1.8 Semburat tawa sang gagak

82 4 1
                                    

Siapa sangka? Dira akhirnya lulus. Ia tertawa senang. Dira pasti akan merindukan masa-masa SMPnya. Mulai besok Dira harus mengerjar banyak poin. Walaupun begitu, hari ini Dira harus bersenang-senang dulu. Lihatlah betapa nekatnya sekolah Dira itu, mengadakan acara kelulusan di tengah-tengah pandemi.

Dira kesal sebenarnya, tapi untunglah acara mereka tertutup dan hanya dihadiri orang-orang berkepentingan saja. Dira menghela napas, turun dari mobilnya. Hari ini Dira tampil memukau dengan baju kebaya yang ia kenakan, hijab yang sepanjang pinggang, juga masker dimulutnya. Di balik masker batik itu Dira tersenyum melihat sekolahnya yang tampak hidup.

Acara akan dimulai sekitar jam sembilan. Tawa-tawa sudah menghiasi sekitar. Dira menatap teduh suasana sekitar, pasti ia akan rindu semilir angin di sekolahnya ini. Dira pasti akan rindu dengan teman-temannya dan juga guru-guru. Belum tentu bukan? Ketika mereka kembali berkumpul rasanya akan sama seperti pertama kali bertemu.

"Dira!"

Suara itu membuat Dira menoleh. Di sana Pipit melambaikan tangan kearahnya dengan ceria. Gadis itu tampil cantik dengan kebaya yang sama dengannya. Belakangan ini memang Dira dekat dengan Pipit, karna Dira rasa Pipit itu tidak jahat.

Dira tersenyum ikut melambai. "Pipit! Lo apa kabar bro?!" teriak Dira membuat ia dilirik orang sekitar.

Pipit berteriak menghampiri Dira. "Gue baik Dir! Lo kok cantik banget astaga!" kagum Pipit menatap binar Dira.

Dira tersenyum sombong. "Iyalah, dari dulu gue juga udah cantik."

Pipit memajukan mulutnya lalu berkacak pinggang. "Lo jadi narsis gini ya."

"Pede sikit gak papa lah." Dira celinga celingu menatap sekitar. "Temen-temen kumpul di mana?"

"Oh itu. Di kelas tujuh satu. Yuk ke sana," ajak pipit.

Dira mengangguk riang. "Ayo!" Mereka berjalan berdampingan. Melihat keadaan sekitar kening Dira menyerit. "Eh, ada penampilan apa?"

"Gue denger dari guru-guru sih ada puisi berantai, drama, sama tari."

Dira yang mendengarnya tersentak. "Wih, baik banget ya adek-adek kita."

Pipit tersenyum miring. "Bagus lah."

Dira mengangguk masuk ke dalam kelas tempat teman-temannya berkumpul diikuti Pipit di belakang. "Hello!" sapa Dira membuat semua semuanya melihat ke arahnya.

Mereka terdiam beberapa detik. Rio bertanya setelah mengerjabkan mata tampak seperti tidak percaya, "Lo Dira?"

Dira tersentak, senyumnya luntur merasa kesal dengan pertanyaan aneh itu. Teman-temanya segakperduli apa sampai melupakan wajah Dira yang paripurna ini?

Dira berdecak. "Jadi?" tanyanya malas sementara di samping Pipit menahan tawa.

Rio langsung berdiri dari duduknya menghampiri dira. "Kok makin cakep lu, Dir?" herannya meneliti penampilan Dira.

Mata Dira menyempit penuh arti. "Gue emang cakep yaelah."

Rio terngaga melihat kepercayaan diri Dira. Siapa yang menyangka anak yang sering mereka bully ini akan menjadi merpati cantik? Mereka seakan tertampar. Seharusnya saat itu mereka tidak pernah membully Dira. Mereka kan sama-sama manusia.

"Eh gess kita di suru kumpul di aula!" seru Aca datang tiba-tiba mengisi kekosongan ruang kelas ini. Dira yang masih berdiri di dekat pintu menoleh. Mata Dira dan Aca bertemu. Aca masih cantik seperti biasanya.

Dira tersenyum. "Apa kabar, Ca? Udah lama kita gak bersua." Dira berjalan mendekat ke Aca.

"Eh. Dira..." Aca terkekeh canggung melihat penampilan Dira dari atas kepala hingga ke kaki. Batinnya berteriak. "Dira makin cakep!"

GARA-GARA GLOW UP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang