Dira turun dari mobil hitam milik bu Tika. Wajah berserinya menandakan ia bahagia, Dira benar-benar senang. Lalu, bu Tika mengajaknya untuk masuk. Dira ikut saja, dia pun dipersilahkan untuk duduk.
"Ibu ambilin kue bentar ya," pamit bu Tika berjalan ke arah dapur. Dira mengangguk, berdiam diri sambil melihat dekorasi ruangan tamu ini. Rumah bu Tika memang tidak terlalu besar, tapi begitu hangat dan nyaman. Tidak ada foto apa-apa yang tertempel di dinding, hanya ada lukisan-lukisan kecil. Sofanya juga hanya sebaris panjang. Di depan sana ada satu televisi beserta raknya.
Suara derap langkah terdengar tergesa diikuti suara seorang anak laki-laki. "Tante!"
Dira langsung menoleh ketika merasa familar dengan suara anak laki-laki itu, saat muncul seseorang yang Dira kenal. Bola mata Dira melebar. "Reza?!"
"Ehh..." Reza ikut kaget melihat Dira di sini. "Lo kok bisa di sini, Dir?" Reza berlari ke arah Dira.
"Bu tika guru gue."
"Tante Tika tante gue," balas Reza. Ini pasti ada yang tidak beres. "Tante! Anak perempuan yang Tante bilang kemarin itu Dira?!"
"Eh, anak perempuan apa? gue gak sih?" batin Dira.
"Iya, Reza," sahut bu Tika geram. Perempuan itu baru saja datang sambil membawa botol kue dan dua gelas air kosong di atas nampan. "Kalian jangan bingung gitu. Harusnya bersyukur dong!"
Dira tersentak. "Tujuan Reza sama kaya Dira, bu." Kepalanya terus berpikir, dan inilah yang ia simpulkan.
Bu Tika tersenyum cerah. "Seratus untuk Dira."
Mulut Dira terbuka lebar menatap tak percaya ke arah Reza. Lelaki ini berarti sama dengannya bukan?
Reza memalingkan wajahnya malu. "Mana buku panduan sholatnya?"
Dira mengerjab. "Ishh, gue lupa."
"Lo, sih!"
"Udah, entar langsung praktik aja."
"Ajarin gue yak!"
"He'em."
"Ada apa nih?" Bu Tika menyahut. "Kalian ngobrol sebentar ya. Ibu mau mandi dulu, bau nih badan."
Dira mengangguk. "Iya bu."
Setelah Bu Tika pergi. Dira beralih ke Reza. "Za," panggilnya.
"Apa?"
"Lo mau tau gak?" Dira tersenyum penuh arti.
"Apa?"
"Za. Gue tadi hampir bunuh diri tau," ucapnya bangga.
"Napa lo? Putus sama cowo lo ya?!" Wajah Reza mendadak tak sedap dipandang. Melihat itu Dira ikut menaikkan oktaf suaranya.
"Dih, kok lo nyolot sih! Siapa cowo gue?! Habis kena hajar gue sama bunda kalau ketahuan pacaran."
"Kalau bunda lo tau lo mau bunuh diri?" ucap Reza spontan.
Dira terkekeh sebentar. "Biasa aja kayanya."
"Gila lo."
Dira mendelidik ke arah Reza, ia kesal. "Lo kok gak kaget gitu?"
"Ya enggaklah. Gue udah sering malah." Dengan percaya dirinya Reza tersenyum miring.
"Ehh iya?"
"Iya. Emm, Dir," balas Reza memalingkan wajah. "Lo kemarin boncengan sama siapa?" lanjut Reza bertanya.
Dira sedikit tersentak. "Lo. Lo kok tau?"
"Yaa sama siapa, Dir! Gue gak sengaja liat."
Dira mangguk-mangguk. "Sama si Rafi. Temen sd gue dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA-GARA GLOW UP
Teen FictionDira mungkin saja tidak akan pernah merasa terasingkan jika wajahnya putih bersih dan licin. Lihat teman-temannya itu, sudah cantik, pintar, kaya, baik pula. Lalu, Dira itu apa? Baiklah, ia sangat muak berada di sekeliling manusia-manusia sempurna...