Hai!
Happy reading😊
Awas banyak typo!
-
-
-Hari Senin adalah hari yang paling tidak disukai oleh kebanyakan orang. Namun, tidak dengan Alessa. Menurutnya, hari Senin itu hari yang paling singkat dari hari-hari yang lain. Pelajaran di hari Senin juga tidak terlalu banyak dan menyenangkan. Meski begitu, Alessa tetap lebih suka kalau tidak ada pelajaran seperti saat ini.
Setelah istirahat pertama, seluruh guru dan karyawan sekolah diharuskan mengikuti rapat. Entah rapat apa, yang penting selama 3 jam ke depan tidak ada pelajaran alias jam kosong.
"Bang Jefri udah balik ke Depok, Dhif?" tanya Maya pada Dhifa seraya memakan snack yang tadi ia beli di kantin.
Fyi, Jefri Arganta Putra itu kakak Dhifa yang seumuran dengan Reza, kakak Rezvan. Jefri saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Selain pintar, Jefri juga ramah, sopan, dan yang paling penting adalah dia tampan. Maka dari itu Maya sangat mengagumi kakak dari temannya itu.
"Harusnya udah. Kemarin katanya dia mau balik jam 8 pagi," jawab Dhifa.
Maya mengerucutkan bibirnya. "Padahal gue nanti niatnya pulang sekolah mau ke rumah lo buat ketemu Bang Jefri," kata Maya.
Alessa menoleh menatap Maya kemudian menelan snack yang ia kunyah tadi sebelum berbicara. "Nggak usah terlalu berharap sama yang nggak pasti. Mending lo deketin yang udah pasti aja," ujar Alessa.
"Yang udah pasti? Siapa?" tanya Maya tidak mengerti.
"Alvin," sahut Allen.
Maya langsung menekuk wajahnya dan memakan snack-nya dengan kesal. Hal itu pun mengundang tawa Dhifa dan Alessa.
"Eh, btw. Udah lama nih, kita nggak jalan-jalan berempat. Kapan-kapan jalan, yuk?" ajak Dhifa.
"Boleh-boleh. Mau kapan?" tanya Allen.
"Gue sih, kapan aja bisa," kata Alessa.
"Dua-in," ucap Maya.
"Sabtu aja gimana?" usul Dhifa.
"Ya udah, Sabtu ya?" tanya Allen yang mendapat jawaban berupa anggukan kepala oleh ketiga temannya.
"Eh, eh, lihat. Si Rachel ikutan audisi lagi, nih. Pantes aja hari ini dia nggak masuk," ucap Maya seraya memperlihatkan layar ponselnya yang sedang membuka aplikasi Instagram dan tak sengaja muncul postingan milik Rachel.
"Udah ke berapa kalinya nih, dia ikut begituan?" tanya Dhifa.
"Mana gue tahu. Lo pikir gue emaknya," sahut Maya.
"Kira-kira kali ini dia bakal lolos apa nggak, ya?"
***
Brak!
Rachel membanting pintu kamarnya. Gadis itu melempar tasnya ke sembarang arah. Kemudian ia menjatuhkan dirinya di atas kasur dengan posisi tengkurap.
"Hiks."
Rachel menangis.
Lagi. Rachel tidak lolos dalam audisi modeling yang ia ikuti. Entah sudah berapa audisi yang ia ikuti dalam beberapa tahun terakhir dan dia tak pernah lolos.
"Mama udah suruh kamu diet berkali-kali, Rachel. Tapi kamu selalu bilang kalau berat badan kamu udah ideal. Lihat sekarang. Kamu nggak lolos audisi karena kelebihan berat badan."
WindaㅡIbunya Rachelㅡmasuk ke dalam kamar sembari memarahi putrinya itu.
"Nanti Mama harus bilang apa sama temen-temen Mama? Padahal Mama udah bilang sama mereka kalau kamu akan lolos kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Downpour
Teen Fiction[ON GOING] ~Laksana Jentayu Menantikan Hujan~ Sebuah kisah perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan. Menyerah bukanlah kata yang tepat. Bahkan hujan selalu kembali walau telah jatuh berkali-kali, seolah tidak peduli berapa banyak sakit yang d...