Suara gemuruh dari guntur memecah keheningan malam daerah Yogyakarta. Hujan deras di sertai angin kencang mengetuk jendela kamar seorang perempuan cantik jelita yang sedang tertidur.
Hanum namanya. Perempuan berkulit kuning langsat itu menyipitkan mata saat suara guntur terdengar begitu keras di telinganya. Kilatan cahaya menembus kamar Hanum, menampakkan lima sosok yang menatapnya dengan senyuman.
"Loka," panggil Hanum dengan suara serak khas bangun tidur.
Loka mendekati Hanum dengan keempat langkah pelan kakinya. Perempuan cantik itu menepuk sisi kasurnya yang kosong mempersilahkan Loka menaiki kasurnya.
Hanum menatap keempat sosok yang kini berlutut di lantai, "Kalian silahkan beristirahat, saya baik-baik saja."
Mereka berempat mengangkat wajah mereka dan tersenyum menatap Hanum, "Baik, Ndoro."
Hanum merebahkan dirinya di perut Loka yang berbulu. Dia menatap wajah itu dan memainkan kumisnya sambil tersenyum. Sesekali Loka menggeliat saat jemari Hanum mengenai telinganya. Hal ini kerap di lakukan Hanum saat ia terbangun karena kaget. Biasanya, ia akan bersifat manja kepada Loka atau ibu suri.
Loka jengkel, ia menggeram saat jemari pemiliknya tak berhenti mengelus area leher. Bukan merasa takut, Hanum justru terkekeh pelan kemudian memilih memejamkan matanya guna menghindari tatapan permusuhan dari Loka.
√√√√√
"Pagi Hanum," sapa seorang lelaki seumurannya.
Hanum hanya melirik lelaki itu dan memilih melanjutkan langkahnya ke kelas tanpa menyapa balik. Lelaki itu terlihat mengepalkan kedua tangan dengan wajah datarnya.
"Cucunya ibu suri datang woi,"
"Cabuuttt,"
"Gasss!!!"
Kelas yang tadinya ramai dan penuh pun seketika damai dan lenggang. Makhluk tak kasat mata langsung menyingkir saat perempuan berseragam putih abu-abu datang. Mereka takut kepada sosok yang menjaga Hanum. Aura ibu suri begitu kuat melekat dalam pola pikir Hanum, sehingga menjadikannya perempuan yang berpikiran dewasa.
Belum lagi sosok Lokapala yang selalu ada dua puluh empat jam di sisi Hanum. Lokapala adalah sosok harimau putih berloreng emas dengan aura warna-warni yang menyilaukan mata. Beliau adalah seorang Pangeran penerus takhta kerajaan Mataram Kuno.
Karena sebuah kesalahan, Lokapala harus menerima hukuman menjadi khodam selama batas waktu yang tidak bisa di tentukan. Beratus-ratus tahun mengabdi tidak juga ia bisa kembali ke masanya. Tidak semudah itu menebus kesalahan.
"Kenapa Ndoro tidak menyapa balik lelaki tadi?" tanya Loka.
Hanum tidak menjawab pertanyaan Loka, ia hanya berdecak kesal. Tidak mungkin juga kan Hanum menjawab, ia bisa di anggap sinting oleh teman-temannya.
"Tidak baik seperti itu, tidak elok," tutur Loka lagi.
Hanum melotot ke arah Loka yang berada di hadapannya tepat di depan pintu kelas. Posisi duduk Hanum saat ini berada di ujung kiri paling depan dekat dengan pintu kelas. Jadi, perempuan itu bisa melihat teman-temannya menembus Loka dengan mudah.
Tidak. Tidak semua teman-teman Hanum menembus Loka. Ada beberapa yang melipir karena mereka juga bisa merasakan aura tak kasat mata. Tapi, satu orang yang menyita perhatian Hanum yaitu seorang siswa berkaca mata yang menghentikkan langkahnya tepat di hadapan Loka.
Hanum juga melihat siswa itu tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuhnya seperti orang yang sedang memberi hormat. Tentu saja Hanum terperangah melihat pemandangan itu.
Siswa itu adalah murid baru, Lingga namanya.
"Lingga, kamu duduk di sebelah Hanum ya," ucap Pak Madi—guru Matematika.
Hanum akui siswa baru bernama Lingga itu memiliki senyum yang memikat. Apalagi dengan dimples di kedua pipinya. Belum lagi tubuhnya yang jangkung dan sedikit berisi.
"Jangan tertipu, Ndoro," bisik ibu suri.
Hanum mengangguk samar. Jelas murid baru bernama Lingga itu bisa melihat khodam miliknya. Kedua mata Hanum mengekori pergerakan Lingga. Mulai dari; bagaimana lelaki itu tersenyum, menyapa, menggeser kursi, menaruh tas ranselnya, dan duduk dengan rapi di sisi Hanum.
