Baik, teman-teman. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan kejadian, latar, tokoh penokohan, itu hanyalah tindak ketidaksengajaan. Cerita ini juga bukan cerita yang sempurna, terlalu buruk untuk ditiru. Harap membaca dengan bijak, dan jangan lupa dukungannya dengan vote dan komen. Terima kasih.
Selamat membaca.
***
Indira Sari, gadis berkulit sawo matang yang masih berumur tiga belas tahun. Di hidupnya tidak terlalu banyak hal-hal mengejutkan, hanya secuil luka-luka, serta pertahanan mental yang sudah berdiri kokoh di umurnya yang belia.
Dira itu jomblo, lebih tepatnya jomblo ngenes. 'Cinta monyet' yang ia jalani saat di sekolah dasar terbawa-bawa sampai di sekolah menengahnya. Sungguh miris hidup gadis itu, padahal Dira sadar, sangat sadar. Ia sedang menjalani kisah 'cinta monyet'.
Sekarang, gadis pemalas itu tengah rebahan di kasurnya yang empuk, bak ada magnet besar yang menariknya untuk tetap lengket di atas kasur empuk itu. Sehingga, ia menolak untuk beranjak. Salah satu hobi Dira adalah rebahan sambil bermain handphone, walaupun sedikit manfaatnya yang penting ada.
Ukuran kamar Dira tidak kecil juga tidak besar, hanya di isi dengan kasur, lemari pakaian, lemari hias, meja belajar, lemari kecil, dan tentunya kipas angin. Kamar Dira terasa nyaman karna aroma khas herbal menyeruak di sana, membuat siapapun betah, ditambah dekorasi manis di dinding-dinding kamar dengan nausa biru langit. Iya tau, Dira memanglah gadis yang kreatif, tapi sayang ia pemalas.
Dari tertawa kecil sampai tertawa bengek selalu dinding kamarnya yang menjadi saksi bisu, dan dari menangis sampai tertawa lagi, tetap handphone yang Dira pegang. Sampai terjungkang pun Dira tidak perduli, membuat rambut sebahunya terlihat sangat berantakan.
Dira itu suka anime, Dira itu suka drakor, Dira itu suka wattpad, Dira itu suka K-drama, dan banyak hal lagi. Banyak yang Dira suka, hanya sedikit yang tidak. Namun, jika Dira sudah menonton anime ia akan lupa waktu, sampai tak sadar azan sudah berkumandang.
Benar saja, alam seakan tidak berpihak dengan Dira. Alam itu mengeluarkan bunyinya sebagai peringatan untuk Dira. Hingga membuat Dira seketika berdiri tegak, bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka lebar.
"MALAH MAIN HP, CEPET SHOLAT! GAK DENGER APA KUPINGNYA? UDAH AZAN! JANGAN JADI ANAK PEMALAS DIRAAA!" Sambil berkacak pinggang Bundanya itu berteriak, gaya wanita paruh baya itu sungguh manis. Apalagi ia tengah memakai mukenah hitam bercorak-corak. Terlihat seperti alarm alam di mata Dira.
Dira menyengir, memperlihatkan sederet gigi-gigi kekuningannya, juga memperlihatkan betapa buruknya ia. "Udah terlanjur Bun, Dira udah pemalas." Dira sungguh contoh yang baik, tetap melawan untuk masuk surga. Namun, ada frekuensi di balik itu semua. Telinga Dira memerah.
"Jadi anak jangan melawan," pesan khidmat dari sang Ibunda. Dira hiraukan, gadis jelek itu setia mengusap kuping kirinya. Dira menatap kesal Bundanya.
"Yeeee...." Wajah Dira nyolot bukan main. "Jadi orang tua jangan galak." Selain patut dicontoh, Dira itu juga suka memancing peperangan di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA-GARA GLOW UP
Teen FictionDira mungkin saja tidak akan pernah merasa terasingkan jika wajahnya putih bersih dan licin. Lihat teman-temannya itu, sudah cantik, pintar, kaya, baik pula. Lalu, Dira itu apa? Baiklah, ia sangat muak berada di sekeliling manusia-manusia sempurna...