sekali ... waktu itu kami bertiga bersama ayah datang ke Konoha, seingatku  waktu itu ayahmu dan Namikaze-san menyambut  kedatangan kami," ujar Temari.

" Maksudmu Namikaze Minato-Sama?"

" Benar. Ayahnya Uzumaki-San. Oh ya, waktu itu juga ada Kushina-San  di sana." kenang Temari.

Shikamaru menjadi semakin bingung. Bukankah ayah dan ibu Naruto sudah meninggal saat Naruto lahir?

" Hei ...  bukankah Namikaze Minato-Sama yang adalah Yondaime Hokage meninggal saat insiden penyerangan Kyuubi?"

" Yondaima Hokage? Beliau memang meninggal karena serangan Kyuubi. Tapi ...  Yondaime Hokage bukan Namikaze-san tetapi Kizashi Haruno-Sama, orang tua Sakura-Chan," ujar Temari.

" Hahaha ...  kau pasti bercanda!" Shikamaru berseru tanpa sadar.

Yang  benar saja, sejak kapan Temari pandai mengarang cerita seperti ini? Apa gadis ini sedang mencoba membohonginya? Tapi ni bukan april mob. Shikamaru berpikir keras.

" Kau yakin tidak apa apa? Kau tidak merasa demam? Atau kepalamu terbentur?" Shikamaru mengulurkan tangannya mencoba mengukur suhu gadis itu dengan menempelkan tangannya di kening Temari.

Temari langsung menghindar dengan panik, wajahnya merah.

" A-A-Apa yang kau lakukan, Nara-San?" Ia terlihat panik.

Melihat sikap Temari yang seperti itu membuat Shikamaru tiba tiba merasa malu, padahal ia memang tidak bermaksud apa apa tadi.

" Aku hanya ingin mengecek apakah kau demam atau tidak, jangan berpikir aneh aneh!"

" Ta-tapi ... ini pertama kali ada yang menyentuh dahiku selain adik adikku ... " Temari bergumam kecil sambil menyembunyikan wajahnya di balik lutut.

Ahhhh! Shikamaru bisa gila!! Ia tak menyangka Temari bisa bersikap seimut ini.

" Su-sudalah, jangan diteruskan lagi. Lalu bagaimana mengenai yang tadi, tentang ujian Chuunin?" Shikamaru mencoba mengalihkan pembicaraan.

" A-ah ...  ujian Chuunin tahap pertama waktu itu adalah ujian tertulis, bukan? Waktu itu Uzumaki-San lulus dengan nilai sempurna, ia sangat hebat ..." ujar Temari.

Shikamaru menahan diri untuk tidak memotong ucapan Temari.

" Lalu, saat pertarungan satu lawan satu, aku melawan Tenten-Chan. Dan saat itu, aku memenangkan pertarungan karena Tenten-Chan terluka akibat senjatanya sendiri. Aku kasihan padanya, padahal jika ia tidak menyerah, mungkin aku yang akan kalah karena kehabisan tenaga akibat Tessenku ini," ujar Temari.

" Kehabisan tenaga?"

" Ya, mengayunkan Tessen ini membutuhkan banyak tenaga, dan aku belum menguasainya saat itu," kata Temari.

" Hahaha...be-begitu ya? Lalu?"

" Hmm...di pertarungan selanjutnya, aku seharusnya melawanmu, Nara-san"

"Seharusnya?"

" Iya, pada waktu itu kau tidak datang ke tempat pertandingan, bukan? Aku masih ingat Ino-chan dan Akimichi-San mencarimu ke mana mana, dan ternyata kau sedang tertidur di rumah. Ketika mereka menanyakannya, katamu kau lupa kalau pertandingannya di hari itu. Karena kau terlambat, aku dimenangkan secara sepihak," jelas Temari.

" Oh-oh ya? Aku sudah agak lupa ... " Shikamaru menggaruk belang kepalanya yang tidak gatal.

" Kau memang pelupa, Nara-San" Temari tertawa kecil. "Tapi ... sebenarnya aku sedikit iri denganmu"

" Maksudmu?" tanya Shikamaru.

