[17] Hiburan Taman Liburan 2

7.4K 1K 52
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Winwin akhirnya membiarkan anak anak bermain, tanpa pengawasan. Akhir akhir ini, ia memang senang bergerak ke sana kemari. Tapi sepertinya, hari ini baby sedang malas. Pinggang dan perutnya selalu tidak nyaman ketika ia bergerak untuk sekedar memastikan si Kakak Renjun dan Teman-temannya baik baik saja.

Tak lama, Es Krim rasa Strawberry tersaji. Membuat Winwin mengangkat wajahnya. Winwin tersenyum, mengucapkan terimakasih dengan pelan.

"Doyoung bilang aku harus memastikan kau Bersenang-senang hari ini.." kata Taeyong sambil tersenyum simpul. Winwin tertawa pelan. "Aku sudah cukup bersenang senang, baby sepertinya ikut bersemangat makanya aku tidak bisa berdiri lama.." canda Winwin.

Taeyong masih tersenyum. Atmosfer entah kenapa menjadi lebih canggung. "Mau bercerita padaku?" Tawar Taeyong akhirnya.

Winwin terdiam, menyuapkan sesendok es krim kedalam mulutnya. "Sebenarnya ini sedikit rumit. Ini soal Renjun.." Winwin diam sejenak, memainkan es krim dengan sendoknya.

"Aku.. euhm.. sedikit takut, akhir akhir ini aku merasa ada yang salah, dan yeah.. Renjun.. bagaimana bisa putra manisku memaksa ingin ikut denganku tanpa alasan?" Curhat Winwin akhirnya.

"Aku sudah bertanya, tapi Renjun agaknya menghindar setiap di tanya.. Apalagi aku sadar dia selalu menghindari orang tuanya kadang. Padahal di lain waktu aku melihat mereka tampak harmonis" lanjut Winwin.

Taeyong terdiam. "Aku mencurigai beberapa hal, tapi sepertinya hanya perasaanku saja.." kata Taeyong.

"Kau bisa menanyakannya perlahan, atau ajak saja ke Doyoung. Dia pasti bisa membantu.." usul Taeyong mengingat Doyoung sempat membuka konsultasi psikologis untuk anak.

Winwin mengangguk. "Aku berusaha untuk mencari waktu yang tepat.. Semoga Renjun bercerita secepatnya agar tidak perlu meminta bantuan Doyoung hyung.."

***

"ECHAN ITU BONEKA INJUN! JANGAN CURI!!" Seru Renjun nyaring saat sadar boneka unicorn nya di ambil oleh Haechan.

Haechan tertawa, meledek Renjun.

"Echan, stop it.." lerai Johnny.

Haechan masih tidak mau mendengarkan. Masih sibuk menjahili Renjun.

"Haechan sudah, jangan ganggu Renjun terus.." tegur Yuta.

Haechan langsung mengerjap, menyerahkan boneka itu dengan patuh. "Kok bisa Renjun tahan punya Papa seperti uncle Yuta. Padahal wajahnya galak.." gumam Haechan.

"Enak aja.. Daddy Echan juga wajahnya galak! Papa Injun wajahnya baik!" Protes Renjun.

Wah, ternyata Renjun mendengarnya.

Haechan melotot. "Kata siapa wajah Daddy galak? Wajah Uncle Yuta lebih galak.." balas Haechan tidak terima.

"Wajah Uncle Johnny lebih lebih galak!!"

Johnny dan Yuta menghela nafas, ternyata sulit untuk membesarkan seorang anak dengan baik.

Jeno kali ini turun tangan. "Injunie.. di sana ada ice cream enak, ayo ke sana.." Jeno menarik Renjun menjauh dari Haechan. Renjun merengut. "Papa Injun tidak galak.. wajahnya baik dan lucu.."

Jeno diam, sebenarnya separuh hatinya setuju dengan perkataan Haechan. Ssst.. jangan bilang Renjun ya?

"Iya, Uncle Yuta yang terbaik.." Jeno mengusap kepala Renjun. Renjun terkikik. "Jeno yang terbaik.."

"Mereka pacaran?" Tanya Lucas entah pada siapa.

"Tidak tahu, tapi Jeno memang menyukai Renjunie.." jawab Jaemin.

Lucas menoleh. "Oh?"

Jaemin tersenyum, lalu segera menarik Haechan yang masih mengomel tidak jelas.

"Yo! Lucas! Di sana ada permainan menarik.." panggil Hendery.

Lucas menoleh, "ya.." sahut Lucas, berjalan menghampiri Hendery. "Apa kita harus tinggal di sini juga?" Pertanyaan Lucas membuat Hendery diam sejenak.

"Apa maksudnya? Kita tidak punya alasan apapun.." balas Hendery.

"Kita bisa meminta Winwin Gege menampung kita. Setidaknya hingga kita punya pekerjaan..." Jelas Lucas.

Hendery berdecak. "Lucas. Kita hanya anak kelas 3 SMP. Tunggu hingga kita lulus SMA, legal. Kita bisa pergi dari neraka itu.." sergah Hendery.

"Rumah kita tidak terasa seperti rumah lagi, Hendery.. kita harus segera pergi. Cepat atau lambat Papa dan Mama akan lupa dengan eksistensi kita. Mereka gila kerja. Gila harga diri.." lanjut Lucas.

Hendery menghela nafas. "Setidaknya kita beruntung. Tidak seperti Renjun.. kita terlahir sebagai Dominan. Mereka masih memberikan kita uang.."

"Hendery.."

"Cukup, Lucas.. aku juga ingin pergi dari tempat itu.. Tapi, kita masih harus bertahan. Kita perlu waktu.." tekan Hendery. Lucas berdecak, akhirnya menurut pada adik kembarnya.

"Apa maksudnya? Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" Sebuah suara membuat Hendery dan Lucas tersentak kaget.

Lucas dan Hendery refleks berbalik menuju sumber suara. Ada Yuta yang menatap mereka dengan tatapan bingung. Heran. Terkejut. Entah sejak kapan Papa Yuta ini berdiri dan mendengarkan mereka.

"Eh, itu.. Gege.. memangnya kita bicara apa?" Tanya Lucas bingung.

"Kita tidak bicara apapun.." lanjut Hendery dengan wajah polosnya. Menekan mati matian rasa gugupnya.

"Lucas, Hendery.. Jujur sekarang.." tekan Yuta.

Lucas dan Hendery saling lirik. Mereka.. akan baik baik saja? Yuta baik. Tapi, apa mereka benar-benar boleh percaya? Apa setelah mereka bercerita situasi nya akan berubah? Tentu saja berubah bagi Renjun. Bagi mereka? Mereka tetap akan kembali ke neraka.

Lucas mengatupkan mulutnya. "Kami tidak membicarakan apapun.." balas Lucas lalu segera menarik Hendery pergi.

Yuta menghela nafas. Ternyata memang benar ada yang aneh soal keluarga Huang. Entah apa itu, mungkin Yuta harus mulai mencari tahu.

***

TBC

Maaf akhir akhir ini ganti judul mulu, engga mulu deng, Baru 2 kali..

Saya sudah selesai UAS, yeayy ( ꈍᴗꈍ)

Tapi, akhir akhir ini juga, idenya lagi gak ngalir. Wkw.. Maaf pokoknyaa.. See you soon yapp..

Family - a Simple StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang