Pupil mata Dira melebar, jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Lidah Dira kelu untuk sekedar memberi sapaan kepada sosok yang teramat dia rindukan. Sosok yang Dira anggap sebagai keluarganya sendiri, yang Dira anggap sebagai teman sejatinya, dan Dira anggap sebagai cahaya di hidupnya. Sosok yang hilang tiba-tiba dan kini muncul secara tiba-tiba juga.
Dira tidak tau sejak kapan, air sudah membasahi air matanya, mengalirkan dan seakan mewakilkan perasaan campur aduk dalam relung hati Dira. Reza terlihat sangat berubah, semua terjadi begitu cepat, tubuhnya entah kenapa menjadi lebih tinggi dengan kulitnya yang menjadi kuning langsat, serta rahangnya yang menjadi tegas, tak lupa dengan bobot tubuh Reza yang kini bertambah lima atau mungkin sepuluh, Dira tidak bisa benar-benar mempercayai ini. Reza terlihat sangat tampan di mata Dira.
Reza tersenyum padanya, ia berjalan pelan mendekati Dira mengangkat tangannya untuk menghapus air mata gadis yang begitu ia sayangi. Reza dan segala hak istimewanya untuk Dira. Namun, tatapan Reza berubah menjadi tatapan penyesalan, tatapan yang begitu dalam, perasaan yang sama sekali Dira dan alam semesta tidak mengerti. "Maafin gue Dir." Suara Rezs terdengar begitu berat sekarang, suaranya terdengar serak. Apa Reza sedang sakit?
Dira menggeleng, memundurkan dirinya setelah kesadaran kembali memeluk Dira. ia dapat melihat tatapan Reza yang begitu dalam padanya, jauh di dalam sana Dira sungguh bertanya-tanya, ada apa dengan Reza? Dira ingin bertanya alasan Reza, Dira selalu penasaran, Dira selalu memikirkan Reza. Reza, Reza, Reza dan hanya Reza. Dira menunduk, tak sanggup menatap wajah lelaki di depannya yang hanya berjarak beberapa jengkal saja.
Dira juga tidak paham perasaan apa yang terasa sangat menyesakkan dadanya. Luka yang selama ini Dira berusaha untuk tutupi dan obati kini malah semakin memburuk, seakan sedang menggerogoti jiwa Dira. Jauh dari Dira berdiri sambil menunduk,
Pipit ada di sana. Dengan teriakan melingking, Pipit memanggil Dira. "DIRA!"Dira tersentak, ia melupakan Pipit yang menunggunya. Namun, saat Dira menghadap ke depan, Reza menghilang...
oh, Tuhan selamatkan gadis ini
Mata Dira membelak, ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya. Tangan Dira bergetar, oksigen terasa begitu pelit dihirup olehnya. Mata Dira memanas, entah perasaan apa yang semakin menusuk- nusuk ulu hatinya, apa perasaan itu sangat besar? Yang jelas, perasaan itu membuat Dira mengerang, menangis pilu, memanggil-manggil nama lelaki itu, mencari-cari dimana kira-kira Reza bersembunyi. Dira memukul-mukul dadanya berharap sesak itu hilang. Dira masih berharap Reza ada di depannya, Dia berharap Reza tersenyum manis padanya.
harapan itu membunuh manusia 100 kali lebih kuat dari pada obat terlarang.
"Rreza! Reza dimana?!" teriak Dira lagi. Dengan sigap, Pipit memeluk Dira menenangkan sahabatnya ini. Pipit tidak tau seberapa jauh Dira terluka di dalam sana, kehilangan apa yang sudah diderita Dira. Pipit mengelus elus punggung Dira, menenangkan gadis yang tengah meraung raung itu. Pipit menahan air matanya sekuat tenaga, tak sanggup mendengar suara tangis Dira. Pipit tau, siapapun yang mendengar Dira menangis sekarang pasti akan ikut merasakan pilu gadis ini.
"R-reza, Pit.." Dira menatap mata Pipit. "Tadi Re-za ada d-di si-ni. Dia ada di sini, Pit." Dira kembali menangis, menumpahkan rasa rindu, sesak, amarah, kesal, semuanya. Tuhan benar-benar menghukum Dira. Persetan dengan cantik yang Dira miliki, rasa sedih itu tetap memenjarakan Dira sedemikian rupa, membuat Dira kehilangan kesadarannya.
***
Detik-detik di jam dinding terus bergerak, acuh dengan Dira yang tenggelam dalam dukanya. Namun, meskipun begitu, Dira tetap hidup, Dira tetap bersinar seperti mimpinya. Semua orang menyayangi Dira, memberikan Dira kasih sayang seluas samudra. Dira tumbuh menjadi anak berhati lembut yang selalu ada untuk orang lain, tapi semenjak hari di mana ia bertemu dengan Reza dalam ilusinya. Dira memutuskan untuk berhenti berurusan dengan 'cinta'.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA-GARA GLOW UP
Teen FictionDira mungkin saja tidak akan pernah merasa terasingkan jika wajahnya putih bersih dan licin. Lihat teman-temannya itu, sudah cantik, pintar, kaya, baik pula. Lalu, Dira itu apa? Baiklah, ia sangat muak berada di sekeliling manusia-manusia sempurna...