Chapter 15 -Cerita kita

373 44 0
                                    

" Hmmm ...."

"Ada apa, Sabaku-Sama?"

Shikamaru menatap Temari dengan wajah bingung, dari tadi gadis itu terus menatapnya dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman.

Temari, Shikamaru, dan Kaia sekarangs edang beristirahat. Mereka perlu memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan. Lebih tepatnya Kaia butuh beristirahat karena baik Temari maupun Shikamaru yang adalah seorang ninja tentu saja tidak akan kelelahan hanya karena perjalanan singkat seperti itu.

"Kalau diperhatikan baik baik, kau sangat mirip dengan bocah cengeng itu. Kecuali wajah bodohmu itu tentu saja," ucap Temari.

"A-Apa maksudnya?"

"Aku bilang kau mirip dengan bocah menyebalkan yang aku kenal," ujar Temari sambil tertawa kecil.

"Itu artinya ia tertarik denganmu, bocah," Kaia berujar.

" Ehh?!"

"Sebaiknya kau tutup mulutmu bocah," Temari memandang Kaia tajam. Kaia menjadis edikit ketakutan.

Tapi Temari tidak membantah kata kata Kaia tadi.

"Sebenarnya aku sedikit penasaran, dia mengatakan kalau aku tidak bisa menggunakan Tessenku dengan baik, sebenarnya aku yang di sini orang yang seperti apa?" tanya Temari pada Shikamaru sambil menunjuk Kaia.

"Maksudnya?" Shikamaru memasng wajah bingung.

Temari menepuk dahinya dengan kesal.

"menurutmu, aku - Ah, Temari orang yang seperti apa? di mana kau dan Temari pertama bertemu?"

Shikamaru menjadi semakin bngung, kenapa Temari membicarakan dirinya seolah olah ia orang lain? Tapi melihat tatapan tajam Temari, Shikamaru tak berani bertanya lebih jauh lagi.

"Kita pertama bertemu di ujian Chuunin, apa kau tidak ingat?" tanya SHikamaru.

"Heh, di sini sama saja rupanya. Tentu saja aku sangat ingat ujian chuunin yang berkesan itu. Itu pertama kalinya aku dikalahkan dengan cara seperti itu. Tidak dapat kupercaya, ia menyerah setelah menyudutkanku? Bahkan sampai sekarang ia tidak mau menerima tantanganku untuk bertanding ulang!" Temari terlihat kesal.

"Kalah? Tapi kau memenangkan semua pertarungan, Sabaku-Sama"

"Ya, kalau menang karena lawan menyerah bisa kau sebut sebagai kemenangan," Temari menyeringai.

"Hmm? Aku tidak mengerti pertandingan mana yang kau bicarakan. Seingatku tidak ada pertandingan seperti itu," kata Shikamaru.

"Apa mungkin di sini berbeda? Hei, ceritakan tentang pertandinganku," perintah Temari, ia sedikit penasaran.

"Apa kau benar benar lupa de-"

"Sudah ceritakan saja!"

"Ba-Baiklah ... pertandingan pertama kau melawan Tenten dan memenangkan pertarungan itu, Sabaku-Sama. Tenten terluka akibat senjatanya sendiri dan kau dinyatakan sebagai pemenang"

"Terluka karena senjatanya sendiri? Hal konyol macam apa itu? Ia mungkin tidak lebih kuat dariku saat itu, tapi gadis itu bisa mengendalikan senjatanya dengan sangat baik. Sudah kuduga, ini memang dunia yang berbeda," gumam Temari.

"Tenten dari dulu tidak pandai dalam menggunakan senjatanya, tapi ia tidak pernah menyerah. Dan di pertandingan selanjutnya ... Sabaku-Sama seharusnya melawanku," lanjut Shikamaru.

"Apa maksudmu seharusnya?"

"Ah, I-Itu..." Shikamaru menggaruk pipinya, merasa malu.

"Ada apa?"

"Sebenarnya aku ketiduran. Aku lupa kalau hari itu ada pertandingan, jadi aku melewatkannya dan didiskualifikasi, jadi kau memenangkan pertarungan itu," jelas Shikamaru.

Temari hampir tidak mempercayai pendengarannya. Menang karena lawannya ketiduran? Itu lebih konyol dari menang karena lawanmu menyerah.

"Hei, kalau kau hadir di pertandingan saat itu. Menurutmu siapa yang akan menang?" tanya Temari.

" Huh? Ku-kurasa Sabaku-Sama yang akan menang karena aku pasti tidak sanggup menyerangmu ..." Shikamaru berujar dengan wajah memerah yang dengan cepat berusaha ditutupinya.

"Ah-Be-begitu ya .... Hahaha ..." entah mengapa Temari juga ikut gugup mendengarnya, semburat merah juga menghiasi pipi gadis itu.

"Hei, Hei ... kalian berdua! Kalian lupa aku ada di sini?" Kaia  berujar dengan bosan.

"Kalian sudah selesai bermesraan? Apa kita bisa lanjutkan perjalanan sekarang?" tanyanya lagi.

"Kami tidak bermesraan!!" Temari menatap tajam Kaia.

"Sa-Sabaku sama ... tenanglah ..." Shikamaru mencoba menghentikan Temari yang akan menyerang Kaia.

"Ya, ya, ya ...aku percaya padamu. Sa. ngat per. caya," Kaia meledek Temari.

"Lebih baik kita lanjutkan perjalanan, akan berbahaya jika kita belum sampai ketika malam tiba," ujar Shikamaru mencoba mencegah peperangan yang mungkin akan terjadi.

"Kau takut dengan gelap, bocah?" tanya Temari.

"Bukan begitu, aku ini pengendali bayangan. Tidak mungkin aku takut dengan gelap!" ujar Shikamaru.

Tiba tiba Temari teringat perkataan Shikamaru dulu,

'Kegelapan yang melahirkan bayangan, untuk orang sepertiku yang hidup berdampingan dengan bayangan. Kegelapan sama sekali tidak menakutkan'

Mengingatnya membuat Temari tersenyum kecil.

"Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan. Karena aku harus cepat kembali ke tempat di mana aku sehrusnya berada," ujar Temari.

Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan.

Temari-Road to NinjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang