21. 🌹🌹🌹

1K 95 19
                                    


21 ++ harap bijak






***

Defa telah menyelesaikan tugasnya. Dia membereskan barang-barangnya yang sempat berserakan diatas meja dan menaruhnya kembali dimeja belajar milik Selvia. Ya, mereka sepakat untuk menempatkan buku dan barang untuk kuliah disatu meja yang sama.

Defa kembali ke ruang tamu lagi lalu berdiri disamping sofa tempat Selvia tertidur. Selama dia mengerjakan tugas tadi, gadis itu ikut menemaninya. Awalnya gadis itu mengoceh tak terhingga mulai dari gosip panas rektor dan ibu kantin, hubungan Jani dan Janet yang semakin romantis, tubir di-base kampus sampai kapal homo-nya yang selalu muncul dengan momen yang mengejutkan. Dan selama itu juga, ekspresi Selvia selalu berubah-ubah, seperti saat membahas hubungan temannya, dia akan tertawa, membahas hubungan rektor dan ibu kantin ekspresinya sangat serius khas orang julid dan ekspresi sedih sampai menangis saat membahas kapal homo yang sangat dia cintai. Sampai akhirnya keadaan menjadi hening dan saat Defa menoleh, dia mendapati gadis itu tertidur lelap.

Dia menepuk pipi chubby Selvia dengan perlahan bermaksud membangunkannya, "Agi, bangun. Tidur dalem." ucapnya.

Selvia sedikit bergerak, dia mengucek ujung matanya. Matanya menangkap Defa yang berusaha membangunkannya, tapi dia melanjutkan tidurnya lagi.

"Mau digendong apa gimana?" tanya Defa pada Selvia yang setengah sadar itu.

Tanpa suara, gadis itu mengangguk. Kedua tangannya terulur keatas. Defa segera mengambil tubuh kecil gadis itu. Dia menggendong Selvia bak bayi, dan dengan cepat tangan gadis itu melingkari bahu belakang Defa.

Tak butuh lama untuk sampai dikamar, Defa segera merebahkan tubuh Selvia diranjang empuk mereka. Selvia meraba tempat yang nyaman dan tetap melanjutkan tidurnya. Defa mematikan lampu kamar mereka dan ikut bergabung dengan Selvia diranjang.

Defa merapatkan tubuhnya pada Selvia, tangannya terulur mengusap dahi gadis yang sudah tertidur lelap itu.

Sedikit cahaya dari rembulan menyusuri kamar itu, Defa menatap wajah Selvia dengan cermat. Mengamati bentuk dari alis dan bulu mata lentik milik gadis itu, meneliti rambut-rambut halus yang ada disana.

Matanya menangkap tanda lahir dikelopak kiri gadis itu. Dia terkekeh dan menyadari bahwa ada sedikit kesamaan antara mereka berdua.

"Adem banget liat wajah lo, Gi." ucap Defa pelan. Dia pernah membaca cuitan seseorang disosial media, liat kamu, capekku hilang.

Awalnya dia bergidik ngeri saat membacanya. Bahkan Defa langsung memblokir akun itu. Rasanya tidak mungkin lelahnya hilang hanya dengan melihat kehadiran seseorang. Tapi, dia sadar sekarang bahwa dia ada disituasi yang seperti ini dan yang paling penting, 'kamu' disini adalah seseorang yang disukai dan dihargai.

Defa merendahkan wajahnya, "gue pingin bahagia sama lo, Agi." ucap Defa yang kemudian mengecup singkat pipi Selvia.

***

Selvia ikut terdiam saat Leo dan Widya saling menatap tanpa bicara. Seharusnya dia mengikuti ucapan Defa tadi. Dia dipaksa Widya untuk ikut berangkat ke kampus bersama mereka. Awalnya Selvia menolak karena takut menganggu, siapa tahu ada yang harus diselesaikan berdua lagi. Namun, Widya terus memohon padanya, hal ini membuat Selvia tak tega sehingga dia segera berpikir positif siapa tahu keberadaannya dapat membantu. Dan ternyata pikiran positifnya tidak terbukti.

Dan sekarang mereka sudah ada diparkiran kampus. Baik Leo dan Widya tidak ada yang turun duluan. Saat Selvia hendak membuka pintu mobil, kedua sahabatnya langsung melirik kearahnya.

Selvia menunggu masing-masing dari mereka untuk membuka suara, tapi nihil. Keduanya hanya saling diam dengan tatapan tertuju pada satu sama lain.

"Sahabatku yang terkasih, kalian mau sampe kapan diem doang?" ucap Selvia akhirnya yang tak bisa menahan kesalnya.

Married with Enemy || Jaebum ● SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang