WELCOME TO RANDOM CHAPTER
[04-1]Jangan lupa vote sama komennya
Typo : Anugerah
-[Huang : The Twin I]-
Happy Reading
***
4 tahun kemudian di tempat yang masih sama sejak terakhir Renjun meninggalkannya. Ada Lucas sedang mengunyah sepotong roti untuk sarapannya.
"Besok hari terakhir kita memutuskan kemana kita akan melanjutkan kuliah.." Hendery menuang susu kedalam gelas.
Lucas menggumam. "Kau masuk jurusan mana?" Tanya Lucas acuh.
Hendery terdiam sebentar. "Bisnis" jawab Hendery kelewat santai. "Karena aku masuk bisnis, masuklah jurusan hukum.. keluarga kita hanya butuh satu pewaris.." Hendery mengibaskan tangannya.
Lucas menatap Hendery tidak suka. "Biar aku saja.. Kau selalu bilang ingin menjadi aktor, kan?"
Hendery menatap Lucas bingung, "kapan aku mengatakannya? Tidak jelas sekali.. memangnya sejak kapan aku punya mimpi?" Hendery berdecak.
Lucas terdiam. Dia yang lebih tahu, Hendery sering terdiam lama menatap dengan mata penuh binar papan perekrutan, atau kartu nama perusahaan. Namun semuanya selalu berakhir di tempat sampah.
"Berhenti berbohong Hendery.." kata Lucas pelan.
Hendery tertawa. "Tumben kau serius.. Aku benar tidak punya cita-cita atau mimpi.. kau yang sering berkoar tentang jaksa, pengacara, hakim entah apa itu. Lagi pula jadi penerus tidak buruk.. aku punya banyak uang.."
Lucas masih terdiam di tempatnya. Banyak yang ia pikirkan. Tentang kenapa mereka tidak bisa mengepakkan sayapnya. Tentang mereka yang harus tetap diam dalam sangkar dengan segala peraturan.
Hendery tersenyum tipis. "Lakukan.. Aku akan marah besar jika kau tidak memilih pilihanmu.." Hendery menepuk pundak Lucas lalu pergi keluar entah kemana.
Lucas menghela nafas, akhirnya memiliki kembali ke kamarnya. Badannya ia dudukkan di kasur, menatap lamat lamat kasur di milik Hendery
Hendery terkesan banyak tertawa tapi menyimpan banyak hal, terkesan acuh tapi dia sudah mengorbankan banyak hal. Membiarkan Lucas bermain-main juga menemaninya setelah selesai, Lucas pergi beristirahat Hendery justru berkutat dengan bukunya.
Meski tidak lama karena tidak jarang justru Hendery malah terdiam lama, menatap kosong luar jendela atau televisi yang menyala.
Lucas membuka laman universitas impiannya. Haruskah ia masuk?
***
Hendery bergerak menuju gudang, duduk di atas kasur tipis dengan satu selimut tipis di atasnya. Hendery duduk meluruskan kakinya. Disini tempat Renjun di hukum, Renjun tidak pernah mengatakan apapun selain menangis saat Ayahnya tiba.
Mereka hanya tertawa jika Mama, Lucas dan Hendery tanpa Ayah mereka, dan kesempatan itu hanya ada hitungan jari.
Hendery tersenyum tipis. "Bocah itu sudah bahagia, kan?" Bisik Hendery entah pada siapa.
Kali ini yang harus ia pastikan adalah Lucas. Kembarannya itu juga harus merasakan kebebasan.
Tangannya merogoh saku, kartu nama perusahaan. Hendery meremasnya lalu membuangnya asal. Ini sudah kesekian kali ia mendapatkannya. Hendery menghela nafas, kira-kira apa yang akan membuat Ayah mereka berubah? Apa yang akan membuat Ibu mereka berhenti mementingkan Pekerjaannya?
"Baiklah.." Hendery tersenyum lebar, mengeluarkan laptopnya. Ia harus menyelesaikan dengan cepat.
***
"Yo Lucas!!" Seru Hendery riang.
"Lihat!!" Hendery menyodorkan map. Lucas menatap Hendery curiga. "Kali ini apa?"
Hendery berdecak. "Kali ini aku tidak akan mengecewakan. Kau akan menyukainya.." Hendery tersenyum bangga.
Lucas menghela nafas, membuka map dengan cepat.
