[6] Adiknya Renjun

10.2K 1.2K 90
                                    

Vote, Comment, Share

Typo : Anugerah

Happy Reading

✧༺♥༻✧

Yuta pulang ke rumah di malam harinya. Tubuhnya terasa lelah sekali, nyaris seperti remuk. Ini rutinitas terpadatnya.
Semenjak tinggal di Cina kemarin ia hanya perlu mengontrol lewat ipad sesekali.

Yuta segera membersihkan diri, senyumnya terbit saat melihat dua malaikatnya berpelukan nyaman dengan mata terpejam. Yuta duduk di tepi Ranjang dan mengusap kepala Winwin lembut. Ia sedikit merasa bersalah karena meninggalkan Winwin saat kesayangannya terkena jetlag.

Mata Yuta menangkap dokumen rumah sakit di atas meja kecil. Keningnya bertaut. Apa Winwin kedokter? Tanpa memberitahu nya?

Yuta menghela nafas. Winwinnya ini selalu seperti ini, pergi sendiri karena khawatir akan merepotkan nya.

Yuta membukanya, membaca baris demi baris kalimat yang ada di dalam.
Yuta mengerjap beberapa kali. "Tidak mungkin.." Katanya kemudian.

Kembali membaca dari awal.

Yuta tertawa pelan. Menepuk pipinya keras, yang mana rasa panas dan perih bisa langsung ia rasakan.

"Yuta hyung? Sudah pulang?" Winwin membuka mata perlahan, lalu bangkit.

"Eoh? Oh? Hah? Ohh.. Iya.." Balas Yuta kaku.

Mata Winwin menyipit. Ada apa dengan suaminya ini?
"Sudah makan?" Tanya Winwin lagi.

Yuta mengangguk, lalu membenarkan duduknya. "Sayang.." Panggil Yuta serius.

Winwin mengerjap. "Ya?"

"Sepertinya aku terlalu lelah.." Keluh Yuta.

"Hari ini kau kena jetlag. Tidak mungkin pergi ke dokter, kan?" Lanjut Yuta.

Sekarang, Winwin mengerti. Winwin tertawa pelan. "Aku kedokter, sayang.. Untuk mengambil foto dia.." Winwin mengambil dokumen di tangan Yuta lalu menyerahkan foto hasil USG.

Yuta mengerjap, masih tidak mengerti. Memangnya apa isi fotonya? Hanya gambar hitam putih yang tidak Yuta pahami. Oh, Ayolah.. Yuta lulusan Magister Bisnis bukan kedokteran.

Yuta masih serius menelaah isi foto. Winwin menyerah, sepertinya Suaminya memang bodoh. Winwin mengambil sebelah tangan Yuta lalu mengarahkan ke perutnya. Membuat Tangan besar Yuta mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit.

"Bilang Halo pada adiknya Renjun, Papa.." Bisik Winwin lembut.

"Usianya 13 minggu, sudah cukup besar. Aku terkejut karena tidak sadar.. Padahal sudah selama ini.."

Jantung Yuta berdegup kencang. Ini.. Benar-benar nyata. Astaga.. Mata Yuta mememanas.
Yuta memeluk Winwin erat. "Terimakasih, Winwin.." Ucap Yuta lirih.

Winwin mengelus punggung Yuta lembut. Memejamkan matanya, menghirup aroma khas Yuta.

Terimakasih untuk segala Keajaiban.

✧༺♥༻✧

Paginya keributan muncul. Yuta dan putra menggemaskannya sibuk bertengkar tentang persoalan kamar.

"Injun sudah besar, jadi bobo sendiri ya? Nanti, Papa siapkan kamar yang cantik untuk Injun.." Bujuk Yuta.

"Ihh.. Papa juga sudah besar. Lebih besar Papa dari pada Injun! Injun pokoknya mau bobo sama Mama.." Seru Renjun sebal.

"Harusnya Papa ngalah.. Papa sudah besar jadi harus Bobo sendiri.." Renjun melotot masih bertahan dengan keinginannya.

"Lho? Papa kan suaminya Mama.. Jadi Papa harus tidur dengan Mama.." Kata Yuta kemudian.

Renjun mencebik. "Memangnya kalau Papa suami Mama tugasnya Bobo bareng?" Tanya Renjun sengit.

"Suami kan tugasnya cari uang.. Papa tugasnya menafkahi ke-luar-ga, bukan bobo bareng Mama" Lanjut Renjun seraya memeluk Mamanya erat.

Yuta tidak bisa berkata. Sementara, Winwin hanya bisa menahan tawa ketika mendapati Suaminya tidan bisa membalas perkataan calon Kakak itu.

"Injun tidak mau bobo sendiri?" Tanya Winwin lembut.

Renjun menggeleng kuat kuat.

"Lho? Injun kan Kakak.. Gak malu sama adik bobonya masih sama Mama?" Tanya Winwin lagi.

Renjun terdiam. "Emangnya Papa gak malu sama adik bayi?" Renjun balik bertanya.

Winwin tertawa lepas. "Jeno, Nana dan Echan juga tidur sendiri.. Injun masih tidak mau tidur sendiri?"

"Mereka bobo sendiri?"

Winwin mengangguk, "Jeno dan Jaemin bobo sendiri, soalnya mereka juga mau jadi Kakak yang hebat.."

"Echan juga bobo sendiri? Echan juga akan jadi Kakak?" Tanya Renjun lagi.

"Echan bobo sendiri, tapi belum menjadi kakak.. Echan bobo sendiri soalnya mau ikut jadi anak yang hebat.." jawab Winwin sabar.

Renjun tampak berpikir.

Yuta menghela nafas lega. Istrinya ini memang yang terbaik soal membujuk Renjun.

"Ok, injun mau bobo sendiri.." Kata Renjun akhirnya.

Winwin bertepuk tangan. "Injun hebat. Sebagai hadiah, Mama kasih kiss.." Winwin mengecup pipi dan kening Renjun lembut.

Renjun tertawa. "Kiss lagi.." Renjun menujuk pipinya.

"Kiss" Winwin mencium kedua pipi Renjun gemas.

"Sini, Papa mau kiss Injun juga.." Yuta mengangkat tubuh Renjun ke pangkuannya lalu mencium dan menggigit pipi Renjun gemas.

"Huaa.. Mamaa.. Papa makan pipi Injun.." Renjun merengek.

Winwin tertawa. "Tidak apa apa.. Pipi Injun masih ada kok.."

Renjun menyentuh kedua pipinya, lalu segera merangsek turun, berlari menuju Winwin. Memeluknya erat.
Matanya menatap Sang Papa galak. "Jangan dekat dekat.. Papa ambil pipi Injun. Injun marah.."

Yuta pura-pura terkejut. "Yah, bagaimana ini? Padahal Papa berniat akan mengajak Mama dan Injun belanja mainan.." Yuta tampak kecewa.

"Ya sudah, Yuk, Ma.. Kita berdua saja.. Papa dan Injun sedang marahan.." Yuta berdiri dengan lemas. Meraih kunci mobilnya.

Winwin tersenyum geli. Renjun tampak mengerjap beberapa kali.

"Injun tidak marah! Injun ikuttt!"

Yuta tersenyum lebar, segera meraih Renjun kedalam gendongan.
"Baiklah! Ayo beli banyak mainan!" Seru Yuta riang.

Renjun tertawa. "Mainan!"

✧༺♥༻✧

To be Continued

Family - a Simple StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang