Part 2

301 50 87
                                    

Kwon Jiyong merebahkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya, menekan-nekan batang hidungnya cuma buat redakan rasa lelah di matanya akan pekerjaannya di kantor. Kacamata bacanya dibiarkan tergeletak di atas tumpukan dokumen.

"Seharusnya kau ambil cuti sementara, Jiyongie," ucap rekan kerja sekaligus sahabatnya.

"Kau tidak lihat dokumen yang ada di atas mejaku ini?" balasnya sambil menunjuk pada dokumen tadi dengan dagunya.

"Hei, Naga pemarah ... apa kau lupa kalau perusahaan ini milikmu?"

Mata Yongbae hanya melirik sepintas pada sahabatnya itu lalu lanjut baca dokumen lagi.

"Yongbae-ah, aku memang pemiliknya, tapi bukan berarti aku bisa meninggalkan perusahaan ini seenaknya," celetuk Jiyong.

Yongbae menaruh selembar dokumen yang selesai dia baca di atas meja. Jarinya saling bertaut dengan kedua tangannya yang bertumpu di atas pahanya. Kepalanya menoleh pada Jiyong.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jennie?"

"Hah? Kenapa kau tanyakan itu? Kau tahu aku tak pernah ada hubungan apa-apa dengannya!" Jiyong bergerak-gerak pelan di kursinya.

"Tapi, media massa mengatakan jika kalian berkencan selama ini diam-diam. Bahkan sudah beradar beberapa gambar kebersamaan kalian," sambung Yongbae.

Kali ini Jiyong membenarkan duduknya, menghadap ke meja di depannya, dua tangannya di atas meja dengan jari juga saling bertautan.

"Semua itu bisa diedit. Lagipula, selama ini aku hanya menganggapnya layaknya adik sendiri, tidak lebih," sanggah Jiyong.

"Jadi, benar kau tidak menyukai wanita itu? Dia cantik lho dan ya, kuakui dia manis."

"Ck, dia memang cantik dan manis, tapi nyatanya tidak membuatku tertarik."

Jiyong menghempaskan lagi punggungnya di sandaran kursi yang sedikit memantul karenanya.

"Atau kau sudah tertarik dengan orang lain?"

"Tidak! Entahlah, mungkin ya mungkin juga tidak." Jiyong menggidikan pundaknya.

"Jawaban macam apa itu?"

"Aku sudah dapatkan calon sugar baby-ku," ucap Jiyong.

Yongbae yang tadinya minum teh yang sudah dingin nyaris membasahi dokumen di atas meja karena tersedak. Itupun ulah ucapan Jiyong. Dia usap sisa teh di bawah bibirnya yang mengalir indah di dagunya.

"Jadi, kau benar-benar mencari sugar baby? Oh man, itu hanya ide gila dan aku hanya bercanda saat itu, Jiyongie!"

"Aku tahu. Tapi, setelah kupikir lagi mungkin tidak ada yang salah jika aku hanya menghabiskan waktu bersama dengan seseorang tanpa adanya ikatan," jelas Jiyong.

Yongbae mendesis saat mendengar atasannya ternyata melakukan hal gila yang dua hari lalu dia juga yang menyarankan untuk mencari sugar baby.

"Jiyongie, aku tahu kau punya segalanya. Tapi, bukan begini caranya untuk bersenang-senang!"

"Ralat! Aku tidak memilikki kekasih juga keluarga, jadi belum bisa dikatakan punya segalanya," celetuk Jiyong.

"Ya, aku tahu itu. Maksudku, sebaiknya kau cari pasangan dan menikah. Dengan begitu tak akan ada yang memandang jelek tentang kau."

Jiyong membalas, "Aku tidak peduli pandangan orang lain. Ini hidupku, aku yang menjalaninya dan ya, intinya aku belum menemukan kenyamanan dengan siapapun, walau Jennie sekalipun.

"Jiyongie, umurmu sudah-"

Tok Tok Tok

Kalimat Yongbae diputus oleh ketukan pintu. Jiyong langsung saja menyuruh orang yang mengetuk pintu itu masuk.

Let's not Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang