Makan malam telah usai, Selvia segera membersihkan piring dan gelas yang dipakai tadi. Dia menyuruh kakak-kakaknya bersama Bumi dan Jeje diruang tamu dan dengan senang hati mereka lakukan sehingga di dapur tersisa dia dan Yeri saja.
"Kak, kita jadi liburan kan?" Tanya Yeri sambil membantu mengatur gelas bersih.
Selvia mengangguk. "Jadilah, masa batal."
"Kak, soal kejadian ini jangan bilang ke ayah bunda ya. Gue takut." Ucap Yeri.
"Iya, gampang. Bilang ke Defa juga sana." Ujar Selvia.
Yeri mengangguk.
"Sana, dek bilang. "
Yeri mengernyit. "Sekarang?"
Selvia mengangguk. "Bawain air juga, dek"
Yeri mengangguk. Dia mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan air mineral. Setelah itu, Yeri pun segera pergi dari sana meninggalkan Selvia. Dia berjalan menuju kamar Selvia di lantai 2. Defa ada disana karena sedang mengerjakan tugas kuliahnya menggunakan laptop Selvia.
Dia mengetok pintu kamar itu dengan pelan. Kemudian dari dalam dipersilahkan. Yeri pun segera masuk. Dia berjalan menghampiri Defa kemudian menaruh gelas itu di meja. "Diminum, abang."
Defa hanya berdeham menanggapinya.
"Soal kejadian ini, jangan dikasih tau ke ayah bunda, ya bang." Ucap Yeri dengan suara pelan.
Defa menghentikan kegiatannya. Dia memutar tubuhnya untuk menghadap kearah Yeri. "Emang kenapa?"
"Gue gamau mereka khawatir. Lagian, gue juga malu. Ini kaya aib." Jawab Yeri dengan tenang. Defa terdiam mendengar jawaban adiknya itu.
"Maaf ya, dek."
Yeri menangkat telapak tangannya. "Udah, abang. Jangan bahas tentang ginian, gue gamau."
"Lo di sekolah gak dibully, kan?" Tanya Defa.
Yeri menggeleng cepat. "Gaklah, bang. Temen gue banyak, kok!"
Defa mengangguk. Dia membereskan barang-barangnya yang ada dimeja lalu berdiri. "Yaudah ayo turun, nyusul yang lain. Katanya mau nobar horor." Yeri mengangguk. Dia langsung berdiri dan turun dengan cepat ke lantai bawah diikuti Defa dari belakang.
Saat semua sudah berkumpul diruang tengah, Dresta segera mengatur semua keperluan untuk menonton. Dia bahkan mengatur tempat duduk mereka. Dresta keluar masuk kamar guna mengambil selimut dan bantal supaya bisa nyaman. Lalu Brian menuju kamar tamu mengambil matras empuk dan meletakkannya dikarpet bawah. Rencananya mereka semua akan tidur diruang tengah.
Untungnya Bumi dan Jeje sudah terlelap dan tak pernah terganggu oleh suara apapun, jadi mereka semua bisa santai. Selvia duduk diujung dekat sofa supaya bisa bersandar karena seharian ini dia banyak bergerak sehingga seluruh tubuhnya terasa pegal. Selain itu, dia juga menjaga Jeje yang tertidur disofa supaya tidak terjatuh, sedangkan Bumi tidur disamping Jeffry.
Defa langsung menempatkan diri disamping Selvia, dia juga berniat menjaga Jeje supaya tak terjatuh dari sofa. Diamatinya Selvia dari samping dan ternyata gadis itu terlihat sangat lelah.
"Gak tidur aja, Gi?" Tanya Defa.
Selvia menoleh kesamping lalu menggeleng. "Belum ngantuk."
Ajun berdiri, dia berjalan menuju saklar. "Lampunya gue matiin ya. Selvi kalo takut, peluk gue aja, okay?" Selvia mengangguk dan langsung tersenyum sumringah. Jangan lupa bahwa Ajun adalah personil yang dia gemari. Walau sering bertemu dengannya, tetap saja kesempatan ini sangat jarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy || Jaebum ● Seulgi
Hayran KurguGimana rasanya, kalau kalian tiba-tiba menikah dengan musuh bebuyutan di kampus? Marah? Pingin kabur? Atau.... Bakal bisa jatuh cinta beneran? Ini cerita mereka, Defa dan Selvia. 🔞