[13] Panggil Injun, jangan Renjun, Mama

8.1K 1K 20
                                    

Jangan lupa vote dan komennnya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Renjun bersenandung pelan. Membuka kulkas dengan penuh semangat. Hari ini mood nya baik karena habis menjenguk adik bayi. Hehe..
Adiknya Jeno dan Jaemin sudah lahir. Katanya namanya Sungchan. Bayinya Mama masih butuh 3 bulan lagi untuk lahir.

Mulut Renjun langsung merengut sedih saat melihat Jelly yang sengaja ia simpan lenyap. Mencebik. Pasti Tersangka utama nya adalah Sang Papa.

"PAPAAAA.." panggil Renjun langsung berlari menuju ruang kerja Yuta.

"Papa!" Panggil Renjun lagi dengan wajah galak.

Yuta mengangkat wajahnya dari tab nya. "Kenapa, Injunie?"

"Papa yang makan Jelly Injun ya?" Selidik Renjun.

Yuta langsung menggeleng. "Bukan papa kok.." balas Yuta.

Renjun terdiam. "Masa Mama?" Renjun terdiam sebentar lalu segera keluar menuju Sang Mama yang asik menonton Drama.

Dan.. Benar! Winwin sedang asyik duduk menonton santai dengan jelly strawberry di pangkuannya.

"Mama.. itu Jelly Injun~" rengek Renjun.

Winwin menoleh. "Oh? Ini punya Injun? Maaf ya sayang.. Mama tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin memakannya. Sini, Kita makan bersama" kata Winwin akhirnya. Menepuk sofa di sebelahnya. Renjun menghela nafas. Ikut duduk juga akhirnya.

"Besok Lucas Gege dan Hendery Gege akan datang kemari. Katanya mereka akan berkunjung ke Rumah Nenek.. Papa Huang juga ada pekerjaan di sini.." ucap Winwin sambil mengusap kepala Renjun lembut.

"Mama bagaimana?" Tanya Renjun penasaran. "Mama juga ikut kemari?"

Winwin menggeleng. "Mama Huang masih ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.." jelas Winwin lembut.

Renjun mengangguk lucu. "Injun mengerti!" Jawab Renjun sambil terkekeh.

Winwin tersenyum. Masih terus mengusap kepala Renjun penuh kasih sayang. Menciuminya dengan lembut. "Renjun.." panggilan Sang Mama membuat Renjun sedikit menegang dan gugup. Jarang sekali Winwin memanggilnya demikian kecuali ada hal serius yang harus dibicarakan.

"Renjun sudah kelas berapa?" Tanya Winwin.

"Injun.." cicit Renjun pelan.

"Hm?" Winwin mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Mama jangan panggil Renjun, Injun saja.." kata Renjun pelan.

Winwin terkekeh pelan. "Iya, Injunie sekarang kelas berapa?" Winwin mengulang pertanyaannya.

"Kelas 1 SMP" jawab Renjun pelan.

"Injun sudah besar ya? Sudah mau punya adik juga.. Mama tahu ini terlambat untuk ditanyakan. Tapi, Kenapa Injunie ingin ikut Mama dan Papa? Mama tidak sempat menanyakan karena terlalu senang dengan masuknya Injunie ke keluarga Mama dan Papa.." Jelas Winwin lembut.

Renjun menggigit bibirnya. Ia kira ia tidak akan pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini.

Winwin tersenyum lembut. Mencium kening Renjun. "Kalau Injun tidak bisa menceritakan alasannya sekarang. Injun bisa katakan lain waktu.." ujar Winwin akhirnya.

Renjun menunduk. "Maaf, Mama.."

Winwin menggeleng. "Tidak apa apa.. Mama.. akan selalu sayang Injun selama Mama hidup, apapun yang terjadi.." perkataan Winwin yang penuh ketulusan membuat mata Renjun berlinang. Renjun memeluk Winwin erat.

"Injunie sayang Mama.. sangat sayang"

Winwin membalas pelukan itu erat. Tidak membalas apapun lagi.

***

"Renjun dimana?" Tanya Yuta saat mendapati Winwin yang masih betah menonton layar televisi.

"Tadi izin bermain keluar dengan Jeno" balas Winwin tak acuh.

"Hanya dengan Jeno?" Tanya Yuta memastikan.

Winwin mengangguk. "Papa.. boleh tolong ambilkan minum" pinta Winwin manja. Yuta mencium pipi Winwin gemas lalu segera mengambil air. Kemudian duduk di samping Winwin.

"Tadi Aku memberanikan diri untuk bertanya pada Renjun.. Tapi, Renjun tidak mengatakan apapun" kata Winwin sambil meneguk airnya, menyimpannya di atas meja lalu menyandarkan tubuhnya ke dada Yuta. Memainkan jari jari tangan Yuta.

Yuta menciumi Rambut Winwin. "Nanti juga dia akan mengatakannya. Pelan pelan saja ya, sayang?"

Winwin menggumam.

"Selama Mama hamil jadi pemalas ya? Setiap hari hanya menonton drama.." cetus Yuta saat tersadar Winwin hobi sekali menonton tv.

Winwin mendelik. "Hyung yang bilang aku tidak boleh kecapekan. Diam salah bergerak salah. Maumu apa sih?" Balas Winwin kesal.

Yuta gelagapan. Langsung mengelus perut buncit Winwin. "Bukan gitu, Sayang.. gak bosen nonton terus? Mau jalan jalan?" Tawar Yuta.

Winwin tampak berpikir sejenak. Menggeleng. Mulutnya merajuk. "Pinggangku mulai sering sakit. Kakiku juga bengkak, tubuhku juga melar semenjak hamil baby.. aku jadi jelek kalau jalan di dekat Yuta hyung.." kata Winwin sendu.

"Kata siapa?" Tanya Yuta.

"Apa yang kulihat di cermin begitu.." Winwin mencebik.

Yuta menciumi kepala Winwin gemas. "Cantik, cantik, selalu Cantik.. bagiku Winie selalu cantik"

Winwin masih merengut lucu. "Bohong"

Yuta tersenyum gemas. "Bukan bohong.. Mama Winwin kan sudah menjaga baby dan Renjun dengan baik. Cantiknya Mama Winwin itu lebih dari orang lain. Cantiknya Mama itu berbeda. Lebih sempurna untuk Papa Yuta" ujar Yuta lembut.

Pipi Winwin terasa memanas. Pipinya memerah hingga telinga. Yuta terkekeh. "Malu?" Goda Yuta.

Winwin kembali mencebik. "Pengangguran memang jago merayu.." balas Winwin ketus. Meski begitu Pipinya masih betah untuk bersemu.
Yuta tertawa. "Pengangguran begini menghasilkan banyak uang sayang.." Yuta menjawil pipi Winwin gemas.

Winwin merenggut. "Kok bisa ya Winie suka pengangguran seperti Yuta hyung? Di pikir pikir ada banyak yang lebih baik darimu" Winwin tampak berpikir keras. Kali ini Yuta yang merengut. Lalu sedetik kemudian tersenyum pahit. "Karena aku satu satunya pengangguran dengan penghasilan terbesar.."

Winwin menatap suaminya intens. "Gak tahu ah.. Jadi malas deh" ujar Winwin lalu beranjak pergi.

"Eh mau kemana?" Tanya Yuta panik.

"Mau cari Papa baru buat Injun sama Baby. Winie bosen sama Yuta hyung"

***

TBC

See you soon yaa..
Renjun keluar berduan sama Jeno tuh. Mau ngapain mereka? ('⊙ω⊙')!

Family - a Simple StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang