Part 10

236 45 22
                                    

Biasakan untuk menghargai karya seseorang. Karena menciptakan sebuah karya itu sulit.
.
.
.
.
.

Kaos hitam, celana jeans hitam, sepatu loafer hitam dan rambut yang sengaja dibuat tidak terlalu rapi juga masih dengan warna yang sama silver ash gray, membuat Jiyong lebih mempesona dari biasanya. Seungri nyaris tak berkedip saat melihat laki-laki yang beda usia sembilan tahun dengannya itu keluar dari kamarnya.

Jiyong pun mengalami hal yang sama saat melihat Seungri keluar kamarnya dengan kemeja kotak-kotak merah, lengan di gulung hingga siku, satu kancing atasnya dibuka menampilkan sedikit dada bidangnya yang terlihat mulus. Bagian bawahnya dibalut dengan celana ripped jeans selutut dan sepatu Gucci putih miliknya.

"Sudah siap?" 

Jiyong yang memecah keheningan di antara mereka. Jiyong lebih pandai menutupi perasaannya di bandingkan Seungri yang terlihat gugup di depan Jiyong.

"Erh, yaaa ... aku siap."

"Kita berangkat sekarang."

Seungri mengangguk dan mengekori Jiyong turun ke lantai satu. Matanya melihat Jiyong meraih satu kunci mobil. Itu artinya kemungkinan Jiyong yang mengemudikan sendiri mobilnya.

"Kau tidak pakai supir?" tanya Seungri memastikan.

"Tidak," jawab singkat dari Jiyong sambil melangkah masuk ke dalam liftnya menuju basement.

"Kenapa? Bukannya lebih enak pakai supir?"

Jiyong menoleh pada Seungri dan tersenyum padanya, lalu dia berkata, "Aku sedang ingin berdua saja denganmu di dalam mobil tanpa ada yang mengganggu."

Blush

Seungri tersipu. Rona merah menghiasi pipi gembilnya. Pikirannya membeku sejenak akibat ucapan manis Jiyong. Sungguh sugar daddynya kali ini amat berbahaya bagi kesehatan jantung Seungri yang kerap kali melontarkan kata-kata manis.

"Ayo, keluar! Masih betah di dalam lift?"

Oke, kesekian kalinya lagi Seungri tertangkap sedang tersipu sendiri. Jiyong dengan santainya berjalan keluar dari lift. Menekan tombol alarm pada mobil Lambo hitam kesayangannya dan membukakan pintunya untuk si sugar baby.

Gaung dari mobil sport itu terdengar saat melintas jalan malam di kota Seoul. Lalu lintas masih terbilang ramai karena banyak orang yang masih beraktifitas malam hari. Mobil Jiyong berhenti di depan valet klab malam Octagon. Segera dia melempar kunci mobilnya pada petugas valet yang sudah hafal betul kebiasaan Jiyong.

"Ayo, Sayang kita masuk."

Dentuman musik sebagai penyambut ketika mereka masuk ke dalam klab tersebut. Mata Seungri mengedar mencari mereka yang diundangnya untuk datang. Top sang pemilik langsung menyambut Jiyong selaku temannya.

"Yo, my brother!" sapa Top.

"Hai Hyung," Jiyong balas menyapa.

"Seungri-ah, kau mencari temanmu?"

"Ah, ne. Kau melihat mereka Hyung?"

Top mengarahkan tangannya pada sebuah meja yang telah disewa Jiyong. Teman-teman Seungri telah berkumpul di sana.

"Mari, kuantar!"

Let's not Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang