1.7 Tercium harum berbeda

88 8 2
                                    

2021

Tahun sudah silih berganti, waktu terus berjalan mengitari seluruh kehidupan. Dira saat ini sedang menunggu jadwal pembagian jam ujiannya. Ya, tidak terasa sudah hampir ujian saja. Waktu memang cepat berlalu.

Karna covid masih terus menyerang dunia, juga negrinya. Ujian pun dilaksanakan terjadwal. Dira harus semakin ambis, karna teman-temannya sepertinya mengincar juara umum.

Juara umum. Mendapat penghargaan itu adalah hal yang paling terbaik, sebab apa? Sebab dari satu angkatan, juara umum adalah seseorang yang memiliki nilai paling banyak. Dira tidak terlalu mengincar itu, tapi membayangkan wajah bundanya yang berseri-seri saat ia pulang membawa piala adalah hal yang Dira suka. Mau tidak mau, demi Bundanya Dira harus tetap berjuang.

Dira mendapat sesi pertama di hari senin, rabu, dan sabtu. Lalu minggu depannya Dira mendapat sesi kedua, di hari selasa, kamis, dan jum'at. Minggu kemarin mereka baru saja ulangan harian, lalu ini ujian tengah semester, lanjut ujian semester,  ujian kenaikan kelas dan ujian sekolah. Dira tidak tahu untuk UN sepertinya ditiadakan karna covid.

Dira sudah banyak belajar tadi malam, dan malam ini ia harus belajar lagi. Ditemani dengan suara Kak Alfri yang berdongeng di sebrang. Lelaki itu merengek, katanya ia rindu mendengar suara Dira.

"Mending Dira yang nyanyi kak," sahut Dira di sela-sela menulisnya. Kak alfri berdecak kesal di sana.

"Udah, Rara belajar aja sana."

Dira mengangguk saja, menurut dengan lelaki ini. "Oiya kak, kabar ibu kakak gimana?"

"Dih, ngapain nanya ibu kakak?"

Melihat respon lelaki itu membuat Dira berdecak. "Ish, Dira kan cuman nanya."

"Gak tau," jawab Kak Alfri tampak tidak peduli.

"Kak," tegur Dira.

Kak Alfri terkekeh. "Sayang dulu."

"Heh! Tobat kak!"

"Yaudah gak usah."

"Yaudah." Dira melanjutkan kegiatan menulisnya. Mereka jadi diam.

"..."

"..."

"Yaudah iyaaa..." lalu seperti biasa Dira akan mengalah.

"Apa?"

"Sayang banyak-banyak," ucap Dira memelankan suaranya.

"Iya, sayang iya..."

Dira mengelus dada. "Parah emang ni anak."

"Ha? Apa Ra?"

"Enggak kak."

"Ishh. Tu kan!"

"Inii" Dira menunjuk soal yang menurutnya susah. "Dira ngerjain soal yang susah."

"Oalah."

"Nyanyi lagi deh. Tapi yang merdu. Dira mau fokus dulu ini."

"Siap bocil kesayangan kakak!"

"He'em..."

Kak Alfri mulai bernyanyi. Lelaki itu menyanyikan lagu berjudul putus atau terus. Bisa dibilang suara kak Alfri lumayan enak, Dira juga untung. Ia tidak perlu mengdownload lagu karna sudah ada radio putar di sini. Lagi pula Dira suka ditemani, artinya ia tidak sendiri. Kemarin-kemarin saat ia belajar rasanya begitu sunyi, tapi sekarang ada suara Kak Alfri yang mengisi malam Dira.

Dira membuka buku paket MTK yang ia pinjam di perpus tadi pagi. Melihat materi-materi di buku itu membuat Dira mendesah pelan, kepalanya mendenyut. Dira tidak terlalu bisa MTK. Jujur, mapel MTK di kelas delapan mudah ia kuasai, tapi ketika di kelas sembilan ... rasanya Dira ingin pingsan untuk kedua kalinya.

GARA-GARA GLOW UP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang