Tanggal 23 Desember. Hari ini, Dira berulang tahun. Namun, bukannya tampak bahagia, Dira terlihat lesu. Kejadian tiga hari yang lalu berhasil mempengaruhi jiwanya, bahkan gadis itu sering mengurung diri di kamar dan sangat jarang memegang ponsel lagi. Hari ini Dira berangkat ke sekolah dengan perasaan malas tak karuan karna sedari tadi tidak ada seorang pun yang mengingat hari ulang tahunnya.
Dira yang lesu semakin lesu melihat dunia malah masih baik-baik saja padahal dia sedang runtuh. Dira juga kesal dengan teman sekelasnya, apa mereka sama sekali tidak ada yang ingat?
Dira melihat ke samping, ada Pipit yang sedang menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan--seperti biasanya--hendak tertidur pulas. Dira menyenggol lengan gadis berambut pendek itu. "Eyy. Ini tanggal berapa?"
Pipit yang masih mengantuk menjawab dengan cepat. "Gak tau." Gadis itu melanjutkan tidurnya sambil membuang wajah membuat Dira menghela napas. Tak lama bu Guru datang dan pelajaran pun dimulai, Dira semakin merasa bosan dan kesal.
Di jam istirahat Dira hanya mengabiskan waktunya tidur di dalam kelas. Dira sebenarnya kesepian, lantas dia bergumam. "Dira-Dira ... dunia gak akan berubah dengan kamu yang berbeda."
Tiba-tiba saja Dira menjadi puitis.
***
Wajah Dira masih saja kusut seperti tadi pagi, kakinya sangat malas hanya untuk berjalan. Dira keluar kelasnya sambil berandai-andai memikirkan jika saja ada peri yang datang lalu membantunya untuk segera pulang ke rumah--pasti Dira sedang bermimpi kala itu.
Dira tidak tahu sekarang tujuannya apa dan bagaimana. Dira melihat sekitar yang masih begitu ramai, dia jadi bingung harus pulang naik apa? Dan, Dira memilih untuk duduk di kursi tunggu. Menyenderkan kepala ke tembok lalu mulai menejamkan matanya perlahan.
Seorang anak laki-laki yang bersimbol sekolah SMP Raya itu tersenyum melihat Dira ada di sana, dia mengeluarkan kotak berisi brownies dari tasnya. Lalu menancapkan lilin di brownies rasa coklat itu--rasa kesukaan Dira. Banyak yang memperhatikan anak laki-laki itu berjalan ke arah Dira, tapi Dira belum menyadarinya.
"Dira," panggil Reza duduk di sebelah gadis itu. Sontak Dira menggeser tubuhnya beberapa senti, terkejut dengan kehadiran Reza di sini.
"Eh, lo kok di sini? Kok bisa?" tanya Dira bingung, terlebih ada brownies berwarna coklat yang sedang Reza pegang, ada lilinnya juga. Mata Dira membulat. "Lo inget ultah gue, Za?" kaget Dira.
Reza yang sedang merogoh sakunya mengangguk. "Bukannya lo yang kemarin itu teriak-teriak ngasi tau ultah lo, ya?" sindir Reza menyalakan lilin.
Dira menutup mulutnya tak percaya. Senyum gadis itu mengembang lebar, mana bisa Dira murung lagi. "Lo baik banget, Za," ucap Dira terharu dengan tindakan hangat Reza. Dira tidak membayangkan mendapatkan hal sebaik ini di hari ulang tahunnya. Ini sungguh kebahagian yang patut Dira syukuri.
"Udah, lo tiup dulu ini," sentak Reza membuat Dira buru-buru meniup lilin di brownies yang Reza pegang. "Oiya. Maap ya, Dir. Cuman bisa kasi ini ke lo, soalnya gue juga gak punya uang, hehe."
Dira mengangguk mengerti. "Lo udah gini aja gue seneng ampe rasanya lupa daratan, Za." Dira tersenyum senang mencuil selai coklat yang terlihat menggoda itu lalu mengoleskannya ke wajah Reza. "Makasih Rezaa. Uhh makin cinta deh."
Reza memaksakan senyumnya sambil mengapus selai coklat di pipinya. "Ni anak suka banget ngomong cinta-cinta," kesal Reza. Dari pertemuan mereka yang terakhir, Dira selalu mengucapkan 'cinta' pada Reza. "Emang bocil kaya lo, tau cinta itu apa?"
Dira menggeleng polos. "Enggak, Za." Dira menggenggam tangan Reza-menariknya pergi ke kantin--Reza tersenyum melihat Dira yang peka terhadapnya yang risih ditatap banyak orang. Jujur saja, mereka menjadi tontonan orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA-GARA GLOW UP
Teen FictionDira mungkin saja tidak akan pernah merasa terasingkan jika wajahnya putih bersih dan licin. Lihat teman-temannya itu, sudah cantik, pintar, kaya, baik pula. Lalu, Dira itu apa? Baiklah, ia sangat muak berada di sekeliling manusia-manusia sempurna...