Aku bangun dari tidurku. Aku baru sadar kalau Jaket yang ia pinjamkan kemaren masih melekat di tubuhku. Jaket ini sangat nyaman. Sebenarnya aku tidak mau mengembalikan jaket ini kepada Shawn. Karena aku sangat nyaman dengan jaket ini tapi mau gimana lagi ini milik Shawn dan aku harus mengembalikannya.
Aku melepaskan jaket ini dari tubuhku dan menaruhnya di nakas samping kasurku. Karna Hari ini hari minggu, aku akan bermalas-malasan sepanjang hari di kamarku.
"CAMMMM!!!" Teriakku
"CAMMMM!!!!!" Teriakku lagi
"CAMERONNNNNNN!!!" ini sangat aneh sungguh. Biasanya kalau aku panggil dia langsung datang. Aku mencoba untuk keluar kamarku dan mencari Cam. Di kamarnya, tidak ada. Di dapur, tidak ada. Di kamar mandi, di ruang tamu juga tidak ada. Kemana dia? Aku khawatir. Sungguh.
Aku kembali ke kamar dan memutuskan untuk menelefon Cam. Tapi sebelum aku menelfonnya Nash sudah menelefonku duluan. Aku langsung mengangkatnya.
"Hallo?" Kataku
"Ellaaaa!!! Maaf kalau kau mengkhawatirkanku saat ini dan maaf kalau aku sudah meninggalkanmu sebelum aku bangun. Matt kecelakaan dan aku, nash, taylor, dan gilinsky harus ke rumah sakit saat itu juga. Maafkan aku ya?" Ini bukan suara Nash. Ini Cam dan dia terlihat sangat khawatir dan aku harus mengerti itu karna bagaimanapun matt adalah sahabat Cam.
"Oh...okay...aku mengerti itu tapi kenapa kau memakai hand phone Nash?"
"Hpku low battery, jadi aku memaki hp Nash"katanya "sorry ya ella" katanya lesu
"It's okay Cam. Aku akan mencari makanan di luar nanti"
"Thanks Ella. I love you"
"Love you too" aku langsung menutup saluran telepon ini.
Okay dan sekarang aku akan mengganti bajuku lalu pergi ke KFC terdekat.
Aku keluar dari apartementku dan menaiki taksi yang sudah pakir di depan apartement ini. Aku masuk ke dalam taksi itu dan memberi tau supirnya kemana tujuanku. Ya KFC!
***
Oke, karna aku tidak suka pergi sendiri dan makan sendiri jadi aku memutuskan untuk membawa pulang makanan ini dan makan di apartement saja.
Aku berjalan keluar dari KFC dan mulai berjalan untuk membeli Starbucks. Aku rindu Starbucks.
Aku memasuki starbucks setelah berjalan tak terlalu jauh dari KFC tempat aku beli sarapan tadi.
Aku terhenti saat ingin mau membuka pintu masuk ke Starbucks. Mataku terfokus pada 2 orang yang sedang bermesraan di pojok dekat jendela. Mereka sedang tertawa bersama dan perempuan ini bergelanyut manja kepadanya.
"Shawn..." Bisikku dengan nada gemetar. Ini sangat sakit. Aku tak tau harus berbicara apa lagi. Aku menutup kembali pintu masuk Starbucks ini. Mataku sudah di penuhi dengan air yang ingin terjun bebas ke pipiku. Rasanya sakit melihat orang yang kita Cinta sedang bermesraan dengan perempuan lain.
Tanpa aku ketahui mataku dan mata Shawn bertemu. Aku langsung bergegas pergi dari area Starbucks dan langsung menaiki taksi yang sudah terparkir tak jauh dari Starbucks ini.
"Ellaaa!!" Teriak Shawn saat aku ingin memasuki taksi.
"Pak, cepetan ya jalan ke Saint Cruz apartment" lalu taksiku langsung melaju cepat.
Moodku untuk makan jadi hilang. Aku sakit. Bahkan sangat sakit tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa. Jadi dia berhak melakukan apa saja.
