1.0 Dira dan usahanya

86 8 1
                                    

Dira bangun lebih pagi hari ini. Ia melakukan sedikit olahraga kecil, lalu mencuci wajahnya, membersihkan tempat tidur dan melakukan pekerjaan rumah.

Bu Tika menyarankan untuk mengembalikan mood, Dira bisa bercanda gurau di depan kaca, atau pergi merendahkan diri pada Sang pencipta. Semua Dira lakukan. Sehabis sholat Dira benar-benar merasa tenang.

Bundanya yang belum pernah melihat ia seperti ini tersenyum di balik pintu. Dira kembali bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Untuk sarapan. Dira hanya memakan buah di atas meja, sepotong roti dan segelas susu. Jika beberapa hari ini Dira melewatkan pamitnya, maka hari ini Dira menyalami Bundanya, tak lupa memberi kecupan singkat di pipi Bunda.

Dira berlari senang masuk ke mobil. Ia menyapa pak supir dan keluarganya. Senyum lebar Dira sama sekali belum luntur.

***

Sampai di kelas Dira langsung membuka bukunya dan belajar sebentar. Dia bahkan belum berinteraksi dengan teman-temannya. Dira tidak berharap lebih, ia hanya ingin belajar dengan tenang.

Dira mengangkat tangannya. "Jawabannya seribu empat ratus dua tiga, buk," jawab Dira untuk soal di papan tulis.

Bu guru tersenyum lembut menatap Dira. "Oke, bagus, Dira."

Dira kembali bersemangat, ia mengangkat tangannya lagi ketika bu guru bertanya. "Jawabannya enam, bu." Sebuah keberuntungan, Dira benar.

Mereka kembali berbisik-bisik melihat Dira yang bisa-bisanya masih baik-baik saja setelah kejadian kemarin, mereka menyangka ini semua hanyalah taktik Dira. Dira mendengar bisikan mereka, tapi ia hiraukan. Dira kembali mengingat kata-kata bu Tika kemarin.

"Dira kalau ngerasa risih dan sesak mendengar teman-teman ngomong yang gak enak. Tetap tenang, atur napas dan percaya kalau dunia masih baik-baik aja. Usahan kata-kata mereka jangan menembus hati Dira, ya."

***

Di jam istirahat Dira langsung berjalan ke perpus untuk mengambil beberapa buku. Setelah ia menemukan dua novel bagus, barulah ia ke kantin untuk memakan bekalnya yang sedari tadi ia pegang. Dira tidak membeli makanan cepat saji, ia hanya makan buah-buahan, kacang-kacangan, dan menu sehat lainnya. Dira merasakan kesepian di tengah keramaian ini sambil mengunyah buah pir miliknya.

***
Ini akhirnya. Dira dipanggil untuk menghadiri sidang dari masalahnya kemarin. Saat sidang berlangsung tangan Dira benar-benar tidak lepas dari genggaman bu Tika. Perempuan ini melindunginya dari comohan guru-guru.  Dira dapat melihat kekesalan perempuan ini dari wajahnya. Sepertinya bu Tika kesal karna Dira terus-terusan disalahkan oleh beberapa guru. Bahkan sebelum bu Tika menjelaskan keadaan Dira.

Sidang yang menegangkan itu akhirnya berakhir juga. Kepala sekolah memutuskan untuk menutup kasus ini dan membuat harus membuat Dira tidak semakin depresi. Dira begitu lega, ia berterima kasih pada bu Tika. Perempuan ini begitu banyak menolongnya. Dira suka jika dia disayang seperti ini, tidak dibenci seperti yang dulu-dulu.

Hangat rasanya jika ada punggung yang siap melindunginya kapan saja, tapi kadang yang Dira dapatkan hanya bayangan dingin dari punggung-punggung itu.

Meskipun begitu Dira harus tetap percaya, ada hal indah yang menantinya di esok hari. Gadis itu berjalan di trotoar, hari ini ia akan jalan kaki, agar mentalnya tetap aman. Dira harus bertekad menjadi cantik, waktu akan menjawabnya. Dira bisa glow up seperti teman-temannya, seperti mantannya, dan yang paling penting dia bisa diadili dan disayangi.