"Kita akan kuliah di Korea!! Hahaha.. besok kita berangkat.. Papa mengizinkan.." seru Hendery heboh.Lucas melotot, menatap Hendery tak percaya. Hendery tertawa. Menunjukkan 2 tiket pesawat.
"Astaga!! Yo, My Twinn!!" Lucas memeluk Hendery.
"Bagaimana bisa?" Tanya Lucas tak percaya.
Hendery tersenyum miring, "tentu saja bisa.. Aku sudah bilang kita akan bebas setelah lulus SMA.. Aku laki laki jantan yang tidak pernah mengingkari apa yang aku ucapkan.." ujar Hendery sombong.
Lucas tertawa. Kali ini tidak ambil pusing.
"Apa yang kau tawarkan pada si Pak Tua?"
"Tidak ada.. Aku hanya mencoba menggunakan otak jenius milikku.." Hendery mengangkat bahunya.
Lucas tertawa, kembali menatap Map lalu yang terjadi kemudian mereka berpelukan heboh. Setidaknya mereka bisa bernafas lebih banyak ketika ada di sana. Setidaknya mereka akan terbang bebas hingga tak ada lagi yang merampas hari bahagia mereka.
***
Renjun mengerjap saat melihat kakak kembarnya ada di rumahnya. "Hyung.. eung ciiapa?" Tanya Shotaro bingung, bocah yang berusia 3 tahun itu mencengkeram ujung lengan Renjun sambil mengintip si kembar dari balik badan Renjun.
"Bukannya masih seminggu lagi ya? Akhirnya Gege kuliah di sini?" Tanya Renjun.
Hendery mengangguk. "Aku akan mengambil jurusan manajemen bisnis dan Lucas akan mengambil jurusan Hukum.." jelas Hendery.
Renjun mengangguk paham. "Lucas kemari bukan karena Haechan, kan?" Selidik Renjun. Lucas melotot. "Enak saja.. Aku kesini untuk kuliah.."
Renjun mencebik. Lucas sering menghubungi Haechan tak jarang mengirimi Pemuda manis itu hadiah yang mana Renjun juga jarang mendapatkannya. Pilih kasih..
"Yak! Kau dekat dengan Haechan? Kenapa tidak bilang? Jadi alasanmu bersemangat kemari karena bocah itu? bukannya kau sering mengatainya?!" Hendery menodong Lucas dengan banyak pertanyaan.
"Njun.. itu ciiapa.." rengek Shotaro. "Ini Gege.. Yang ini Lucas Gege, ini Hendery Gege.. Taro sudah lupa dengan Gege?" Jawab Renjun.
Bocah 3 tahun itu mengerjap, berusaha mengingat namun sepertinya tidak mendapatkan hasil. Bocah itu malah merengut sedih. Renjun tertawa. "Nanti Taro, kenalan lagi.. Sekarang ikut hyung, kemarin katanya Taro mau main dengan Sungchan, kan?"
***
Hendery terdiam lama mereka akhirnya tiba di apartemen milik Yuta, Sementara Yuta dan Winwin memang sudah lama pindah ke rumah sederhana, "Lucas.. Kau akan jadi Jaksa yang hebat, kan?" Tanya Hendery.
"Tentu saja! Kau meremehkanku ya?" balas Lucas datar.
Hendery tertawa. "Siapa tahu karena ada Haechan semuanya berantakan.." canda Hendery.
Lucas berdecak. "Ini dan itu berbeda.. Kau sendiri? Kau yakin dengan pilihanmu? Kita bisa meminta bantuan pada Winwin Gege kalau kau masih mau menjadi Aktor. Relasi Gege banyak.." Lucas menatap Hendery serius.
Hendery tertawa. "Tidak apa apa.. Jangan berlebihan, itu hanya sekedar mimpi omong kosong aku saat muda.." Hendery menatap langit-langit kamarnya.
"Ya, sok keren sekali.. Apa itu artinya kau sudah tua sekarang?" cibir Lucas. Hendery menyeringai tidak peduli yang penting dia keren.
***
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Family - a Simple Story
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Huang Renjun yang selalu diledek bahwa ia bukan bagian dari keluarganya akhirnya memutuskan tinggal dengan Winwin yang selalu bermimpi mempunyai anak yang menggemaskan. Ini hanya kisah sederhana tentang Yuwin's Family yang ternyata meny...