***
Aku memasuki apartementku dengan mood yang sudah hancur. Cam belum pulang dan pasti dia sedang menjaga sahabatnya. Matt.
Aku duduk di sofa dan menenggelamkan kepalaku di atas lututku. Air mata mulai bergelinangan di pipiku. Kemarin dia membawaku terbang dan sekarang dia membawaku seperti masuk ke dasar jurang yang paling dalam. Aku tak tau harus berbuat apa lagi. Aku sedang tidak mau melihat wajahnya sekarang.
Tiba-tiba aku merasakan getaran di saku celanaku. Telefon. Aku melihat layar dan tertera nama Shawn. Aku sedang tidak mau berbicara. Moodku sudah hancur. Jadi aku memutuskan untuk tidak menggubris telefon dari Shawn dan menenggelamkan kepalaku di atas lutut. Rasanya aku ingin sekali berteriak.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!"aku menjerit sangat keras. Sangat sangat keras.
"Jeez, ella!!!" Tiba-tiba cam masuk tanpa mengetuk pintu. Aku langsung mengelap air mataku dengan kasar agar tidak terlihat habis menangis. Cam menghampiriku. "Kau kena-" kata katanya terpotong dan langsung menarik daguku dan aku spontan melepaskannya. "Kau menangis?" Tanyanya
"Tidak"
"Iya! Kau menangis! Siapa yang berani membuatmu menangis?!?"
"Aku tidak menangis Cam!"
"Big liar!!! Shawn ya?"
"Shawn? Tidak! Aku saja belum bertemu Shawn hari ini" pembohong yang sangat handal kau ella.
"Lalu kenapa kau menangis?"
"A-ak-aku tadi terpeleset di kamar mandi"
"Kau itu adikku. Aku tau kalau kau sedang sedih atau sakit karna jatuh atau terpeleset. Aku mengerti semua tentangmu Ella, jadi jelaskan apa yang terjadi okay?" Kata Cam lembut sambil memegangi tanganku.
Air mataku mulai turun lagi. "Jadi tadi pagi sa-saat aku ingin membeli makanan untuk sarapan aku melihat shawn sedang berduaan dengan perempuan lain" kataku lesu "tapi tolong jangan berkata apapun kepada Shawn. Kumohon ya cam?"
"Baiklah jika itu yang kau mau. Jangan menangis lagi ya? Aku tidak mau melihat orang yang sangat aku sayang membuang air matanya dengan cuma-cuma" kata Cam sambil mencium keningku.
"Okay" kataku dan mencoba untuk tersenyum.
***
Aku duduk di tengah tengah kasurku sambil menonton tv. Bosan, sedih, sakit, perih. semua tercanpur aduk. Aku mengambil ponselku yang berada di nakas dan membukanya dan......... Wow! 58 missed calls from Shawn. Memangnya sepenting itu ya dia ingin berbicara padaku?
Dia menelefon lagi! Angkat tidak ya? Angkat saja deh.
"Hallo? Ella??"
"Ya? Ada apa?" Jawabku dengan nada yang sok di senag senangkan padalah sedang sakit hati
"Kau habis menangis ya?"
"Hah menangis? Tidak aku tidak menangis! Umm... Shawn maaf aku harus pergi dahhh!!"
"Eh tung-" aku langsung mematikan jaringannya. Aku takut mendekatinya lagi. Aku takut kalau aku mengganggu hubungan shawn dengan Dia.
------------------------------------------
Short banget ya ceritanya? Maaf ya heheh
Vomment dongss jangan jadi silent readers ya makasihh <3 and sorry for the typos heheh-Christabel mendes/hood
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the only one
Fanfiction"Aku tak tau, apakah aku harus bertahan atau lebih baik mundur dan kembali dengan masa lalu jika begini terus keadaannya. Aku sudah lelah. Lelah akan semua yang sudah dia lakukan padaku" -Shiella Alexandra Dallas