Kobaran api berwarna merah yang menyala terlihat di kedua tangan Lingga. Juga, kedua bola mata Lingga berkilat merah saat menatap Hanum.
Khodamnya jahat, batin Hanum.
Perempuan di sisi Lingga berdehem pelan, dirinya tak nyaman dengan aura milik Lingga yang membuat perutnya mual. Keringat dingin membasahi kening dan telapak tangan perempuan itu.
Sadar akan gelagat Hanum yang tak nyaman, Lingga pun bertanya pelan, "Kamu indigo ya?"
Hanum menoleh, matanya bertatapan dengan mata milik Lingga. Tetapi bukan itu fokus Hanum, melainkan sosok di belakang Lingga yang menatapnya tajam. Sosok pria dewasa dengan blankon di kepalanya pun dengan wajah yang di penuhi darah. Demi dunia perkhodaman! Dapat di mana Lingga jin seperti itu? Mengerikan.
Kepala Hanum serasa di hantam batu berukuran besar. Belum lagi saat khodam milik Lingga mendekati Hanum dengan wajah yang mengerikan serta bau menyengat membuatnya harus menutup mulut dan hidung secara bersamaan. Hanum tidak tahan. Hal yang terakhir Hanum lihat adalah mimik khawatir ibu suri dan Loka yang menerjang khodam milik Lingga.
Percayalah, di dunia yang besar ini tidak hanya ada manusia di dalamnya. Hewan, tumbuhan, jin, iblis, serta beberapa makhluk lainnya memenuhi semesta yang indah ini. Salah satunya adalah khodam.
Kalian tau apa itu khodam? Khodam adalah penjaga yang di datangkan dari dunia ghaib untuk manusia. Biasanya khodam itu berasal dari benda pusaka, ilmu kebatinan atau di panggil untuk urusan tertentu.
Khodam juga biasanya berasal dari kakek-nenek terdahulu yang sudah meninggal untuk menjaga anak, cucu, atau keluarga. Kebanyakan orang juga tidak sadar bahwa mereka memiliki khodam.
Hanum sendiri baru mengetahui hal itu saat ia berusia 14 tahun. Kepekaan terhadap makhluk halus, membuat perempuan itu harus menahan diri untuk tidak mengumpat saat para makhluk tiba-tiba muncul di hadapannya.
Kaget? Ya pastilah. Kalian bayangkan saja sendiri, sedang asyik bersantai di dalam kamar lalu tiba-tiba mereka muncul di sebelah kalian? Menggantikan posisi guling, apes banget 'kan?
Belum lagi kalau kalian di jalan malam-malam, mereka dengan senang hati menemani perjalanan kalian. Menumpang di jok motor atau mobil yang kosong misalnya. Kadang juga mereka dengan mudahnya bergelayut di punggung, apa mereka pikir mereka itu ringan? Apes lagi 'kan?
"Hanum?" panggil Ben.
Suara husky milik Ben menyapa Hanum yang sedang memijit pelipisnya pelan. Perempuan itu berada di UKS sekarang. Hanum pingsan selama 20 menit. Di sisi Hanum hanya ada Leon, lelaki yang tadi pagi menyapa Hanum di koridor sekolah.
Ben menempelkan punggung tangannya di kening Hanum kemudian menyibak pelan helai rambut Hanum yang menutupi kening. Kini, Ben memijit telapak tangan teman dekatnyadengan lembut membuat Leon iri dengan hubungan mereka.
"Hanum?" panggil Leon.
Hanum tidak menjawab, ia hanya melirik sekilas dan menatap tangan Ben yang dengan lihai menekan-nekan telapak tangannya.
Ben yang merasa di perhatikan pun mendongak menatap Hanum, "Kenapa?" tanya Ben yang di balas dengan gelengan kepala oleh Hanum.
"Giliran Ben aja yang ngomong di jawab, lah aku dari pagi di cuekin," gerutu Leon.
Hanum menyipitkan mata ke arah Leon, "Nyadar, kamu tuh siapa?" sengit Hanum.
Ben menatap ke arah Hanum dan Leon secara bergantian. Senyum tipis terukir di bibir Ben, "Ngomel sama siapa, Num?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KHODAM (NOVEL TERBIT)
Historical FictionBlurb: "Resi, saya merindukannya," keluh Lokapala. Resi Wardha menatap sang pangeran yang tertunduk lesu. Mata Lokapala menatap air danau yang melukiskan indahnya malam ini. Di kepala sang pangeran hanya terisi tentang Hanum, Hanum, dan Hanum. "H...