***

Dira hampir berhasil. Usahanya selama kurun waktu dua bulan ini sudah terlihat sedikit demi sedikit membuat tekad dan semangatnya semakin membara. Benar saja, kehidupan Dira menjadi lebih cerah dan lebih baik. Dira menjalani hidup sehat, berbaikan dengan orang-orang sekitarnya. Setiap dua minggu sekali, Dira pergi ke rumah bu Tika. Bundanya sudah tahu tentang bu Tika, tapi hanya sebatas tahu mengenai Dira bermain di sana karna menemukan teman.

Beberapa hari lagi menjelang ujian kenaikan kelas. Namun, belakangan ini Dira begitu sibuk dengan kulitnya, sampai-sampai ia lupa harus belajar. Nilai Dira memang tidak turun, tapi Bundanya menuntut Dira mendapatkan nilai tinggi. Katanya sih, Dira harus jadi Ara yang bisa dibanggakan.

Dira merasakan itu, perlahan banyak orang mengerubunginya, karna kata mereka ia memiliki aura positif yang manis. Banyak orang yang nyaman dengannya. Mereka sering menyapa Dira dan Dira sering berbasa-basi sebentar dengan mereka. Setidaknya ada hari di mana Dira dapat merasakan sayangnya banyak orang.

Walaupun kadang Dira selalu merasa sendirian. Ia kini duduk di balkon kamarnya, Bundanya akan pulang lama, padahal Dira rindu mendengar jeritan perempuan itu. Rumah Dira yang besar ini teramat sunyi, ia ingin kembali menjadi Dira yang asik. Namun, sekuat apapun Dira mencoba. Dira akan tetap gagal jika menyangkut mentalnya.

Lagu berjudul 'To the bone' mengalun indah sejak dua menit yang lalu. Lagu ini Dira putar berkali-kali, karna musiklah yang dapat membantunya tenang. Dira sadar sekarang, pola pikirnya masih begitu kekanak-kanakan. Dira juga sadar, ia tidak pintar-pintar amat.

Teman-teman memang ada untuk Dira, entah itu Reza dan Bejo. Tapi Dira belum merasa lengkap, hubungan Dira dengan Ara, Aca, dan Rindu masih canggung. Dira sudah beribu-ribu kali menyapa mereka, tapi yang dia dapatkan hanya sebuah hembusan napas dan palingan wajah.

Dira tidak yakin untuk bisa kembali seperti dulu lagi. Dia berjalan masuk, hampir lupa dengan ujiannya. Mau tidak mau Dira harus mati-matian belajar. Mau tidak mau Dira harus mati-matian glow up. Umurnya juga sebentar lagi menginjak tiga belas tahun. Berarti Dira harus menemukan skilnya di mana dan mengembangkannya.

Dira masih suka menonton anime berapa kali, sekarang juga siaran youtubenya berubah menjadi rumah podscats. Isi dari instagram dan facebooknya juga tentang seribu motivasi anak muda. Untuk whatsapp, kalian harus percaya notifikasi yang setia di handphone Dira hanya grup dan grup. Sesekali ada mengechet, itu pun dari Bejo yang menyapanya.

Dira sering mengahabiskan waktunya untuk handphonenya. Kadang untuk menjernihkan pikiran, Dira akan menonton drakor atau sekedar mengskroll ig. Dira tentu melakukan banyak cara agar tetap menjaga emosi dan moodnya, kuncinya memang di dua hal itu.

Dira juga tidak lupa selalu mengadu kepada sang pencipta, ia berbicara tentang masalahnya dengan tangan yang mengadah. Tak henti-henti Dira menjaga hatinya. Namun, akan ada pengacau bukan? Seperti Dafa yang tiba-tiba mengechetnya. Dira hampir sesak napas dibuat Dafa, belum lagi foto profil Dafa yang memunculkan wajah tampan lelaki itu.

Dira melompat ke kasur membalas chetan dari Dafa, melupakan buku belajarnya yang sudah terbuka, melupakan episode podscats baru yang selalu ia tunggu-tunggu, melupakan seribu masalah fisiknya dan kembali tenggelam di lautan cinta monyet.

*
*
Diketik : 1017

GARA-GARA GLOW UP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang