Happy reading :)
Awas ada typo!
-
-
-Di hari Kamis pagi menjelang siang ini, cuaca cukup terik membuat siapapun tidak betah berada lama-lama di luar ruangan. Padahal ini masih jam setengah 10 pagi. Kantin pun sangat ramai oleh siswa-siswa yang ingin melepas lapar dan dahaga.
"Hah! Panas banget astaga," keluh Maya sesaat ia dan teman-temannya duduk dibangku kantin yang masih kosong.
"Iya, panas banget," sahut Alessa.
"Guys, gue gendutan, ya?" tanya Dhifa tiba-tiba, membuat ketiga temannya menatapnya sedikit bingung. Mereka saling berpandangan memberi isyarat satu sama lain agar menjawab pertanyaan Dhifa.
"Gue gendutan, 'kan?" tanya Dhifa lagi.
"Enggak!"
"Iya." Alessa dan Allen kompak menatap Maya tajam. Yang ditatap malah tidak peduli.
Dhifa menatap ketiga temannya bingung. "Iya atau enggak?"
"Enggak, kok. Lo nggak gendutan sama sekali. Iya 'kan, Len?" Alessa menatap Allen mengisyaratkan agar segera menjawab.
"Iya, Dhif. Lo nggak gendutan, kok," ucap Allen seraya tersenyum.
Maya menatap jengah kedua temannya itu. Harusnya mereka berkata jujur saja kalau Dhifa memang sedikit lebih gendut.
"Masa', sih? Kok kemeja gue udah sempit, ya? Padahal gue beli yang ukuran XL," kata Dhifa lagi.
"Eh, Rezvan! Alvin!" Dhifa berteriak memanggil Rezvan dan Alvin yang baru saja masuk ke dalam kantin. Yang dipanggil langsung menghampiri Dhifa.
"Kenapa, Dhif?" tanya Alvin.
"Gue gendutan, ya?" tanya Dhifa to the point. Rezvan mengamati Dhifa untuk bisa menilai apakah Dhifa lebih gendut atau tidak.
"Iya," jawab Alvin. Alessa dan Allen sontak melebarkan matanya. Padahal mereka tadi sudah memberi isyarat pada Alvin agar tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Iya, lo agak gendutan sedikit," kata Rezvan menyetujui ucapan Alvin. Alessa langsung menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Dhifa tampak murung setelah mendapat jawaban dari Alvin dan Rezvan. "Kenapa kalian bohong?"
"Nggak, kok. Gue emang merasa lo nggak gendutan," jawab Allen cepat.
"Emang kenapa kalau lo tambah gendut?" tanya Maya seraya memandang Dhifa yang cemberut.
"Kan hari minggu nanti gue ulang tahun. Gue mau buat pesta sweet seventeen. Dan gue udah beli gaun dari bulan lalu. Kalau sekarang gue tambah gendut, gaunnya nggak muat, dong," jelas Dhifa.
"Ya udah, diet aja sana," kata Alvin.
"Ulang tahun gue udah tinggal 3 hari lagi, kok. Mana bisa gue kecilin badan dalam waktu sesingkat itu," sahut Dhifa galak. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi. "Gimana, dong?"
"Beli lagi aja, udah," ucap Rezvan seraya mendudukkan diri disamping Allen. Disusul Alvin yang duduk disamping Maya karena hanya dua bangku itu yang tersisa.
"Hm... Ya udah deh, nanti gue beli lagi. Lagian gue juga nggak terlalu suka sama model gaunnya," kata Dhifa pada akhirnya.
"Gitu kek dari tadi. Ribet amat," ucap Alessa seraya menopang dagunya di meja.
"Pestanya malem Senin?"
Dhifa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Allen. "Menurut kalian gimana? Salah nggak? 'Kan paginya sekolah. Takutnya malah nggak ada yang dateng," ujar Dhifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Downpour
Teen Fiction[ON GOING] ~Laksana Jentayu Menantikan Hujan~ Sebuah kisah perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan. Menyerah bukanlah kata yang tepat. Bahkan hujan selalu kembali walau telah jatuh berkali-kali, seolah tidak peduli berapa banyak sakit yang d...