Happy reading!
Awas banyak typo!
-
-
-Sudah hampir satu bulan sejak kepindahan Rezvan dan keluarganya ke samping rumah Alessa. Alessa dan Rezvan juga semakin dekat. Walapun masih selalu bertengkar. Tapi mereka tetap berteman, kok.
Pagi di awal bulan November ini tidak secerah biasanya. Hujan turun sejak subuh tadi dan belum reda sampai sekarang. Padahal matahari sudah bersinar walau tertutup awan.
Alessa masih betah duduk di ruang makan dengan Bubu, kucingnya, yang berada dipangkuannya sambil menyesap coklat panas yang dibuatkan oleh Bi Risa. Padahal 10 menit lagi bel masuk sudah berbunyi. Tapi Alessa tidak peduli. Biasanya jika hujan seperti ini ada toleransi untuk siswa yang terlambat.
"Non, kok belum berangkat?" tanya Mbak Rumi yang sepertinya baru saja dari belakang rumah.
Alessa meletakkan cangkir berisi coklat panas itu ke atas meja. "Sebentar lagi aja. Masih dingin," jawab Alessa.
"Pakai jaket atuh, Non," ucap Mbak Rumi.
"Iya-ya. Mm... Bentar deh, biar abis dulu coklatnya," kata Alessa. Mbak Rumi menggelengkan kepalanya melihat tingkah majikannya itu.
Setelah menghabiskan coklat panasnya, Alessa kembali ke kamar untuk mengambil jaketnya serta memindahkan Bubu ke tempat tidurnya. Dilepasnya jas sekolahnya lalu ia mengenakan jaket parka berwarna pink yang baru saja ia ambil dari dalam lemari. Kemudian ia melipat jasnya lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Bi, Mbak! Eca berangkat dulu, ya! Bubu jangan lupa dikasih makan sama susu! Assalamualaikum," pamit Alessa.
Alessa mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah. Ia benar-benar tidak menyukai hujan. Meskipun hanya gerimis saja, tapi tetap saja Alessa tidak suka.
Alessa sampai di sekolah tepat saat bel masuk berbunyi. Alessa masih berdiam diri di dalam mobil. Ia lupa membawa payung. Sedangkan jarak parkiran dengan kelasnya cukup jauh. Jika ia nekat menerobos hujan, yang ada dia akan basah. Gerimis juga bisa membuat basah, 'kan?
Sebenarnya ada jalan lain untuk sampai di kelasnya. Tapi jika lewat sana, Alessa harus melewati deretan kelas 10 juga ruang guru dan perpustakaan.
Dengan sangat terpaksa, akhirnya Alessa keluar dari mobil dan berlari kecil menuju ke depan kelas X IPS 3 yang paling dekat dengan parkiran. Karena buru-buru, Alessa lupa kalau jalan dekat X IPS 3 itu lumayan licin.
"Akh!"
Jantung Alessa berdegub kencang karena hampir saja jatuh ke kubangan air karena terpeleset kalau tidak ada yang menangkapnya.
Alessa mendongak untuk melihat orang yang sudah menyelamatkannya. Setelah tahu siapa orangnya, Alessa buru-buru memperbaiki posisinya yang miring kebelakang dan bersandar di dada orang itu.
"Ekhm," Alessa berdehem untuk menetralkan degub jantungnya. "M-makasih ya, Jun," ucap Alessa.
Juna — orang yang menolong Alessa — hanya tersenyum sekilas kemudian kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Alessa mengikuti Juna dari belakang. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya agar hangat.
Entah apa motivasi Alessa mengikuti Juna hingga ia lupa akan tujuannya yang hendak lewat depan ruang guru.
"Lo ngapain ngikutin gue?"
Alessa terkejut karena tiba-tiba Juna berbalik dan menatapnya dengan tatapan dingin.
"S-siapa yang ngikutin lo? Gue mau ke kelas, kok. Kelas kita, 'kan sama," kilah Alessa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Downpour
Teen Fiction[ON GOING] ~Laksana Jentayu Menantikan Hujan~ Sebuah kisah perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan. Menyerah bukanlah kata yang tepat. Bahkan hujan selalu kembali walau telah jatuh berkali-kali, seolah tidak peduli berapa banyak sakit yang d...