***
"PAPA!!" Teriak Bumi dari balkon ketika melihat Defa yang baru saja tiba di rumah. Bumi berlari cepat menyusul Defa sambil membuka lubar kedua tangannya untuk berpelukan.
Jeje pun begitu. Dia bertepuk tangan antusias menyambut Defa sehingga berulang kali mencoba untuk berdiri dan berjalan walau tetap belum lancar. Akhirnya Selvia membantunya untuk menghampiri Defa.
Defa menaruh barang bawaannya didekat pintu lalu meraih Bumi yang berlari kearahnya dengan penuh senyuman. Dia langsung menggendong Bumi yang tidak terlalu berat. Dia sempat terdiam karena marasakan perasaan yang asing. Maksudnya, perasaannya menjadi tak karuan saat disambut oleh orang rumah, seperti Bumi, Jeje, dan istrinya sendiri.
Defa membawa Bumi ke sofa ruang tamu kemudian duduk dengan nyaman disana. Dia mengeluarkan sebuah buku kecil dengan gambar hewan diluarnya. Defa menyerahkannya kepada Selvia. "Buku si kancil dari Jaka." Ucapnya.
Selvia mengangguk, dia menerima buku itu. Dia menatap Defa. "Lo-- maksudnya kamu udah mandi?" Dia sampai lupa bahwa ada Bumi disana. Mbak Bertha selalu mengingatkannya untuk tidak menggunakan 'lo-gue' didepan anak-anaknya dan yasudah Selvia menurut saja, walau awalnya agak kesal.
Yang ditanya pun langsung mengerjap. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya dalam sejarah hubungan mereka berdua berbicara dengan kata 'aku-kamu'. "I-iya, eh. Udah, kenapa?"
Selvia mengangguk paham. "Nanya doang. Baju kotornya taruh dimesin ya, sekarang. Mau nyuci." Ucap Selvia.
Defa segera mengeluarkan pakaian kotor dan menaruhnya didalam mesin cuci. Setelah itu Defa kembali duduk disofa menemani dua keponakannya itu, sedangkan Selvia mulai mencuci.
Setelah selesai mencuci dan mengeringkan pakaian tadi dengan mesin cuci, Selvia membawa pakaian itu kearah balkon untuk dijemur. Beruntung balkon mereka cukup ada ruang untuk menjemur pakaian.
"Gue bantuin ya?"
Selvia menggeleng cepat. "Gak usah, emang gak capek? Didalem aja sama adek-adek." Tolaknya.
"Gak capek, gue cuma haha hihi aja." Jawab Defa.
Defa menolehkan pandangannya ke belakang saat merasa pundaknya disentuh dan mendapati Jeje yang tersenyum cerah kepadanya. Dia segera berdiri dan menggendong Jeje.
"Jeje nonton apa?" Tanya Defa. Dan dijawab dengan ocehan-ocehan tak jelas dari bibir mungil itu. Defa terkekeh menanggapinya. Dia kembali menatap kearah jemuran.
Defa terdiam sejenak. Sebenarnya dia punya banyak pertanyaan tentang sesuatu. Dia berdeham. "Agi." Panggilnya.
"Yaa? Kenapa?" Jawab Selvia.
Defa meneguk ludahnya. Dan dengan mantap bertanya. "Kenapa daleman lo serba item gitu? Tanktop, celana pendek."
Selvia langsung menoleh kearah Defa dengan tatapan tajam. "Ih, cabul!"
"Njir, gue cuma penasaran aja. Sejemuran warnanya item semua." Jelas Defa cepat. Dia benar-benar hanya penasaran bukan berniat mesum atau cabul.
Selvia mendecak. Sedikit kesal dengan pertanyaan Defa yang sangat random itu. "Ya bagus aja kalo pake warna item. Kalo foto juga jadi seksi."
Defa membuka mulutnya. "Foto apaan? Emang lo foto pake itu?"
"Iyalah. Daleman gue kan bagus, masa gak gue pake buat foto." Ujar Selvia dengan santai.
"Buat apaan anjir? Ada yang minta pap ke lo?" Tanya Defa penasaran. Dia masih tak bisa mengerti mengapa Selvia berbuat demikian.
Selvia meninju pelan lengan cowok itu. "Gak ada yang minta pap ya, bodoh! Gue cuma mau mengapresiasi badan gue aja. Lagian gak foto pake bra doang anjir, pake tanktoplah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy || Jaebum ● Seulgi
FanficGimana rasanya, kalau kalian tiba-tiba menikah dengan musuh bebuyutan di kampus? Marah? Pingin kabur? Atau.... Bakal bisa jatuh cinta beneran? Ini cerita mereka, Defa dan Selvia. 🔞