" Dari kecil semua orang menaruh harapan besar padaku, termasuk kedua adikku. Sampai dengan sekarang mereka tak bisa mandiri, mereka selalu menanyakan berbagai hal padaku. Mulai dari urusan pemerintahan sampai urusan pribadi mereka, kadang aku merasa sedikit terbebani. Aku iri denganmu yang bisa menjalani hidup dengan bebas," kata Temari.

Shikamaru hanya diam saja. Ia ikut memandang langit seperti yang dilakukan Temari. Kini Temari membaringkan dirinya diatas rumput tepat disebelah Shikamaru.

" Oh ya, Uzumaki-San dan Ino-Chan akan menjalankan misi apa?" Temari membuka topik baru.

"Mereka menyelidiki hilangnya sekelompok Shinobi di perbatasan. Aku sebenarnya sedikit khawatir membiarkan ia yang menjalankan misi ini. Dia terkadang terlalu ceroboh dan membahayakan dirinya sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Tapi dengan adanya Ino dan Sai yang ikut dengannya, aku merasa sedikit lega," ujar Shikamaru.

"Sepertinya kau tidak perlu khawatir, Uzumaki-San itu orang yang sangat cerdas, ia pasti bisa mengatasi permasalahan di sana. Tapi, kurasa kau benar soal dirinya yang bersedia mengorbankan diri untuk orang lain. Aku terkadang tak bisa memahami sikap Uzumaki-San yang seperti itu, menurutmu bagaimana?" tanya Temari.

"Bagaimana apanya? Meskipun tadi kubilang ia sedikit ceroboh, tapi sebenarnya itu hal yang wajar. Aku pun akan melakukan hal yang sama, bila perlu aku akan mengorbankan diriku untuk menyelamatkan teman temanku dan melindungi desa."

" Tapi itu hal yang konyol, Nara-San. Mengapa kita harus mengorbankan diri untuk melindungi orang lain?. Aku bisa paham jika itu menyangkut Gaara, Kankurou, atau keluargaku. Tapi aku tak akan mau mati konyol hanya demi penduduk desa, apalagi hanya orang yang tidak aku kenal," ujar Temari.

Shikamaru membelalak kaget mendengar perkataan gadis di  hadapannya.

" Kau ... Kau serius berkata seperti itu?"

"Tentu saja, Nara-San. Bagiku yang terpenting  adalah keselamatanku dan keluargaku. Selain itu, jika mereka menginginkan perlindungan mereka bisa membayar kita melalui misi bukan, kita ini kan bukan pekerja gratisan, menyelamatkan mereka seperti itu," Temari menggembungkan pipinya kesal.

Mungkin di mata orang lain tindakan itu akan terlihat imut, tapi tidak bagi Shikamaru, setelah ia mendengar perkataan Temari barusan, perkataan itu membuatnya tersadar. Ia sudah cukup memastikan dan ia sangat yakin Temari yang dihadapannya ini bukan Temari yang asli. Temari tak akan pernah mengatakan hal menggelikan seperti itu. Ia tahu dengan pasti betapa berharganya warga desa bagi Temari, dan gadis itu bahkan tak segan menyelamatkannya meskipun ia sudah menolak bantuan Temari saat Misi di negeri Hening. Temari yang ia kenal sama sekali bukan orang di hadapannya saat ini.

" Ayo kita pergi, kurasa mereka sudah menunggu kita," ujar Shikamaru lalu bangkit berdiri. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Temari berdiri dan disambut gadis itu.

" Terima kasih, Nara-San." Temari tersenyum manis padanya.

" Tenyata yang asli memang lebih baik," gumam Shikamaru.

Temari yang asli memang tak akan pernah tersenyum manis seperti ini. Tapi satu hal yang diyakini Shikamaru, senyum gadis itu selalu tulus.  Senyum yang mengerikan, namun indah. Senyum yang mengubah dunia Shikamaru.

Temari-Road to NinjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang