Chapter 5

19 7 15
                                    

Happy reading :)

Awas banyak typo!

-
-
-

Seperti yang dikatakan Farrel kemarin, hari ini ada latihan basket. Saat ini Juna sedang berada di kamar mandi untuk mengganti bajunya. Tidak benar-benar mengganti, sih. Dia hanya melepas jas dan juga kemeja sekolahnya hingga menyisakan kaos abu-abu polos.

Selesai mengganti baju, Juna menuju wastafel lalu membasuh wajahnya.

"Jun? Lo nggak pulang?"

Juna menoleh ke belakang dan mendapati Rezvan yang baru saja keluar dari salah satu bilik kamar mandi.

"Gue mau latihan basket," jawab Juna datar.

"Sama, dong," ucap Rezvan. Namun, Juna hanya berdehem saja lalu keluar dari kamar mandi. Rezvan mengikutinya dari belakang.

"Eh, tadi gue lihat lo lihatin Alessa terus, kemarin juga. Ada apa?" tanya Rezvan.

"Bukan urusan lo," ketus Juna.

"Jawabnya biasa aja, dong," ucap Rezvan kesal. Juna diam tak menanggapi. Rezvan semakin kesal karena ucapannya tak ditanggapi oleh Juna.

Sesampainya di kelas, Juna segera meletakkan jas dan kemejanya ke dalam tas. Ia melirik sekilas ke kursi Alessa. Tasnya masih ada. Itu berarti Alessa belum pulang. Kemudian Juna pun segera keluar dari kelas.

Sedari tadi Rezvan mengamati gerak-gerik Juna. Ia heran pada Juna. Ganteng, sih. Tapi menurut Rezvan, Juna terlihat sombong.

Rezvan menggelengkan kepalanya kemudian keluar dari kelas untuk menuju ke lapangan basket. Ia berpapasan dengan Alessa dan teman-temannya—yang sepertinya baru dari kantin karena mereka membawa beberapa makanan ringan dan botol minuman—di koridor.

"Belum pulang?" tanya Rezvan yang entah ditujukan untuk siapa.

"Lo tanya ke siapa? Disini ada 4 orang," kata Maya.

"Ya siapa aja yang mau jawab," ucap Rezvan.

"Kita ada ekskul cheerleader. Jadi, pulangnya nanti," kata Alessa.

"Udah, ah. Kita mau ke kelas dulu," kata Alessa lalu kembali berjalan diikuti oleh ketiga temannya.

Sesampainya di kelas, Alessa dan teman-temannya segera mengganti sepatu pantofel mereka dengan sepatu sneakers.

"Eh, Les."

Alessa menoleh ke arah Dhifa saat temannya itu memanggilnya.

"Dari kemarin gue lihat, Juna lihatin lo terus. Lo ada urusan apa sama dia? Lo nggak ada utang 'kan, sama dia?"

"Ya kali. Kenal aja baru kemarin," kata Alessa.

"Terus ngapain Juna lihatin lo terus?"

"Mm... Mungkin dia terpesona dengan kecantikan gue," ujar Alessa seraya mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Dih, sok cantik lo," ucap Dhifa yang dibalas dengan kekehan oleh Alessa.

"Tapi bener lho, Les. Juna dari kemarin lihatin lo terus," kata Allen.

Alessa berhenti terkekeh. Kalau sudah Allen yang bicara, Alessa pasti percaya. Karena Allen jarang sekali berbohong padanya.

"Positive thinking aja. Mungkin Juna suka sama Alessa," kata Maya enteng setelah memasukkan sepatu pantofelnya ke dalam tas.

Alessa diam sejenak. Lalu menggeleng pelan. "Udah nggak usah dipikirin. Yuk, ke gedung serbaguna. Yang lain pasti udah nunggu," kata Alessa seraya menyandang tas punggungnya.

DownpourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang